JAS HIJAU | Jangan Sekali-kali Hilangkan Jasa Ulama
Jelaskan Islam Nusantara, Kiai Said: Budaya Kita Lebih Bermartabat dari Bangsa Arab
Home » Jelaskan Islam Nusantara, Kiai Said: Budaya Kita Lebih Bermartabat dari Bangsa Arab

JAS HIJAU – Tema Memelihara Persatuan di Tahun Politik sebenarnya, kalau yang dimaksud politik praktis kayak Pilkada atau Pileg, NU tidak ada urusan; bukan domainnya NU.
Tapi politik kebangsaan, menjaga NKRI, Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika; NU mendapatkan amanat dari leluhur, dari pendiri NU sendiri, yaitu K.H. Hasyim Asy’ari. Itu yang mengamanatkan kepada seluruh warga NU dua amanat; agama dan negara.
Alhamdulillah sebenarnya, kita jauh lebih baik daripada saudara-saudara kita di Timur Tengah.
Betul, kita orang Islam, agama kita dari Arab, Qur’an kita bahasa Arab, Nabi kita orang Arab, salat kita bahasa Arab, saya pun jelek-jelek, ya, keluaran Arab lah.Tapi yang saya bawa pulang hanya ilmu, bukan budaya.
Pulang membawa ilmu bukan membawa budaya. Kenapa, karena budaya kita jauh lebih mulia, lebih baik, lebih bermartabat daripada bangsa Arab.
Nah, ini perlu kita jelaskan sedikit. Sampai sekarang, semenjak runtuhnya Khilafah Ottoman, sudah berdiri negara-negara kebangsaan; belum selesai, belum tuntas antara agama dan nasionalisme, sampai sekarang.
Di kita, Alhamdulilah, K.H. Hasyim Asy’ari, K.H. Ahmad Dahlan, K.H. Agus Salim, K.H. Kahar Muzakir, Leimena, Maramis; semuanya sudah menganggap selesai hubungan antara agama dan negara dengan prinsip nasionalisme dan kebinekaan.
Di Arab sana, di Timur Tengah, datangnya ide nasionalisme dari orang luar. Dari seorang Kristen Ortodoks, namanya Michel Aflaq, Damaskus yang pertama kali membangun partai politik di Arab; yaitu Partai Ba’ath: Sosialis, Nasionalis dan Sekuler.
Kemudian melahirkan tokoh-tokoh aktivis nasionalis, sekuler dan sosialis seperti; Gamal Abdul Nasser, Anwar Sadat, Hafez Hasan, Saddam Hussein, Muammar Khadafi, Jakfar Humairi, Hawari Bu’madyan, itu presiden-presiden semuanya nasionalis, sosialis, sekuler.
Baca juga: Kenapa Gagasan Islam Nusantara Kurang Diterima di Kawasan Melayu?
Artinya, sebenarnya datangnya nasionalisme di Arab setengah dipaksakan. Karena ingin merebut kemerdekaan dari penjajah. Suriah, Al-Jazair, Tunisia dari Prancis; Irak dan Mesir dari Inggris.
Hanya karena semangat ingin merebut kebangsaan, ingin merebut kemerdekaan maka semangat nasionalisme dilahirkan setengah dipaksa.
Berbeda dengan Indonesia, K.H. Hasyim Asy’ari pendiri NU itu mengeluarkan jargon Hubbul wathan min al-Imam (nasionalisme bagian dari iman), pada tahun 1915.
Saat wilayah Islam masih berada di bawah pimpinan Khilafah sentral Ottoman di Turki, Kiai Hasyim Asy’ari sudah mengajarkan: Nasionalisme bagian dari iman.
Maka artinya, nasionalisme kita bukan datang dari luar, bukan impor. Tapi betul-betul kecerdasan ulama kita. NU maupun Muhammadiyah dan Sarekat Islam yang menggabungkan antara agama dan budaya, antara agama dan politik kebangsaan, sudah selesai.
Ini yang saya maksud Islam Nusantara. Bukan Mazhab, bukan aliran baru Islam Nusantara itu tapi tipologi, ciri khas. Ciri khas umat Islam Nusantara itu menggabungkan antara agama dan budaya. Bukan hanya menggabungkan, bahkan agama kita dibangun di atas budaya.
Kecuali budaya yang bertentangan dengan syariat Islam seperti hubungan seks bebas, minuman keras atau LGBT; kita tolak kalau itu. Tapi kalau selama budaya itu tidak melanggar syariat, kita jadikan infrastruktur agama.
Contoh yang gampang; baju batik budaya, untuk salat. Bagus sekali, baju batik untuk salat. Yang kurang benar menurut saya, Gamis (jubah) untuk demo. Itu yang kurang benar. Itu namanya agama untuk budaya.Kalau saya, gamis untuk salat.
Budaya kita jadikan fundamen, pondasi dari agama. Itu yang dimaksud Islam Nusantara.
Oleh karena itu, di tahun politik ini sebenarnya kalau kita anggap hangat ya hangat, Kalau kita anggap kepada nature, asli budaya Indonesia sebenarnya tidak mudah konflik, sudah memiliki keyakinan harus toleran satu sama lain, pluralisme, kebinekaan harus kita hargai.
Baca juga: Kiai Hasan Abdul Wafi, Ulama Kader Islam Nusantara yang Fanatik Sama NU
Itu sudah ada kecuali kalau itu ada yang merekayasa, kalau ada yang berkepentingan untuk menciptakan kegaduhan.
Kalau kita semua, masing-masing; sebagai pemadam kebakaran, pemadam konflik, Insyaallah konflik tidak akan besar. Kecuali kalau ada yang merekayasa, ada yang bayar, ada yang ‘ngebosin’, sehingga terjadi konflik. Baru itu besar. [DR]
CATATAN:
Tulisan ini merupakan rangkuman dari pendapat beliau saat berbicara Memelihara Persatuan di Tahun Politik yang digelar TV One.

7 Comments
[…] Baca juga: Jelaskan Islam Nusantara, Kiai Said; Budaya Kita Lebih Bermartabat dari Bangsa Arab […]
[…] Baca juga: Jelaskan Islam Nusantara, Kiai Said: Budaya Kita Lebih Bermartabat dari Bangsa Arab […]
[…] Baca juga: Jelaskan Islam Nusantara, Kiai Said; Budaya Kita Lebih Bermartabat dari Bangsa Arab […]
[…] Baca Juga: Jelaskan Islam Nusantara, Kiai Said: Budaya Kita Lebih Bermartabat dari Bangsa Arab […]
[…] Baca juga: Jelaskan Islam Nusantara, Kiai Said: Budaya Kita Lebih Bermartabat dari Bangsa Arab […]
[…] Baca juga: Jelaskan Islam Nusantara, Kiai Said: Budaya Kita Lebih Bermartabat dari Bangsa Arab […]
[…] Baca juga: Jelaskan Islam Nusantara, K.H. Said Aqil Siradj: Budaya Kita Lebih Bermartabat dari Bangsa Arab […]