JAS HIJAU | Jangan Sekali-kali Hilangkan Jasa Ulama
Gus Dur dan Tugas Akhir
Home » Gus Dur dan Tugas Akhir

JAS HIJAU – Ini adalah skripsi yang mengantarkan saya lulus sarjana S1, berkah membahas pemikiran Gus Dur.
Skripsi ini diujikan hanya beberapa hari setelah beliau lengser tanggal 23 Juli 2001, tepatnya di-munaqosah-kan tanggal 1 Agustus 2001.
Zaman saya sidang kripsi atau munaqasah S1 itu dilakukan terbuka, layaknya ujian terbuka doktoral, tapi minus seremonial dan toga, minus snack dan konsumsi. Tapi uniknya kita diminta membawa buku-buku yang dijadikan referensi dalam penulisan skripsi itu, baik yang milik sendiri, pinjam teman maupun pinjam perpustakaan.
Pas saya sidang munaqasah sebenarnya berbarengan dengan beberapa sidang munaqasah yang lain. Tapi kawan-kawan saya waktu itu banyak yang bergabung jadi supporter di sidang saya sampai ruangan penuh. Mungkin karena waktu itu lagi hangat-hangatnya situasi politik pasca pelengseran Gus Dur. Tapi suer saya tidak mengerahkan massa lho.
Baca juga: Gus Dur dan Masalah Hidup Berdampingan
Pas sidang munaqasah para penguji malah tidak banyak membahas skripsi saya. Tapi justru menanyakan pendapat saya mengenai situasi pasca pelengseran Gus Dur dan kaitannya dengan tema skripsi saya.
“Mas Saeroni, kita semua kan sudah sama-sama tahu bagaimana pemikiran civil society Gus Dur yang Anda bahas dalam skripsi ini, menurut Mas bagaimana masa depan civil society pasca Gus Dur tidak jadi presiden ini?” kira-kira begitu salah satu pertanyaannya.
Lalu saya juga ditanya: “Apa relevansi pemikiran civil society ini dengan sikap politik Gus Dur yang masuk ke dunia politik menjadi presiden?”
Kemudian saya jawab mengenai pemikiran beliau tentang Khittah NU, pemisahan urusan jamiyah-jamiyah dan politik dengan pendirian PKB, dan lain-lain. Kedua pertanyaan itu tidak ada pembahasannya dalam skripsiku.
Baca juga: Gus Dur, Kebudayaan dan Khittah NU
Kemudian pembimbing dan penguji skirpsi saya yang Doktor Macgil Univesrity (keren lho saat itu) memberikan saran dan tantangan saya menuliskannya dalam jurnal, dan menambahkan beberapa informasi untuk kemudian diterbitkan.
Hasrat hati ingin melakukan itu semua, namun hingga saat ini karya skripsi ini hanya mampir dalam rak koleksi pribadi, entah yang di kampus apakah ada yang baca atau tidak.
Bagi saya itu bukan hanya ujian skripsi, tapi seperti ujian atas keberpihakan saya pada pemikiran beliau. Penelitian yang sudah berpihak. Lahu al-Fatihah, buat Gus Dur. [DR]
