Biografi K.H. Abdul Hadi Zahid Langitan

biografi-kh-abdul-hadi-zahid-langitan

JAS HIJAU – Matarantai kepengasuhan Pondok Pesantren Langitan terus berlanjut. Pada periode keempat, Pondok Pesantren Langitan diasuh oleh putera menantu K.H. Khozin, yakni K.H. Abdul Hadi Zahid. Beliau lahir di desa Kauman, Kedungpring, Lamongan pada tanggal 17 Rabi’ul Awwal 1309 H.

Sejak berusia sebelas tahun K.H. Abdul Hadi Zahid sudah mulai belajar di Pondok Pesantren Langitan hingga usia sembilan belas tahun, dan atas saran K.H. Muhammad Khozin beliau melanjutkan studi di Pondok Pesantren Kademangan, Bangkalan, Madura di bawah asuhan Syaikhona Kholil selama tiga tahun. Pada usia 13 tahun, beliau belajar di Pondok Pesantren Jamsaren, Solo asuhan K.H. Idris.

Setelah itu K.H. Abdul Hadi Zahid kembali lagi nyatri di Pondok Pesantren Langitan hingga pada usia 25 tahun, dan diambil menantu oleh K.H. Muhammad Khozin, dijodohkan dengan Ning Juwairiyah.

Pada usia yang relatif muda, 30 tahun beliau sudah menerima tugas berat sebagai pengasuh Pondok Pesantren Langitan. Namun meskipun begitu, di bawah asuhannya Pondok Pesantren Langitan saat itu mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Terbukti mulai periode ini (tahun 1949 M) mulai dikembangkan sistem pengajaran klasikal yang dahulu belum dikenal, dengan cara mendirikan madrasah ibtidaiyah (MI) dan madrasah muallimin serta kegiatan ekstra kurikuler seperti bahtsul masail lil waqiah, jamiyatul muballighin, jamiyatul qurro wal khuffadz dan lain-lain.

Di samping itu kegiatan rutinitas berupa pengajian kitab—baik sistem sorogan maupun weton—terus dilestarikan dan kembangkan, terlebih salat berjamaah, karena beliau adalah seorang ulama yang bertipikal sangat disiplin waktu dan terkenal keistikamahannya.

Waktu pun terus bergulir, bergerak menuju suratan takdir. Mendung duka menyelimuti atmosfir Pondok Pesantren Langitan. Air mata sebagai kesaksian atas cinta kepada sang guru besar jatuh menetes tak tertahankan. Hari itu, 9 Shofar 1391 H atau bertepatan dengan tanggal 5 April 1971 M, kiai panutan umat, pengemban amanat, telah kembali ke haribaan Ilahi Rabbi setelah mengasuh Pondok Pesantren Langitan dalam masa yang cukup lama, 50 tahun (1921-1971 M).

Ribuan umat kehilangan tongkat, orang bijak kehilangan hikmat. Nadimu adalah perjuangan, nafasmu adalah keikhlasan dan santri-santrimu akan siap bertahan mewarnai kehidupan dengan tuntunan keteladanan yang telah diajarkan. [DR]


CATATAN:
Artikel ini diambil dari situs langitan.net sebagai media resmi Pondok Pesantren Langitan, Tuban, Jawa Timur.

2 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *