“Kesombongan” Gus Baha

kesombongan-gus-baha

JAS HIJAU – Bagi yang baru mendengar kajian Gus Baha pasti akan timbul kesan, begitu sombong dan angkuhnya beliau. Sebab pada setiap kajian sering kali nada dan kalimat menggambarkan demikian. Apalagi bagi hatters beliau! Tinggal ngopi, udud karo selonjoran.

Misalnya beliau sering berkata; “Aku iku ulama. (Aku itu ulama).”

Sakjane maqomku iku wes duwur, tapi berhubung aku dipasrahi santri koyo sampean, aku mudun maneh menggoblokkan diri. (Sebenarnya derajat saya itu sudah tinggi, tapi berhubung dipasrahi satri seperti kalian, saya turun lagi menggoblokkan diri).”

Aku iku apal Qur’an dan ribuan hadis, kok mbok saingi karo Arba’in, kalau ngajak debat iku mbok, ya, seimbang! (Saya itu hafal Qur’an dan ribuan hadis, kok kamu saingi dengan Arba’in, kalau debat itu, ya, yang seimbang!)”

Aku iku kadang yo heran, uwong kok gobloke ngono tur yo gentho pisan. (Saya itu kadang ya heran, orang kok gobloknya begitu dan ya ‘gila’ lagi).”

Baca juga: Kenapa Saya Suka Gus Baha?


Aku (hampir) hapal Ihya’ loo, khataman bolak-balik, nek gak percoyo ayo tak tes, nek koe kan melu khataman tapi gak tau ngaji khatam. (Saya (hampir) hafal kitab Ihya’ lho, khatam bolak-balik, kalau tidak percaya ayo dites, kalau kamu kan ikut khataman tapi tidak pernah ngaji (sampai) khatam).”

“Saya berharap diundang cukup sekali ini saja, jangan diundang lagi, sebab mencintai ulama itu baik, tapi mengatur ulama itu dosa besar, hahaha…..”

Dan, yang paling baru dan mencengangkan itu kemarin di Kantor PBNU, “Jika PBNU niatnya mengangkat saya (sebagai Rais Syuriah) itu sebab iqror bahwa orang (saya) yang sudah tepat dan manfaat itu diangkat, maka saya terima. Tapi kalau merasa mengangkat (ketenaran) saya, tak lawan di pengadilan, tak lawan sampai akhirat.”

Sebagai orang yang diangkat atau diberi jabatan Rais Syuriah, berani melontarkan statemen yang demikian. Itu menurut saya hal yang luar biasa. Orang yang gila jabatan, atau bukan orang yang benar-benar alim ulama dan berkarakter kuat tidak akan berani. Saya jamin!

Baca juga: Dari Ujung Peci hingga Ujung Kaki, Gus Baha ini Ilmu Semua


Beberapa kalimat di atas mungkin akan terkesan sombong jika yang mendengar orang baru, mulakne ngaji sing suwe (makanya ngaji yang lama). Namun, bagi muhibbin-nya saya yakin tidak. Saya pribadi memaknai, kalimat beliau sebagai bentuk “pede” bagi mereka yang berilmu (mumpuni). Namun, akhirnya saya paham bahwa ternyata bukan demikian motifnya, tetapi berdasarkan hadis Nabi Muhammad Saw.

Jawaban itu saya dapati ketika beliau menjelaskan perihal sombong. “Aku iki sombong, tapi nyombongi kowe-kowe kabeh, ora nyombongi Allah, ulama kadang-kadang kudu sombong, nek gak sombong malah rusak kabeh, Gusti Allah malah melaknat, dadi ojo sok rendah hati. (Saya ini sombong, tapi sombong pada kalian-kalian semua, bukan sombong pada Allah, ulama kadang-kadang harus sombong, Gusti Allah malah melaknat, jadi jangan sok rendah hati).”

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ (صلى الله عليه و آله): ” إِذَا ظَهَرَتِ الْبِدَعُ فِي أُمَّتِي فَلْيُظْهِرِ الْعَالِمُ عِلْمَهُ ،فَمَنْ لَمْ يَفْعَلْ فَعَلَيْهِ لَعْنَةُ اللَّهِ

Baca juga: Lampu Merah di NU, Gus Baha; Saya Hanya ingin Tradisi Ilmiah di NU itu Kembali


Wow, sombongnya beliau saja berdasarkan ilmu, berdasar sunah, apalagi soal lain! Hmmm. Mulai saat itulah saya lebih mantap lagi terhadap beliau, bahwa beliau bukan sembarang ulama.

Dan, ini penting saya utarakan. Supaya kalian semua paham. [DR]


CATATAN:
Artikel ditulis oleh Izzuddin Abdurrahim Adnan dan diambil dari Grup WhatsApp Ngaji Bareng Gus Baha

2 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *