Analisa Pola Hidup Nyai Mamnunah Yahya Ganjaran

analisa-pola-hidup-nyai-mamnunah-yahya-ganjaran

JAS HIJAU – Umur Nyai Hj. Mamnunah Yahya (Nyai Sepuh) diperkirakan sampai mencapai angka 100 tahun. Sekalipun prakiraan ini tidak sepenuhnya tepat karena validitas data tentang usia beliau tidak ditemukan, tetapi sebagian besar keluarga meyakini alur panjang beliau telah melampaui 99 tahun.

Di tengah-tengah usia yang terbilang senja itu, banyak komentar dari alumni, wali santri dan masyarakat yang menyanjung: “Beliau masih sehat.”

Sekilas kita nalar kenapa beliau “masih sehat” kendati sudah lanjut usia.

Jika dirunut cara hidup pengasuh Pondok Pesantren Raudlatul Ulum 1 Ganjaran, Gondanglegi, Malang itu terbagi menjadi tiga bagian. Masing-masing bagian memuat beberapa perilaku, yang secara sederhana dapat dirinci sebagai berikut:

BAGIAN 1 (IDENTIFIKASI PSIKOLOGI)

Pasrah kepada Allah swt
Beliau senantiasa memasrahkan segala macam fenomena kepada kehendak Allah swt.

Hal ini tergambar dari ucapan beliau yang seringkali diungkapkan: “Bi’ Alloh.” Misalnya tatkala beliau sedang ditimpa penyakit, pasti yang diutarakan: “Keng bi’ Alloh gik e pesakek. (Allah masih menghendaki sakit).

Tidak Berburuk Sangka
Sikap demikian tercermin dari ungkapan tentang siapa saja yang selalu diceritakan kebaikannya.

Kalau pun terpaksa menguliti keburukan-keburukan, biasanya beliau menimpali dengan uraian bernuansa kehendakNya: “Keng bi’ Alloh gik e kersa’agi. (Allah masih menghendaki).”

Kemungkinan besar cara hidup inilah yang menjadikan beliau terbebas dari beban pikiran sehingga sehingga secara psikologis tercipta sebagai: “Manusia Merdeka.”

Baca juga: Menghitung Usia “Satu Abad” Nyai Mamnunah Yahya Ganjaran


BAGIAN 2 (IDENTIFIKASI SOSIAL)

Menghormati Tamu
Beliau begitu sigap menjamu tetamu yang mendatangi beliau tanpa pandang bulu. Tentu sikap ini dimulai dari kebersihan hati dari sebutir ragam syak wa sangka.

Contoh kecil yang bisa dibaca dari laku beliau dalam sisi ini ialah sekuat tenaga beliau berupaya mempersilakan para tamu untuk menikmati hidangan yang disuguhkan. Walaupun sebenarnya raga beliau kelihatan payah, tetapi beliau selalu menyuguhkan hidangan ke hadapan hampir setiap tamu.

Senang Silaturahmi
Hal yang terkesan setiap orang tentang beliau adalah senantiasa “sempat” menyambangi nyaris semua anggota masyarakat yang beliau kenal.

Fakta ini terlihat dari kesaksian banyak orang yang menyebut: “Beliau pernah ke sini,” “Beliau sudah ke sini.”

Penyebab yang menghalangi perilaku beliau ini hanyalah alasan “udzur” tubuh beliau.

Menjaga Berjamaah
Kegiatan ini tentu sudah dimaklumi oleh semua orang. Tetapi lebih dari itu, alasan “udzur” tidak berlaku pada aktifitas satu ini.

Kendati cara salat beliau sudah tidak sesempurna orang sehat, namun melaksanakan jamaah menjadi ikhtiar prioritas yang paling diutamakan. Sekalipun dalam kondisi tertatih-tatih, beliau memaksakan diri mengejar salat supaya dilakukan secara berjamaah.

Ketiga pekerjaan ini cukup berat, terutama bagi pemula yang belum terbiasa melakukannya. Tetapi bagi mereka yang telah istikamah, rasa lega akan didapat.

Selain menemukan suasana baru, kemungkinan besar beliau telah memperoleh ketenangan ruhani dari tiga aktifitas ini.

BAGIAN 3 (IDENTIFIKASI PRIBADI)

Sederhana dalam Tampilan
Bagi sebagian orang mungkin menganggap perilaku sederhana beliau hal biasa dengan dalih: “Maklumlah, beliau kan sudah sepuh.”

Tetapi jika ditengok dari sejarah kehidupan beliau, maka diketemukan kesederhanaan itu sudah menjadi gaya hidup semenjak dahulu.

Tidak Suka Penyedap
Dalam pola makan, nyata-nyata beliau tidak berkenan pada rasa-rasa makanan yang enak-enak menurut selera kebanyakan orang. Gurih dan lezat menurut lidah kita, tetapi terlalu berlebihan menurut selera beliau.

Contoh sederhana model konsumsi beliau ini antara lain; bagi kebanyakan orang, hasil masakan  tetangga atau menu ala warung merupakan sebentuk makanan favorit. Namun bagi beliau terasa sangat “asin” sehingga menu tersebut masih dituangi air putih.

Tidak Berlebihan dalam Makanan
Satu hal yang perlu dicermati dari pola hidup beliau adalah cara konsumsi makanan yang tidak berlebih.

Bila kita sedang menyantap makanan, tentu satu porsi akan dilahap hingga habis. Tetapi model begini tidak berlaku bagi beliau; misalnya, tatkala beliau merasa kenyang, satu butir telur tidak kemudian dihabiskan sekaligus. Beliau simpan untuk dikonsumsi waktu makan berikut.

Baca juga: Perihal Usia Nyai Mamnunah yang (Hampir) 100 Tahun


Ketiga pola hidup demikian itu kemungkinan besar menjadi penyebab beliau jarang memikirkan hal yang akan datang.

Hanya baru-baru ini, terkadang beliau mulai merasakan kurang selera mengkonsumsi makanan di rumah beliau, sehingga kadang kala beliau mengajak puteranya makanan bersama di tempat lain. Namun tetap saja, pola makan beliau tidak “menggunung” seperti kita melahap makanan di piring kita. [DR]


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *