In Memoriam K.H. Ahmad Idris Marzuqi Lirboyo

in-memoriam-kiai-ahmad-idris-marzuqi-lirboyo

JAS HIJAU – Bermula dari Muktamar NU di Lirboyo tahun 1999 yang memilih K.H. Hasyim Muzadi sebagai ketua umum PBNU, kebetulan beliau adalah murid kesayangan almarhum kakek saya, K.H. Anwar Nur pendiri Pondok Pesantren An-Nur Bululawang, Malang, ini membuat saya sering diperintah menjadi penghubung antara beliau selaku ketua umum PBNU dengan guru saya almarhum K.H. Ahmad Idris Marzuqi dan para kiai sepuh pengasuh pesantren salaf lainnya.

Dulu, setelah tamat dari pesantren Gontor, Pak Hasyim dititipkan oleh K.H. Muchit Muzadi kepada Mbah Anwar kakek saya di Bululawang, Mbah Muchit pernah guyonan dawuh kepada saya; dulu kalau Hasyim tidak aku titipkan kakekmu mungkin sudah menjadi Muhammadiyah.

Alhamdulillah, sejak setelah Muktamar itu saya sering diperintah menyertai berbagai perjalanan beliau baik di dalam maupun luar negeri, sejak saat almarhum Mbah Idris menjadi Rais PBNU, wakil ketua Dewan Syuro DPP PKB dan terakhir sebagai Musytasyar PBNU, saya dengan senang hati selalu menjadi khadim perjalanan beliau, sering kali tinggal menginap sekamar bersama beliau sampai berhari-hari.

Saya bersyukur, telah diberi kesempatan belajar langsung kepada beliau dalam praktik kehidupan sehari-hari, di mana saya dapat melihat, mendengar dan berdiskusi bersama beliau dalam berbagai hal, saya sering didawuhi beliau tentang beberapa hal bahkan yang bersifat pribadi sekali pun, beliau terasa begitu dekat, saya merasakan bahkan lebih dekat dari ayah kandung saya sendiri.

Saya sangat mengagumi almarhum, sebagai guru dan orang tua yang bijak, sabar dan welas asih, sosok yang sangat sederhana dan bersahaja, tulus ikhlas dan tanpa pamrih dalam keseharian, mempunyai selera humor yang bagus, memberi nasihat dengan halus, tidak pernah berucap kasar bahkan selalu berbahasa Jawa halus kepada murid seperti saya.

Saya belajar tentang disiplin istikamahnya dalam keseharian, melihat berbagai lelaku wirid dan amalan sunah yang beliau lakukan, saya terkagum dengan keberanian beliau menyatakan pendapat dalam kebenaran, keteguhan hati beliau memegang prinsip, kesabaran menghadapi gangguan dan rintangan, tabah dan tenang memecahkan permasalahan serta murah hati dalam kebaikan.

Baca juga: Kiai Said Yahya yang Saya Kenal, Sebuah Memori


Beliau adalah pribadi yang sangat tawadhu dan tidak suka pujian, suka bermusyawarah dan tidak memaksakan kehendak, gemar bersilaturahmi dan sangat memperhatikan hubungan kekerabatan, berjiwa pemaaf dan lebih suka mengalah terutama pada sanak saudara, menghormati habaib dan ulama baik yang masih hidup atau pun yang sudah meninggal.

Saya sangat merasa berhutang budi kepada almarhum, atas jasa beliau lah saya mendapatkan banyak sekali kebaikan dan keberkahan dalam hidup, beliau adalah orang tua dan guru panutan sempurna bagi hidup saya selamanya, saya sungguh mencintai beliau, semoga kelak saya disatukan dengan beliau di surgaNya. [DR]


One comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *