Ketawadhuan Kiai Nurul Huda Djazuli Ploso dan Kiai Idris Marzuki Lirboyo

ketawadhuan-kiai-nurul-huda-djazuli-ploso-dan-kiai-idris-marzuki-lirboyo

Jas Hijau – Ploso dan Lirboyo bukan pesantren kecil, keduanya adalah salah dua dari pesantren besar yang ada di Indonesia dengan ribuan santri. Santri-santrinya tersebar di seluruh penjuru negeri, dari Saang sampai Merauke hingga luar negeri.

Namun, kebesaran pesantren itu tak meruntuhkan ketawadhuan para pengasuhnya. Salah satunya adalah Kiai Nurul Huda Djajuli Ploso dan Kiai Idris Marzuki Liriboyo. Ketawadhuan kedua kiai besar ini sangat luar biasa.

Salah satu kisah yang membuat kita berdecak kagum adalah saat Kiai Nurul Huda dan Kiai Idris Marzuki bersimpuh kala bertemu dengan Kiai Ahmad Abdul Haq Watucongol, Magelang. Berikut kisah kesaksian langsung dari Ning Jazil (istri Gus Kautsar Ploso) yang ditulis di akun Instagram pribadinya.

Baca juga: Ketawadhuan Habib Munzir al-Musawa dan Kiai Idris Marzuki Lirboyo


Kalau boleh saya bercerita, saya pernah melihat peristiwa yang sangat luar biasa di depan mata kepala saya sendiri.

Yaitu disaat pertemuan kiai-kiai khos se-Indonesia yang kebetulan bertempat di ndalem kakak saya di Watucongol, Magelang, tahun 2010 kalau tidak salah. Saat itu, banyak sekali kiai-kiai yang hadir, salah satunya adalah abah saya sendiri, kemudian abah Yai Nurul Huda dan Kiai Idris Marzuki Lirboyo.

Sebelum acara dimulai, para kiai pinarak di kursi ruang tamu, berbincang sambil guyonan. Sangat luar biasa sekali suasananya.

Dan, tak berselang lama, Mbah Mad (Simbah Ahmad Abdul Haq) Watucongol rawuh dan masuk ke ruang tamu untuk menyapa para kiai. Saat itu, kebetulan saya dan kakak saya berdiri tepat di belakang Mbah Mad. Dan, apa yang saya lihat?

Baca juga: Ketawadhuan Gus Mus dan Habib Quraish Shihab


Saya melihat Abah Yai Nurul Huda dan Romo Yai Idris Marzuki seketika turun dari kursi (ndoprok) dan berjalan menggunakan lutut sambil menunduk kemudian sungkem kepada Simbah Ahmad Abdul Haq yang mana Mbah Mad adalah putera dari Simbah Yai Dalhar, guru Yai Nurul Huda Djazuli dan Kiai Idris Marzuki Lirboyo.

Masyaallah, lutut saya mendadak lemas dan jadi ikutan ndoprok kala menyaksikan kejadian yang sangat luar biasa itu.

Ya Rabb, sebenarnya tak kurang-kurang guru-guru kita memberikan tauladan. Selayaknya kita sebagai santri sejati harus mampu untuk menirukan. [DR]


2 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *