Kenapa Saya Suka Gus Baha?

Kenapa Saya Suka Gus Baha?

JAS HIJAU – Saya orang awam. Orang seperti saya merasa ditemani dan dibela oleh orang alim seperti beliau. Dari dulu saya merasa ‘dekat’ dengan tipikal orang alim seperti Gus Baha, Gus Dur, Profesor Quraish Shihab, Gus Mus, dan lain-lain.

Gus Baha sering mengingatkan beberapa hal yang sepintas tampak sepele. Sewaktu beliau hendak mengajar mengaji di Jogja, karena bertepatan dengan hari libur, Jogja macet. Banyak orang nggerundel.

Beliau mengingatkan, “Kamu itu mbok cara berpikirnya yang baik. Coba bayangkan anak-anak dari berbagai daerah piknik ke Jogja. Dari Sragen, Blora, Malang, Situbondo, dan lain-lain. Mereka itu ada yang anak buruh tani, mungkin juga anak para TKI, lama tidak bertemu orang tua, lalu mereka piknik ke Jogja. Mereka bisa tertawa. Hati mereka senang. Bersyukurlah, bergembiralah karena orang lain bergembira. Bukan malah nggerundel karena Jogja macet. Jangan buruk gitu caramu berpikir…”

Tentu saja, saya juga sering mengeluh karena Jogja macet parah saat liburan, merasa tertohok. Tapi menyadari bahwa apa yang dikatakan Gus Baha itu benar.

Termasuk dalam hal mendidik anak. Bagaimana pun, sebagai orang tua, saya tentu punya keinginan sekali punya yang anak saleh, pintar, mulia, sejahtera, dan lain sebagainya. Lagi-lagi Gus Baha mengingatkan, hal yang sering dilupakan orang tua adalah anak mereka dituntut menjadi baik. Tapi orang tuanya lupa untuk selalu belajar menjadi lebih baik.

Anaknya disuruh ngaji, dipondokkan, disekolahkan, tapi orang tuanya malas belajar, malas memperbaiki diri sendiri, malas berubah menjadi baik.

“Itu rumus dari mana? Kelakukan orang tuanya gak karuwan gitu kok kepengen anaknya menjadi baik. Jadi orang tua itu mbok, ya, mikir. Cara utama supaya anaknya baik, orang tuanya dulu yang harus berusaha berubah menjadi orang baik.”

Baca juga: Gus Baha; Tak Usah Lebai, Biasa Saja


Anaknya diminta menjadi anak hebat dan mulia tapi kelakuan orang tuanya setiap hari menghina dan memfitnah orang, menghina Jokowi, memfitnah Prabowo, mengejek SBY, Bu mega, menjelek-jelekkan Kiai Ma’ruf Amin, mengolok-olok Gus Yaqut, semua keburukan itu hanya dilakukan cuma soal pilpres.

Lha, begitu kok ingin anaknya tumbuh menjadi orang baik. Sementara yang diwariskan selalu saja keburukan. [DR]


——————–
KETERANGAN:
Tulisan diambil dari utas Kang Imam di akun Twitternya (@kang1mam) yang diuanggahnya pada Rabu, 2 Maret 2022.

2 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *