Gus Miek, Kiai dengan Seribu Bahasa Pergaulan

gus-miek-kiai-dengan-seribu-bahasa-pergaulan

JAS HIJAU – Kiai Hamim Djazuli atau karib disapa Gus Miek, beliau adalah seorang ulama besar yang selalu menyembunyikan diri ketika bergaul dengan orang-orang yang terpinggirkan. Beliau menyembunyikan ke-ulama-annya, ke-kiai-annya ketika berkumpul dengan orang-orang dunia malam.

Gus Miek adalah orang yang selalu tersenyum kepada siapa pun lawan bicaranya. Dengan perkataannya yang sejuk dan pandangan matanya yang seakan menembus dada, selau membuat tergetar orang yang dipandangnya.

Tanpa sekat, Gus Miek bergaul dengan siapa saja. Bergaul dengan para tukang becak, beliau bicara tentang seputar kehidupan mereka. Berkumpul dengan para penjudi, beliau ikuti permainan mereka. Berkumpul dengan para pemabuk, beliau pun ikut menemani mereka.

Kata-kata sejuk tanpa hinaan yang pernah menyinggung perasaan siapa pun selalu keluar dari lisannya. Hingga banyak di antara mereka yang sadar dan kembali ke jalan yang benar.

Suatu ketika, Gus Tajud, putera sulung Gus Miek jalan-jalan ke kota Surabaya.

Baca juga: Gus Miek, Kiai Nyentrik yang Gemar Berdakwah


Di sana, Gus Tajud menemui beberapa orang yang biasa berkumpul dan bercengkerama dengan Gus Miek, ayahnya. Di antaranya para tukang becak, para penjudi dan para pemabuk yang telah tersadarkan karena bergaul dengan Gus Miek.

Banyak cerita tentang bagaimana nasihat Gus Miek pada mereka yang mengalir dalam pembicaraan itu.

Hingga tibalah Gus Tajud di daerah Pandegiling, Surabaya. Di sana, Gus Tajud ingat dengan seseorang yang sering berkumpul dengan Gus Miek.

Cak Mujib namanya, dia adalah seorang waria yang akhirnya sadar dan bertaubat setelah mengenal dan mendapat pencerahan dari Gus Miek.

Ketika bertemu dengan Cak Mujib dan berbincang-bincang, muncul pertanyaan Gus Tajud pada Cak Mujib. “Cak, Sampean kok iso sadar, tobat teko kebiasaan sampean opo iku kerono dikongkon Yai Miek? (Mas, Anda kok bisa sadar, taubat dari kebiasan Anda itu karena disuruh Kiai Miek?),” tanya Gus Tajud pada Cak Mujib.

Baca juga: Nyai Lilik Suyati, Perubahan Seorang Gadis Kota


“Ora Gus, aku tobat iku dudu dikongkon Gus Miek. Tapi kerono kata-kata nasehat Gus Miek! (Tidak Gus, saya taubat itu bukan disuruh Gus Miek. Tapi karena kata-kata nasihat Gus Miek!),” jawab Cak Mujib.

Sekelumit kisah ini rasanya tidak berlebihan jika menyebut Gus Miek sebagai kiai dengan seribu bahasa pergaulan. [DR]



CATATAN:
Tulisan ini disarikan dari dawuh-dawuh Gus Tajud di Majelis Jantiko Mantab Sabtu Pon Sidoarjo

5 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *