Gus Baha dan Gus Awis, Dua Manusia Qur’an di Era Virtual

Gus Baha dan Gus Awis, Dua Manusia Qur'an di Era Virtual

JAS HIJAU – Indonesia tak pernah absen mencetak ulama-ulama ahli tafsir yang lahir di kalangan pesantren. Bahkan, di Asia Tenggara saja, karya-karya Tafsir Al-Qur’an ulama Indonesia mendominasi dengan ragam bahasanya.

Dalam bahasa Jawa, ada Tafsir Al-Ibriz karya Kiai Bisri Mustofa Rembang; Kalam al-Malik ad-Dayyan karya Kiai Soleh Darat, Semarang; Tafsir Al-Qur’an Suci karya Syekh Muhammad Adnan Surakarta; Tafsir al-Iklil karya Kiai Misbah Mustofa; Tafsir al-Huda karya Syekh Bakri Syahid dan Tafsir al-Ubairiz karya Gus Mus.

Dalam bahasa Sunda, ada Tafsir Raudhah al-Irfan karya Syekh Ahmad Sanusi; Tafsir Ayat Suci Lenyepaneun karya Muhammad Amun Hasyim. Sedangkan dalam bahasa Bugis ada Tafsir al-Munir karya Syekh Dawud bin Ismail dan Tafsir Al-Qur’an karya Abdul Muin Yusuf dkk.

Dalam bahasa Indonesia, ada Tafsir Rahmat karya Syekh Umar Bakri; Tafsir Harian Al-Qur’an karya Ahmad Abbas Nasution; Tafsir al-Misbah karya Habib Quraish Shihab, Tafsir an-Nur karya Syekh Muhammad Hasbi as-Syiddiqi; Tafsir al-Azhar karya Buya Hamka dan Tafsir Al-Qur’an al-Karim karya Syekh Mahmud Yunus.

Sedang dalam bahasa Arab ada Tafsir an-Nawawi yang memiliki nama lain yaitu Marahun Labid dan Tafsir Munir; Tafsir al-Bayan karya Syekh Muhammad Hasbi as-Syiddiqi; Tafsir Jami’ al-Bayan karya Syekh Muhammad bin Sulaiman Solo dan Tafsir Firdaus an-Naim karya Kiai Thoifur Ali Wafa Sumenep, Madura.

Hari ini, di zaman yang serba digital, tradisi melahirkan ahli tafsir masih belum sirna. Munculnya dua ulama muda seperti K.H. Bahaudin Nursalim (Gus Baha) dari Rembang dan K.H. M. Afifuddin Dimyati (Gus Awis) dari Jombang adalah bukti bahwa Indonesia masih dalam trek melahirkan ulama dengan keilmuan yang mumpuni.

Di zaman ini, berkat dua kiai muda ini (Gus Baha dan Gus Awis), Indonesia berhak untuk berbangga dan bersyukur. Jarang orang tahu prestasi dan karya-karya kedua kiai muda ini banyak dilirik oleh dunia internasional.

Gus Baha sendiri jebolan pesantren yang tidak pernah mengenyam pendidikannya di bangku sekolah dan kuliah. Berangkat dari latar belakang keluarga pesantren, Gus Baha banyak mengemban dan menuntut ilmu pada ayahnya juga pesantren-pesantren Nusantara, salah satunya adalah pesantren al-Anwar Sarang asuhan Almarhum K.H. Maimun Zubair.

Baca juga: Mengenal Kitab Tafsir Ulama Asia Tenggara

Ayah beliau, K.H. Nursalim al-Hafiz pernah dididik oleh para Ahli Qur’an sekaliber K.H. Arwani al-Hafiz dari Kudus dan K.H. Abdullah Sallam al-Hafiz dari Pati, Jawa Tengah.

Berkat ketekunan, kecerdasan dan keikhlasan guru-guru yang mendidiknya, kini Gus Baha diakui sebagai ulama muda dan banyak mengemban amanat di berbagai lembaga, menjadi tim ahli di forum-forum tertentu dan menjadi ulama yang mumpuni dalam bidang tafsir, fikih dan qira’ah. Gus Baha juga tetap istikamah mengajar santri-santrinya mengaji dan mengkaji ilmu di pesantren. 

Bahkan ulama kaliber Prof. Quraish Shihab yang mengarang Tafsir al-Misbah mengakui keilmuan Gus Baha dan mengatakan: “Sulit ditemukan orang yang sangat memahami dan hafal detil-detil al-Qur’an hingga detil-detil fikih yang tersirat dalam ayat-ayat al-Qur’an seperti Pak Baha.”

Salah satu karya Gus Baha yang saat ini dilirik dan diburu para penuntut ilmu dalam bidang ilmu al-Qur’an dan tafsir adalah: al-Qur’an terjemahan beliau yang dicetak oleh UII, Hifdzuna li Hadza al-Mushaf fii Bayani Rosmi Utsmani—untuk menyebut beberapa contoh.

Baca juga: Kiai Arwani Amin Kudus, Sang Penjaga Al-Qur’an yang Tawadhu

Selanjutnya adalah Gus Awis dari Jombang. Masih jarang orang mengenal beliau, namun karya-karyanya sudah banyak diburu dan diminati di kalangan penuntut ilmu; baik dalam negeri maupun Iuar negeri. Bahkan, kitab Jam’ al-Abir karangannya diterbitkan di Kairo, Mesir dan sudah masuk jajaran pustaka kitab-kitab bahasa Arab.

Selain Jam’al-Abir fi Kutubi at-Tafsir, karya-karya lain dari Gus Awis yang banyak diburu para penuntut ilmu antara lain; As-Syaamil fii Balagho al-Qur’an, Irsyad ad-Darisin ila Ijma’ al-Mufassirin dan ‘Ilmi at-Tafsir; Ushuluh wa Manahijuhu—untuk menyebut beberapa contoh.

Sekian ulasan singkat dari kami, semoga Gus Baha dan Gus Awis diberikan kesehatan selalu oleh Allah swt sehingga kita semua bisa belajar banyak tentang ilmu agama dari orang yang tepat dengan kejelasan sanad. [DR]


Baca juga artikel-artikel tentang ULAMA dan tulisan-tulisan tentang FIKIH dan KISAH lainnya di Jas Hijau (jashijau.com).

One comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *