JAS HIJAU | Jangan Sekali-kali Hilangkan Jasa Ulama
Hanya di Batu Ampar; Air Mengalir dari Bawah ke Atas
Home » Hanya di Batu Ampar; Air Mengalir dari Bawah ke Atas

JAS HIJAU – Kiai Su’adi atau Kiai Abu Syamsuddin (Buju’ Latthong) adalah putra dari Kiai Basyaniah (Buju’ Tompeng) bin Kiai Abdul Mannan (Buju’ Kosambih) bin Syarif Husain (Buju’ Banyu Sangkah) bin Sunan Bonang bin Sunan Ampel.
Kiai Abdul Mannan merupakan perintis Astana Batu Ampar yang sangat populer di Nusantara. Beliau bertapa selama 41 tahun di bawah pohon kosambih (kesambi) setelah berhasil lolos dari kejaran pembunuhan prajurit Kerajaan Bangkalan.
Buju’ Latthong, Buju’ Tompeng dan Buju’ Kosambih ini dianggap sebagai Waliyullah penuh karomah yang menjadikan Batu Ampar sebagai daerah keramat di Kabupaten Pamekasan, Madura.
Ada peninggalan unik dari Buju’ Latthong yang masih bisa disaksikan hingga kini, yakni air mengalir dari bawah ke atas. Masyarakat setempat biasa menyebut air unik tersebut dengan nama ‘Aeng Nyono’.
Pada usia remaja, Buju’ Latthong berangkat ke bukit Banyu Pelle untuk melakukan tirakat sebagaimana tradisi leluhurnya. Sesampainya di atas bukit, ia mengalami kesulitan untuk mendapatkan air wudlu.
Kemudian ia turun menuju sebuah sungai yang ada di bawahnya. Ketika sampai di sungai, ia menancapkan tongkatnya di air sembari berkata: “Wahai air, ikutlah denganku ke atas bukit untuk membantuku dalam uzlahku!”
Subhanallah, atas izinNya, air sungai itu pun bergerak mengikuti tongkat Buju’ Latthong naik ke atas bukit. Hingga kini, air itu terus mengalir melawan hukum alam.
Namun pada musim hujan, aliran air tersebut harus ditutup, karena jika tidak ditutup, maka akan terjadi banjir. Jika musim kemarau, air tersebut tidak mengalir. Namun dengan ritual khatmil Qur’an, Insyaallah air akan mengalir lagi ke atas.
Kenapa harus pakai Al-Qur’an? Karena ternyata membaca Al-Qur’an adalah kesukaan sekaligus riyadahnya para Buju’ Batu Ampar semasa hidupnya.
Bahkan ada riwayat bahwa Buju’ Lathong sebelum wafatnya pernah berpesan: “Siapa yang memiliki hajat, lalu ia mengkhatamkan Al-Qur’an secara ikhlas lillahi ta’ala di pusaraku, Insyaallah akan terkabulkan hajatnya. Jika sudah tiga kali khatam tapi hajatnya tidak terkabul, robohkan nisanku.”
K.H. Ma’ruf Kedunglo pernah dawuh: “Siapa yang bisa mengkhatamkan Al-Qur’an sekali duduk di Astana Batu Ampar, apapun keinginannya, Insyaallah akan tercapai.”
K.H. Abdul Jalil Genggong juga pernah dawuh: “Jika punya hajat, datanglah ke Batu Ampar dan bertawasullah kepada Allah melalui Buju’ Latthong.” [DR]
