Duo Khozin, Kisah Guru dan Murid tentang Tontonan Malam

duo-khozin-kisah-guru-dan-murid-tentang-tontonan-malam

JAS HJIAU – Khozin, nama yang sama dimiliki oleh dua orang. Keduanya sama-sama tinggal di desa Ganjaran. Bahkan juga punya hubungan guru-murid. Pertama, K.H. Khozin Yahya, putera pertama K.H. Yahya Syabrawi. Beliau adalah pengasuh kedua di Pondok Pesantren Raudlatul Ulum 1 Ganjaran. Kiai Khozin dikenal sebagai sosok kiai karismatik di desa Ganjaran.

Sebagaimana dituturkan oleh puterenya, Gus Nasihuddin, Kiai Khozin dikenal sebagai sosok kiai yang sedikit dawuh. Sepanjang waktunya lebih banyak diluangkan untuk membaca al-Qur’an bin nadhar, lebih-lebih saat salat malam.

Mungkin karena kecintaan kepada al-Qur’an dan istikamah membacanya, beliau mendapat kemuliaan wafat di bulan Ramadan, bulan al-Qur’an. Haulnya pun diperingati secara rutin saat 27 Ramadan di Pondok Pesantren Raudlatul Ulum 1 Ganjaran, atau juga di daerah para alumninya, terutama di Kalimantan Barat (Kalbar).

Sosok yang kedua adalah Kang Khozin. Saat ini Kang Khozin berdomisili di Ganjaran, berdekatan dengan Pesantren Raudlatul Ulum 1. Kang Khozin merupakan salah satu alumni yang saat masih nyantri pernah mendapat pengalaman menjadi khodim Kiai Khozin. Sebagai orang yang pernah dekat dengan Kiai Khozin, tentu ada banyak pengalaman yang didapat dari Kiai Khozin. Dari Kang Khozin ini pula saya mendapat cerita tentang kenangan hidup Kiai Khozin Yahya.

Di antara kenangan bersama Kiai Khozin, begini cerita yang disampaikan oleh Kang Khozin:

Kiai Khozin memiliki sebuah kamar khusus di kediamannya yang tak sembarang orang bisa masuk ke dalam. Kamar ini biasa digunakan Kiai Khozin untuk beribadah dan mengaji al-Qur’an. Nah, Kang Khozin merupakan satu-satunya khodim yang diberi kepercayaan oleh Kiai Khozin untuk menjaga kamar pribadinya tersebut.

Kang Khozin sering diminta untuk menjaga di luar kamar itu, saat sang kiai bermunajat di dalamnya (penjagaan ini salah satu tujuannya untuk memberitahu kalau-kalau ada tamu yang akan sowan, bahwa Kiai Khozin belum dapat ditemui). Kadang, ia juga dipasrahi kunci kamar tersebut, saat Kiai Khozin tengah dalam bepergian.

Baca juga: Mengenal Kiai Khozin Yahya, Sang Penjaga Pesantren


Suatu malam, di masa Pak Sam’an jadi Kepala Desa Ganjaran, di desa ini menggelar tontonan semacam orkes lengkap dengan perjudian dan sabung ayamnya. Tapi tontonan tersebut tak berlangsung lama. Kebetulan saat itu Pak S dan Pak B (inisial) juga hadir melihat tontonan tersebut. Ketika tontonan baru dimulai, tontonan ini tidak diteruskan dan lantas buyar, diikuti para penonton juga membubarkan diri.

Di waktu yang sama, seperti biasa, Kang Khozin berjaga di luar kamar pribadi Kiai Khozin. Ia sedang diminta untuk berjaga di depan kamar tersebut, sedang Kiai Khozin berada di dalamnya. Ini dilakukan sampai larut malam.

Keesokan harinya, saat Kang Khozin berjaga di samping kamar tersebut, Pak S dan Pak B datang.

“Mau ke mana?” tanya Kang Khozin kepada tamu yang juga alumni tersebut.

“Saya mau sowan ke kiai,” jawab keduanya.

“Oh, tunggu dulu, ya. Kiai masih belum selesai. Masih belum bisa diganggu,” tegas Kang Khozin. Lalu, ”ada apa, sih?” Kang Khozin bertanya balik.

“Saya mau minta maaf, soal kejadian tadi malam (perihal tontonan),” jelas Pak B.

“Loh, ada apa tadi malam?” tanya Kang Khozin penasaran.

“Ya, soal tadi malam. Kamu tidak tahu?” dan langsung Kang Khozin menjawabnya dengan satu kata, “tidak.”

Lalu, kedua tamu itu menceritakan bahwa ketika malam saat keduanya melihat tontonan, dia melihat Kiai Khozin dengan berseragam Sakera lengkap dengan celuritnya, datang ke lokasi tontonan. Karena dari raut wajah beliau tidak suka melihat tontonan tersebut, para masyarakat kabur, bahkan lari terbirit-birit, saking takutnya kepada Kiai Khozin malam itu. Dan, otomatis acara malam itu terhenti seketika itu pula.

“Jadi, saya akan meminta maaf kepada Kiai,” tambah Pak S dan Pak B.

Baca juga: Kiai Said Yahya yang Saya Kenal, Sebuah Obituari


Seketika itu Kang Khozin mengernyitkan dahi dan bilang: “Loh, tadi malam Kiai Khozin tidak ke mana-mana. Beliau masuk ke dalam kamar ini (sambil menunjuk kamar Kiai Khozin) dan saya menunggu di sini. Baru setelah dipersilakan, saya kembali ke pondok. Dan, itu pun sudah larut malam.”

Mendengar itu, Pak S dan Pak B terkejut. Raut mukanya menunjukkan kebingungan serupa. “Loh, tadi malam itu, Kiai Khozin ya?” tanya salah satunya, dan yang lain menjawab, “sungguh yang semalam itu kiai.” Entah karena apa, atau mungkin lupa, lalu keduanya pamit untuk pulang. [DR]


2 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *