JAS HIJAU | Jangan Sekali-kali Hilangkan Jasa Ulama
K.H. Abdurrochim Achmad, Mahaguru yang Ikhlas dan Penuh Keteladanan
Home » K.H. Abdurrochim Achmad, Mahaguru yang Ikhlas dan Penuh Keteladanan

JAS HIJAU – K.H. Abdurrochim Achmad, atau yang akrab dikenal sebagai Mbah Chim, adalah sosok ulama yang menjadi teladan dalam keikhlasan. Beliau tidak hanya mengajarkan ilmu, tetapi juga memberikan contoh nyata bagaimana seorang pengajar sejati melepaskan dirinya dari kepentingan duniawi dan murni mengabdi kepada Allah swt.
Putera beliau, K.H. Sa’id AR, dalam kitabnya Hilyatut Thullab—komentar atas nadzam al-Mathlab yang menjelaskan adab-adab pencari ilmu dan guru—menyampaikan sebuah pelajaran penting tentang keikhlasan seorang pengajar. Beliau berkata:
“Termasuk tanda keikhlasan seorang pengajar adalah tidak merasa risih meskipun yang hadir hanya satu murid. Selama seorang guru merasakan perbedaan antara sedikit dan banyaknya santri, atau merasa tidak senang ketika melihat temannya memiliki santri lebih banyak, ketahuilah bahwa ia telah keluar dari kemurnian keikhlasan.”
Pernyataan tersebut selaras dengan perilaku Mbah Chim semasa hidupnya. Suatu ketika, beliau mengajarkan kitab Shahih Bukhari hanya dihadiri oleh satu santri. Meski begitu, semangat beliau tak pernah surut, tetap mengajar dengan kesungguhan yang sama seperti saat mengajarkan kitab Taqrib di hadapan ratusan santri di Pesantren Sarang. Sikap ini menjadi bukti nyata akan keikhlasan beliau dalam mengajarkan ilmu, tanpa memandang jumlah murid yang hadir.
Keikhlasan beliau juga terlihat dalam hal lainnya. Mbah Chim dikenal sebagai seseorang yang tidak suka membicarakan aib orang lain (rasan-rasan). Ketika memiliki kebutuhan, beliau tidak lupa berdoa kepada Allah, memohon agar dikabulkan, tanpa hanya bergantung pada sebab-sebab duniawi. Sikap ini sangat kontras dengan kebanyakan orang di zaman sekarang yang sering kali melupakan Allah ketika berusaha.
Dalam bidang ilmu, beliau memiliki keunggulan dalam insya’ ‘arabiyyah (menulis karangan bebas dalam bahasa Arab), meskipun tidak terlalu piawai dalam muhadatsah (berdialog). Kepiawaian ini menunjukkan kecintaannya terhadap ilmu dan dedikasinya dalam mengembangkan kemampuan, sesuai dengan kemampuannya.
Baca juga: Biografi K.H. Maimun Zubair (Mbah Moen), Pendiri Pondok Pesantren Al-Anwar Sarang Rembang
Menjelang akhir hayatnya, beliau tetap menunjukkan ketaatan yang mendalam. Ketika sakit, Mbah Chim senantiasa ber-istighfar dan berharap agar rasa sakitnya menjadi wasilah penghapusan dosa-dosa. Di hari-hari terakhir, beliau sering bertanya:
“Apakah ini hari Jumat?” Sebuah pertanyaan yang mengungkap harapannya untuk wafat pada hari yang penuh kemuliaan tersebut. Dan, Allah swt mengabulkan doa beliau. Mbah Chim wafat pada hari Jumat, 21 Ramadan 1422 H, meninggalkan dunia dengan penuh keberkahan, sesuai dengan cita-cita beliau.
رحمه الله رحمة واسعة وأسكنه فسيح جنانه. آمين
Sosok seperti K.H. Abdurrochim Achmad adalah cerminan seorang ulama sejati yang mengajarkan ilmu dengan ikhlas dan menjadi teladan dalam menjalani kehidupan. Semoga kita dapat mengambil pelajaran dari keteladanan beliau. [DR]
