Ketawadhuan Gus Mus dan Habib Quraish Shihab

ketawadhuan-gus-mus-dan-habib-quraish-shihab

JAS HIJAU – Tidak biasanya, di pojok ruang tamu kediaman Gus Mus yang sederhana dan bersahaja, tersedia tiga buah kursi dan meja. Semua tamu, tak terkecuali para pejabat, selalu diterima dengan lesehan. 

Sore itu, Sabtu 24/12, agak berbeda. “Saya pinjam kursi ini dari tetangga,” begitu seloroh Gus Mus menyambut Ustaz M. Quraish Shihab (MQS), sambil mempersilakan MQS duduk di atas.

Gus Mus sendiri? Beliau lebih memilih duduk (ndesor) di bawah. Kalau tidak “dipaksa” MQS, beliau pun enggan.

“Kalau tidak mau duduk di sini, saya yang akan duduk di bawah,” begitu kata MQS.

Gus Mus sediakan kursi bukan saja karena mengira MQS tidak bisa duduk di bawah, tapi kerendahan hatinya mendorong untuk memuliakan orang yang dipandangnya alim. Akankah MQS bangga dan berbesar hati? Tidak!

Selang satu hari, Ahad 25/12, di Sarang, dengan penuh ketulusan MQS mencium tangan ulama kharismatik yang dihormatinya, Mbah Maimun Zubair. Tak segan-segan MQS juga meminta Gus Mus dan Mbah Moen memimpin doa. Saat tiba salat Maghrib, MQS pun persilakan Gus Mus mengimami, meski di awal Gus Mus sempat menolak.

“Di atas orang yang berilmu selalu ada yang lebih berilmu,” begitu kata al-Qur’an.

Baca juga: Ketawadhuan Quraish Shihab yang Tak Mau Dipanggil Habib


Ilmu tidak akan pernah sampai ke dalam hati yang sombong, seperti air yang tidak akan pernah sampai ke tempat yang tinggi, begitu kata Imam Nawawi. Perlu kerendahan hati. العلم حرب للفتي المتعالي # كالسيل حرب للمكان العالي.

Terima kasih para guru yang mulia. [DR]


4 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *