Gus Kelik dan Handphone

gus-kelik-dan-handphone

JAS HIJAU – Kedekatan dengan Gus Kelik adalah kebahagiaan tersendiri, juga merupakan untaian pengharapan yang kuat terhadap rahmatNya. Bagaimana tidak, beliau adalah salah satu orang di antara orang-orang terkasihNya. Maka rasa senang saya tidak kepalang, juga pengharapan saya jadi makin runcing terhadap hadiratNya. Apalagi Gus Kelik sering datang ke kontrakan saya.

Pada suatu malam selepas Isyak, Gus Kelik datang ke kontrakan saya dengan mengendarai mobil ditemani supirnya yang tak lain adalah kawan saya sejak satu kelas di jurusan Akidah Filsafat IAIN (sekarang UIN) SUKA 1992. Dialah Kang Faisol asal Lumajang, pemenang lomba lawak di tingkat OSPEK.

Sebagaimana biasa, Gus Kelik leyeh-leyeh sembari mengisap Dji Sam Soe. “Enak nggih Pak Kus, Sam Soe,” kata beliau. Saya menimpali: “Sip, Gus.” Penglihatan Gus Kelik tiba-tiba tertuju ke handphone yang saya pegang, handphone yang belum lama saya beli seharga 300.000.

HPne Pak Kus kangge kulo mawon nggeh? (Handphone-nya Pak Kus buat saya saja ya?),” kata Gus Kelik. Kang Faisol menimpali: “Ampun Mbah Yik, entar Cak Kus gak punya handphone.”

Sebenarnya eman juga saya terhadap handphone itu. Seumur-umur belum pernah ada orang yang minta handphone pada saya. Dengan keikhlasan yang saya maksimalkan karena saya yakin bahwa tak mungkin Gus Kelik minta sesuatu kepada saya kecuali untuk kemaslahatan saya, maka dengan sikap tegas saya katakan: “Sip, monggo Gus, halal.”

Apa sesungguhnya makna yang terkandung di balik permintaan Gus Kelik tadi? Keyakinan saya ternyata betul. Keesokan harinya dari Gus Kelik minta handphone itu, ada dua orang yang belum saya kenal datang ke kontrakan saya. Mereka berdua menemui saya atas rekomendasi seorang teman yang sudah lama tidak bertemu saya. Mungkin karena merasa cocok atau nyaman dengan saya, dua orang tadi memberi saya fulus 600.000.

Baca juga: Gus Kelik dan Salawat Diba’


Di telinga saya makin berdenyar-denyar suara Gus Kelik: “HPne Pak Kus kangge kulo mawon nggeh? (Handphone-nya Pak Kus buat saya saja ya?).”

Hahaha, hati saya melonjak-lonjak dengan girang: “Seandainya Gus Kelik sering-sering minta…”. [DR]


One comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *