Biografi K.H. Ahmad Marzuqi Zahid Langitan

biografi-kh-ahmad-marzuqi-zahid-langitan

JAS HIJAU – Kepengasuhan Pondok Pesantren Langitan setelah wafatnya K.H. Abdul Hadi Zahid diamanatkan kepada K.H. Ahmad Marzuqi Zahid bersama dengan K.H. Abdullah Faqih.

K.H. Ahmad Marzuqi Zahid dilahirkan di desa Kauman, Kedungpring, Lamongan pada hari Kamis Pon, tanggal 22 Jumadal Ula 1327 H yang bertepatan dengan tanggal 10 Juni 1909 M. Beliau adalah putera kesembilan K.H. Zahid dan Nyai ‘Alimah dari sebelas bersaudara.

Adapun kesebelas putera-puteri K.H. Zahid adalah: (1) K.H. Abdul Hadi; (2) Mutmainnah; (3) Tashrifah; (4) Zainab; (5) K.H. Muhammad Rofii, ayahanda K.H. Abdullah Faqih; (6) Musfi’ah; (7) ‘Aisyah; (8) Musta’inah, meninggal usia muda; (9) K.H. Ahmad Marzuqi; (10) Hindun; dan (11) Maryam, meninggal ketika masih kecil.

Pendidikan tentang dasar-dasar agama telah dirasakan oleh putera kesembilan K.H. Zahid ini sejak dini, karena semenjak masa balita beliau bersama saudara-saudaranya telah hidup dalam suasana relegius di bawah bimbingan ayahnya sendiri.

Ketika berusia sepuluh tahun, beliau mulai melanjutkan studi dan memperdalam pengetahuan agama di Pondok Pesantren Langitan di bawah asuhan K.H. Abdul Hadi Zahid yang merupakan kakak kandungnya sendiri. Selama puluhan tahun beliau memperdalam dan meningkatkan kemampuan intelektualnya dalam semua disiplin ilmu agama dengan tekun dan sabar.

Selain belajar di Pondok Pesantren Langitan beliau juga kadang kala mengikuti pengajian secara temporal (pasanan) di Pondok Pesantren Tebuireng di bawah bimbingan ulama besar, Hadratussyekh K.H. Hasyim Asy’ari yang juga termasuk salah satu alumni Pondok Pesantren Langitan semasa kepengasuhan K.H. Muhammad Sholeh. Selain itu beliau juga pernah mendalami ilmu seni kaligrafi kepada K.H. Basuni Blitar, Jawa Timur.

Karena kapabilitas dan kredibilitasnya yang mumpuni dalam bidang pengetahuan agama, beliau mendapat amanat dari K.H. Abdul Hadi Zahid untuk menjadi pengajar di Pondok Pesantren Langitan. Selain memiliki penguasaan ilmu pengetahuan agama yang luas beliau juga mempunyai banyak pengetahuan tentang dasar managemen organisasi sehingga pada tahun 1944 M beliau mendapat kepercayaan menjadi lurah pondok (sekarang populer dengan sebutan Ro’is Am).

Tugas-tugas mulia itu dilaksanakannya dengan penuh ketekunan, kesabaran dan konsisten, sampai pada akhirnya ketika berusia 36 tahun beliau dijodohkan dengan Ning Halimah puteri K.H. Zaini Pambon, Brondong, Lamongan yang juga termasuk putra menantu K.H. Muhammad Khozin.

Perhatian dan komitmen K.H. Ahmad Marzuqi Zahid terhadap dunia pendidikan tidak pernah surut dan padam, kendati beliau telah disibukkan dengan urusan-urusan rumah tangga. Hal itu terbukti dengan masih tetap aktifnya beliau dalam mengajar dan bahkan pada tahun 1949 M, beliau memperoleh amanat menjadi Kepala Madrasah Al-Falahiyah ketika sedang dirintisnya pengajaran klasikal (madrasiyah) semasa kepengasuhan K.H. Abdul Hadi Zahid. Berkat SDM dan olah menejerial yang mumpuni, beliau berhasil membawa Madrasah Al-Falahiyah menjadi sebuah lembaga pendidikan yang berkualitas dan progresif.

Selain aktif dalam dunia pendidikan yang sudah menyatu dengan jiwa dan karakternya, beliau juga pernah berkiprah dan berperan dalam dunia perpolitikan dengan menjadi anggota DPR Kabupaten Tuban hasil pemilu tahun 1955 dengan membawa bendera Nahdlatul Ulama (NU).

Cita-cita dan harapan para pengasuh pendahulu Pondok Pesantren Langitan diterjemahkan dengan baik dan penuh kearifan oleh K.H. Ahmad Marzuqi Zahid bersama K.H. Abdullah Faqih. Kerja sama yang sinergis antar keduanya dalam memimpin roda kepengasuhan Pondok Pesantren Langitan telah banyak membuahkan hasil yang signifikan. Seperti kebijakan baru di bidang pendidikan dan keterampilan berupa pelajaran Manhaj Tadris, pembentukan Pusat Pelatihan Bahasa Arab (PPBA), kursus komputer, administrasi dan manajemen, diklat jurnalistik, pertanian dan peternakan, pendirian Taman Kanak-kanak (TK) dan Taman Peldidikan al-Qur’an (TPQ), dan lain- lain.

Di bidang dakwah mengadakan pengajian umum mingguan dan pengiriman dai ke berbagai daerah sekitar dan luar Jawa. Di bidang perekonomian mendirikan Badan Usaha Milik Pondok (BUMP) barupa toko induk, toko pondok, kantin sayur dan wartel An-Nur. Kebijakan-kebijakan baru tersebut diilhami oleh sebuah kaidah: “al-muhafadhotu ‘ala qodimis sholih wal akhdzu bil jadidil ashlah (memelihara norma-norma lama yang baik, dan menggali norma-norma baru yang lebih baik).

Keberhasilan ayah dari sembilan putera ini dalam mengemban dan menjalankan semua aktifitasnya khususnya dalam mengasuh Pondok Pesantren Langitan tidak lepas dari jasa seorang wanita yang memiliki nilai istimewa di sisinya yaitu isterinya sendiri, Nyai Halimah yang dengan penuh kesabaran dan keikhlasan telah mencurahkan segala pengorbanannya dalam mendampingi dan mengabdikan dirinya membantu tugas-tugas sang suami baik dalam suka maupun duka. Beliau bersama Nyai Halimah dikaruniai sembilan putera-puteri yang kelak menjadi penerus perjuangan ayah ibundanya dalam menegakkan panji-panji Islam. Kesembilan putera-puteri beliau adalah:

  1. Ning Khahifah (meninggal dalam usia muda);
  2. Ning Muflihah (diperisteri oleh K.H. Dimyati Romli, Pondok Pesantren Darul Ulum Jombang);
  3. K.H. Abdullah Munif (beristerikan Ning Qurratul Ishaqiyyah, Surabaya);
  4. Ibu Nyai Hj. Faizah (isteri K.H. Sholeh Badawi, Langitan);
  5. K.H. Muhammad Ali (beristerikan Ning ‘Aisyah, Surabaya);
  6. Ning Mahmudah (dipersunting oleh K.H. Basthomi, Nganjuk);
  7. Ning Nihayatus Sa’adah (isteri oleh Agus A’la Bashir, Madura);
  8. Ning Shofiyah (isteri Agus JJ. Abdul Razaq Sumedang, Jawa Barat); dan
  9. Ning Masrurah (isteri Ustaz Miftahul Munir Manyar, Gresik).

Setelah selama kurang lebih empat puluh tujuh tahun mencurahkan segala potensi yang ia miliki dalam mendampingi dan membantu meringankan beban suami dalam menegakkan kalam Ilahi, Ibu Nyai Halimah kembali ke haribaan Rabbul ‘Izzati tepat pada tanggal 6 Juni 1992 M. Air mata jatuh menetes tak tertahankan sebagai saksi atas segala jasa-jasa beliau yang tidak dapat terbelikan oleh materi. Dua tahun sepeninggal Nyai Halimah, tepatnya pada tanggal 7 April 1994 M, K.H. Ahmad Marzuqi Zahid menikah lagi dengan Nyai Sholihah dari desa Manyar, Sekaran, Lamongan, yang mendampingi hingga akhir hayatnya.

Waktu terus berjalan, sesuai dengan kehendakNya. Bumi Langitan terselimuti oleh kabut duka ketika ajal menyapa. Hari itu, Sabtu, 21 Rabi’ul Awwal 1421 H atau bertepatan dengan tanggal 24 Juni 2000 M, K.H. Ahmad Marzuqi Zahid berpulang ke sisiNya pada umur 91 tahun, setelah mengasuh Pondok Pesantren Langitan selama kurang lebih 29 tahun, 1971-2000 M. [DR]


CATATAN:
Artikel ini diambil dari situs langitan.net sebagai media resmi Pondok Pesantren Langitan, Tuban, Jawa Timur.

One comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *