Biografi K.H. Abdul Mannan Dipomenggolo, Pendiri Pondok Pesantren Tremas Pacitan

biografi-kh-abdul-mannan-dipomengolo-pendiri-pondok-pesantren-tremas-pacitan

JAS HIJAU – K.H. Abdul Mannan yang mempunyai nama kecil Raden Bagus Darso adalah putera dari Raden Ngabehi Dipomenggolo. Beliau adalah peletak batu pertama Pondok Pesantren Tremas yang dirintis selepas studinya di Pondok Pesantren Tegalsari, Ponorogo di bawah asuhan K.H. Hasan Besari.

Selanjutnya beliau mendirikan pondok pesantren di desa Semanten (1 km dari arah Utara Kota Pacitan). Dengan dasar pertimbangan kekeluargaan, jauh dari keramaian atau pusat pemerintahan, dan lebih kondusif bagi para santri dalam belajar maka akhirnya beliau mutasi ke daerah Tremas.

Dari nama desa Tremas inilah kemudian pondok ini masyhur dengan sebutan Pondok Tremas. Hingga akhirnya K.H. Abdul Manan wafat pada hari Jumat (minggu pertama) bulan Syawal 1282 H dan dimakamkan di desa Semanten. Beliau meninggalkan tujuh orang putera, yang antara lain adalah K.H. Abdullah.

Generasi Pertama Orang Indonesia di Al-Azhar Mesir
Dalam buku Jauh di Mata Dekat di Hati; Potret Hubungan Indonesia-Mesir terbitan KBRI Kairo, disebutkan bahwa pada tahun 1850-an di komplek masjid Al-Azhar telah dijumpai komunitas orang Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan adanya Ruwak Jawi (hunian bagi orang Indonesia). Selain Ruwak Jawi, di masjid ini juga terdapat tiga Ruwak lain, yakni Ruwak Atrak (Turki), Ruwak Syami (Suriah) dan Ruwak Maghorobah (Maroko).

Salah satu pelajar pertama Indonesia yang tinggal di Mesir dan tercatat di buku terbitan tahun 2010 ini adalah K.H. Abdul Manan Dipomenggolo Tremas, kakek dari Syekh Mahfudz at-Tarmasi.

K.H. Abdul Manan Dipomenggolo tinggal di Al-Azhar Mesir sekitar tahun 1850 M. Selama di Negeri Piramid, beliau berguru kepada Grand Syekh ke-19, Ibrahim al-Bajuri. Jadi wajar di tahun-tahun itu ditemukan kitab Fath al-Mubin, syarah dari kitab Umm al-Barahin yang merupakan kitab karangan Grand Syekh Ibrahim Bajuri mulai dibaca di beberapa pesantren di Indonesia.

Pengembaraan K.H. Abdul Manan Dipomengolo dalam menuntut ilmu di Timur Tengah kelak diikuti oleh generasi selanjutnya, yaitu K.H. Abdullah (putera K.H. Abdul Manan Dipomengolo), Syekh Mahfudz at-Tarmasi, K.H. Dimyathi Tremas, K.H. Dahlan al-Falaki Tremas (ketiganya kakak beradik, putera K.H. Abdullah) yang menuntut ilmu di Makkah.

K.H. Abdul Manan Dipomengolo telah berhasil meletakkan batu landasan sebagai pangkal berpijak ke arah kemajuan dan kebesaran serta keharuman pondok pesantren di Nusantara. Kegigihannya dalam mendidik putera-puteranya sehingga menjadi ulama-ulama yang tidak saja menguasai kitab-kitab yang dibaca, lebih dari itu, juga berhasil menyusun berbagai macam kitab dan memiliki kontribusi besar terhadap perkembangan dunia Islam, seperti Syaekh Mahfudz, seorang ulama besar Nusantara, Malaysia, dan Thailand yang pernah menjadi imam Masjidil Haram dan pemegang sanad Shahih Bukhari-Muslim.

Maka sangat wajar bila nama K.H. Abdul Manan Dipomengolo, pelajar Indonesia pertama di Al-Azhar Mesir dan pendiri Pondok Pesantren Tremas disebut sebagai peretas jejaring intelectual chains generasi ulama-ulama Nusantara

Sedangkan dalam kitab Al-Ulama’ al-Mujaddidun karya K.H. Maimun Zubair Sarang, Rembang, K.H. Abdul Manan adalah salah seorang ulama Ahlussunnah yang pertama kali membawa, mengaji dan mempopulerkan kitab Ithaf Sadat al-Muttaqin, yaitu syarah dari kitab Ihya’ Ulumuddin karya Imam al-Ghazali. [DR]


CATATAN:
Artikrel diambil dari situs pondoktremas.com sebagai media resmi Perguruan Islam Pondok Tremas, Pacitan, Jawa Timur.

One comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *