JAS HIJAU | Jangan Sekali-kali Hilangkan Jasa Ulama
K.H. Ahmad Warson Munawwir, K.H. Abdurrahman Chudhori dan Pesawat Delay
Home » K.H. Ahmad Warson Munawwir, K.H. Abdurrahman Chudhori dan Pesawat Delay

JAS HIJAU – Dalam sebuah kesempatan yang lain, Mbah Son (K.H. Ahmad Warson Munawwir) akan tindak (bepergian) bersama al-Maghfurlah K.H. Abdurrahman Chudhori atau biasa disapa Mbah Dur, pengasuh Pondok Pesantren API Tegalrejo, Magelang untuk pertemuan kiai-kiai sepuh yang terkenal dengan nama Kiai Khos.
Kedua beliau sangat akrab. Mbah Son memanggil K.H. Abdurrahman Chudhori dengan Mbah Dur, sebaliknya Mbah Dur memanggil K.H. Ahmad Warson Munawwir dengan Mbah Warson atau Mbah Son. Jika sedang berbicara, beliau berdua saling menghormati, menggunakan bahasa kromo Jawa, tetapi tetap ada joke guyonan ala pesantren.
Suatu hari, kedua beliau sepakat bersama ke lokasi acara pertemuan kiai-kiai sepuh dengan pesawat lewat Bandara Adisucipto Yogyakarta. Mbah Son sudah rawuh (datang) pagi-pagi di Bandara Adisucipro karena beliau biasa disiplin waktu. Beliau kita chek in-kan dulu. Sementara Mbah Dur belum rawuh, padahal waktu sudah mepet untuk boarding. Kita menunggu di luar pintu masuk bandara.
Alhamdulillah setelah beberapa saat, Mbah Dur rawuh, turun dari mobil, saling bersalaman dengan Mbah Son. Mbah Dur kemudian ngendiko: “Mbah Son, kulo ngaji ting pondok pil bakdo subuh dereng sempat ngopi, monggo ngopi riyen. (Mbah Son, saya ngaji di pondok dari sampai selepas Subuh belum sempat ngopi, mari ngopi dulu).” Dari berbagai cerita yang saya dengar, Mbah Dur memang sangat istikamah ngaji kitab di pondok, walau pun aktifitas beliau sangat padat di luar pondok, baik ngaji di masyarakat maupun urusan politik. Akan tetapi, beliau tetap menjaga keistikamahan ngaji beliau.
Kita yang di samping beliau matur: “Mbah Kiai, niki pesawate pun badhe bidal. (pesawatnya sudah mau berangkat).” Jawab Mbah Dur: “Iki pesawate mengko diundur. Monggo Mbah Son kulo nderekke ngopi. (Ini pesawatnya nanti diundur. Mari Mbah Son ikut saya ngopi).” Beliau menuju salah satu warung di bagian samping pintu masuk bandara untuk ngopi, sementara kita meminjam KTP Mbah Dur untuk chek in pesawat.
Beberapa menit kemudian, ada pengumuman dari pusat informasi bandara bahwa pesawat diundur/di-delay satu jam. Mbah Dur dan Mbah Son gemujeng bareng, sambil terus ngobrol dan menghabiskan kopi dengan santai karena ada kesempatan waktu yang cukup.
Baca juga: K.H. Ahmad Warson Munawwir dan Tender Kamus Al-Munawwir: Belajar Zuhud dan Wira’i
Subhanallah, ini luar biasa. Orang Jawa menyebut: “Ngerti sakdurunge winarah. (Mengerti sebelum tahu).” Bagi kaum santri, ini adalah karamah. Untuk para kiai-ulama, pesawat saja manut nderek dawuh poro kiai-ulama, mau delay untuk menghormati beliau-beliau yang senatiasa istikamah ngaji dan khidmah lil ummah.
Untuk beliau berdua, Mbah Dur dan Mbah Warson, al-Fatihah. [DR]
