JAS HIJAU | Jangan Sekali-kali Hilangkan Jasa Ulama
Habaib Jangan Anti Nasihat dan Kritik
Home » Habaib Jangan Anti Nasihat dan Kritik

JAS HIJAU – Setelah kemarin saya membuat tulisan yang mengkritik cerita-cerita keramat yang banyak disampaikan oknum-oknum Yek muda, banyak para sahabat saya dari kalangan habaib yang berterima kasih atas catatan itu. Bagi saya kritik sosial yang gencar diarahkan kepada Habaib sekarang ini ada hikmah dan sisi bagusnya, setidaknya mereka bisa intropeksi, berbenah dan berusaha menjadi lebih baik lagi, karena “pujaan” dan “penghormatan” berlebihan dari sebagian orang justru menjadi racun dan membuat beberapa habaib muda menjadi terlena bahkan terkesan anti nasihat dan kritik.
Saya masih ingat dulu ketika masih jarang sekali ada kiai yang menulis kritikan untuk para habaib, Kiai Abdul Wahab Ahmad pernah menulis sebuah catatan kritis, dan responnya? Salah satu habib muda mengomentari: Seharusnya yang menasihati habib itu dari kalangan habaib sendiri, bukan dari kalangan kiai! Hati-hati punya hasad dan dengki sama keturunan Nabi! Ia lalu mengutip hadis yang berbunyi orang yang benci kepada keluarga Nabi akan mati dalam keadaan mengenaskan dan suul khotimah.
Wahai poro yek-yek muda, mari antum ubah semua mindset itu, tidak semua yang mengkritik dan menasihati antum itu benci dan dengki sama antum, apalagi dituduh benci dan melawan dzurryiah Nabi, mereka justru yang paling aware dan peduli.
Screenshot di bawah ini masih saya simpan, kejadian tahun 2020, jauh sebelum ada polemik nasab, ketika itu saya mengkritik fenomena yang jelas-jelas sesat dan keliru yaitu azan baru “Hayya Alal Jihad” sambil mengacungkan senjata tajam arahan seorang habib berambut pirang. Para habaib muda pendukungnya tidak terima, dan salah satunya mengultimatum saya melalui chat di bawah ini.
Tapi saya tidak baperan dengan segelintir yang modelannya seperti itu, saya lebih banyak mengenal habaib yang alim-alim, tawadhu’, rendah hati dan tidak ekslusif, karena itu saya tidak pernah terbawa arus gebyah uyah dan menyamaratakan, saya ingat sebuah hikmah dalam bahasa Arab:
التعميم لغة الجهلاء
“Menyamaratakan adalah bahasa dan logika orang-orang bodoh.” [DR]
