JAS HIJAU | Jangan Sekali-kali Hilangkan Jasa Ulama
K.H. Uuf Zaki Ghufron, Sang Maestro Gramatikal Bahasa Arab dari Menes
Home » K.H. Uuf Zaki Ghufron, Sang Maestro Gramatikal Bahasa Arab dari Menes

JAS HIJAU – Pada 19 Mei 1966, lahir sesosok kiai yang terkenal handal dalam bidang gramatikal bahasa Arab; nahwu, sharaf, mantiq dan balaghah, beliau adalah K.H. Uuf Zaki Ghuron dari Menes.
Orangnya tak terlalu tinggi, kulitnya berwarna putih, tak kurus dan tak pula gemuk, sorotan matanya begitu tajam, tegas namun lemah lembut, siang diisi dengan mengajar para santri dan malam mengisinya dengan zikir (mendekatkan diri) kepada Sang Maha Pencipta.
Kepiawaiannya terlihat saat mengajari para santri beberapa kitab gramatikal bahasa Arab seperti Jurumiyah, Imrithi, Mutamimah, Kailani, Nazam Maqsud, Alfiyah ibn Malik beserta syarahnya seperti Alfiyah ibn Aqil, Sulam al-Munawaraq hingga Jauhar al-Maknun. Kitab-kitab tersebut sudah sangat dikuasainya.
Saking sangat menguasainya, Kiai Uuf Zaki Gufron menyampaikan materi kitab-kitab tersebut dengan sangat mudah dimengerti (renyah) dan dipahami oleh santri. Tak luput candaan dan humornya selalu disisipi agar santri tak mengantuk. Dan, yang paling suka dengan cara penyampaiannya adalah saat menganalogikan pembahasan bait sulit dimengerti dengan analogi cinta alias rayuan maut.
Tidak hanya itu, pernah suatu saat ketika saya sowan kepada Kiai Uuf Zaki Ghufron, obrolan yang berawal menanyakan kabar dan perkembangan studi saya di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beralih ke pembicaraan saat beliau masih muda menulis syurahan (penjelasan) kitab Jauhar al-Maknun dengan tulisan tangannya sendiri. Setiap malam, beliau selalu sempatkan untuk menulis. Inilah bukti bahwa beliau sangat piawai dalam bidang gramatikal bahasa Arab.
Namun, saat saya menanyakan karya tulisan tersebut agar saya ketik dan dinarasikan ulang untuk dijadikan sebuah karya ilmiah, beliau berkata: “Puguh eta aya nu nginjem tapi hilap dei saha nu nginjem teras teu dibalikeun dei ka Abah. (Nah itu dia, ada yang meminjam tapi abah lupa siapa yang pinjam, yang pinjam lupa mengembalikan ke Abah).”
Baca juga: Profil dan Sejarah Singkat Pondok Pesantren MALNU (Mathla’ul Anwar Linahdlotil Ulama) Menes, Banten
Mendengar perkataan itu hati terasa sangat sedih ketika sebuah karya yang ditulis oleh seorang guru tercinta entah ada di mana keberadaannya, apalagi mendengar jerih payah saat abah menulisnya.
Pasca kejadian itu, Kiai Uuf Zaki Ghufron memfokuskan diri mengajar para santri sebagaimana Abi al-Hasan al-Syadzili yang fokus mengajar para santri hingga karya intelektualnya adalah santri-santrinya. [DR]

One comment
MasyaAllah sangat dibutuhkan sosok seperti beliau di zaman sekarang ini, semoga sehat selalu dan diberkahkan ilmunya 🤲