Dakwah di TikTok, Kenapa Tidak?

JAS HIJAU – Apa yang ada di pikiran kalian ketika mendengar nama TikTok? Kebanyakan akan membayangkan orang-orang lebai, alay, berjoget-joget ria atau bahkan wanita yang memamerkan kemolekan tubuhnya.

Apalagi TikTok Madura sekarang indentik dengan anak-anak muda berambut panjang ke bawah dan runcing ke atas yang berjoget-joget tidak jelas dengan iringan musik “ding ding ba ding ding oyee” (Jamet).

Namun beberapa bulan ini ada ‘fenomena baru’ di dunia per-TikTok-an. Husein Basyasman seorang pemuda 18 tahun asal Bangkalan berhasil menjadikan TikTok—yang selama ini memiliki kesan negative—sebagai lahan dakwah yang sangat subur.

Anak muda yang juga keponakan saya ini sampai saat ini berhasil memiliki 1,4 juta pengikut di TikTok. Video-video TikToknya didominasi oleh kata-kata motivasi, hadis Nabi, kalam ulama, pelajaran fikih dasar dan konten-konten edukatif lainnya.

Video-videonya sering kali berhasil menembus beranda utama TikTok (FYP). Tak ayal banyak statisun televisi yang menawarkan Husein untuk mengisi kajian di channel-channel mereka, namun ia menolak karena masih ingin fokus untuk kuliah dan mengaji.

Fenomena dakwah TikTok Husein mengingatkan saya akan apa yang diucapkan oleh Sayyidil Habib Umar:

الدعوة واسعة لا يسعها إلا الواسع

“Dakwah itu luas (bukan hanya melalui satu cara seperti ceramah saja) tidak akan bisa memahami dakwah kecuali mereka yang memiliki pemahaman yang luas.”

Habib Umar juga pernah menyampaikan kepada para santrinya:

“Jika ada di antara kalian yang berpikir bahwa membangun pesantren, mengajar di pengajian, berceramah, dan mendapat ketenaran itu adalah tujuan utama kita maka hendaknya dia mengobati hatinya terlebih dahulu. Tujuan utama kita adalah menyampaikan amanah Allah dengan mengorbankan ruh dan jiwa, dengan mengerahkan semua yang kita mampu dan miliki untuk menyebarkan syariat Allah kepada siapa pun dan di mana pun, baik itu di toko, pasar, bandara, masjid, lapangan, madrasah, pesantren dan di tempat-tempat lainnya.” [DR]