Habib Hasan, Mengayuh Sepeda Onthel Menuju Surga

JAS HIJAU – Lagi, orang alim dan saleh dipanggil Allah Ta’ala ke haribaanNya, hari Ahad kemarin (27/12/2020).

Seorang ulama zuhud nan tawadhu dari kota Pasuruan, Al Habib Hasan bin Muhammad bin Hud Assegaf meninggal dunia hari Ahad lalu. Beliau adalah mertua dari ulama besar Pasuruan, Habib Taufiq bin Abdul Qodir Assegaf.

Allahuyarham al-‘Alim Habib Hasan bin Hud Assegaf dimakamkan ba’da zuhur hari ini, di pemakaman ‘Surga-Surgi’, di belakang tempat mulia yang selalu beliau kunjungi setiap hari, setiap waktu, setiap panggilan azan terdengar, setiap saat ketika beliau habiskan hari-hari untuk i’tikaf, Masjid Jami’ Al Anwar Kota Pasuruan.

Iya, selain mengajar, beliau adalah imam salat rowathib di masjid Jami’ Al Anwar. Meski rumah beliau tidak terlalu dekat dengan masjid Al Anwar—rumah beliau di Jl. Jawa dan masjid Al Anwar di Jl. Nusantara persis depan alun-alun Kota Pasuruan—namun beliau istikamah untuk selalu berjamaah salat lima waktu maupun salat-salat sunah di Al Anwar.

Sebuah sepeda “onthel” (sepeda kayuh/gowes) yang stangnya selalu terlilit surban putih yang biasa beliau kenakan menjadi saksi bagaimana istikamahnya beliau menjaga salat berjamaah masjid Al Anwar.

Iya, sehari-hari beliau hanya mengendarai sepeda onthel tua ke masjid Al Anwar. Selain untuk ke masjid, sepeda onthel tersebut juga dipakainya untuk beraktifitas sehari-hari. Bahkan, saat menghadiri undangan acara, beliau menggunakan sepeda onthel tersebut.

Habib Hasan sangat dikenal masyarakat Pasuruan sebagai ulama yang selalu menghadiri undangan. Siapa pun yang mengundang, tidak pilih-pilih; pejabat, ulama, kiai, santri, tukang becak, masyarakat ‘biasa’, kaum papah, lebih-lebih tetangga terdekat.

Dan, dalam ritus ibadah apa pun; tablig akbar, haul, maulid, dan acara-acara yang dihadiri ratusan hingga ribuan orang, hingga acara tahlilan maupun dibaan (maulid diba’) yang skalanya kampung, di rumah masyarakat biasa yang hanya dihadiri belasan orang saja.

Biasanya, di acara-acar yang beliau hadiri, beliau didaulat untuk memimpin tahlil maupun doa.

Masyarakat mengenal dan menghormati Habib Hasan sebagai ulama yang rendah hati, sabar, tawadhu, zuhud dan tidak pernah mengecewakan orang yang mengundang beliau. Ulama yang menghargai dan menghormati setiap undangan sekaligus pengundangnya yang datang kepada beliau.

Jika beliau mengetahui tempat atau rumah yang mengundang beliau, jika jarak tempuhnya tidak terlalu jauh, hanya di dalam kota saja, beliau akan mendatangi tempat tersebut dengan sepeda onthelnya. Jika sang pengundang maupun panitia acara berkenan jemput atau beliau tidak mengetauhi tempat undangan—dengan meminta jemput, beliau lebih suka dijemput dengan menggunakan motor. Lebih praktis menurut beliau.

Bahkan, saking seringnya mendengar suara beliau di berbagai acara memimpin tahlil dan doa, di kalangan kaum santri Pasuruan, beliau diberi julukan sebagai “King of Tahlil”. Karena kerapnya memimpin pembacaan tahlil dan doa di semua acara tersebut.

Mungkin beliau mendengar julukan itu, mungkin juga tidak. Namun, sebagai bagian dari masyarakat Pasuruan yang secara turun temurun dikenal doyan poyokan (gemar saling goda dan ledek–normatif, ceng-cengan biasa orang Jakarta menyebutnya), Insyaallah beliau tidak akan marah. Wallahualam.

Kini, ulama zuhud, sabar, dan tawadhu tersebut telah kembali kepada Sang Pemilik dirinya, Sang Tujuan dari semua amal ibadahnya, Allah Azza wa Jalla. Masyarakat Pasuruan sangat kehilangan.

Sangat sulit mencari sosok seperti Allahuyarham al ‘Alim Habib Hasan bin Hud Assegaf, di tengah kehidupan hedon, konsumtif dan kapitalistik seperti saat ini. Beliau adalah contoh nyata dan tauladan sikap zuhud seorang ulama, dan kezuhudan seorang Muslim.

Kaum muslimin Pasuruan kehilangan tauladannya. Ketauladanan atas keistikamahan dan kezuhudan dalam menjalankan kehidupan pribadi, kehidupan sosial, maupun dalam beribadah.

Selamat jalan Habib Hasan. Kini engkau telah kembali bersama pemilik dirimu, yang selalu kau rindukan, yang selalu kau baca dalam salatmu, zikirmu, dan tahlilmu. Yang Insyaallah Dia juga merindukanmu.

Kini engkau telah bersamaNya. Menikmati segala jamuan atas tawadhu’mu, atas sabarmu, atas keistikamahanmu, atas cintamu padaNya. Dan, atas cintaNya padamu.

Habib Hasan, tak perlu lagi dirimu mengendarai sepeda onthel tuamu yang setia menemanimu di dunia, karena Insyaallah, Allah Azza wa Jalla telah mempersiapkan kendaraan terbaik, tercepat, dan ternyaman untukmu.

Dan, mempersilakan dirimu memimpin majelismu sendiri di sana bersama para malaikat Allah.

Atau, bahkan jika dirimu merindukan sepeda onthel tua di sana kelak, mungkin Allah Azza wa Jalla akan membuatkan “sepeda onthel” khusus untukmu, seperti sepeda onthel tuamu selama di dunia, agar dirimu bisa mengayuhnya di surga sambil menikmati indahnya pemandangan surgaNya kelak.

Achmad Fuad
Wartawan senior, asli Pasuruan yang sekarang tinggal di Jakarta

One comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *