Kiai As’ad, Seorang Sufi Besar di Balik Sosok Tukang Batu

kiai-asad-seorang-sufi-besar-di-balik-sosok-tukang-batu

JAS HIJAU – Sepanjang pengetahuan saya, Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo, Situbondo tidak pernah berhenti membangun. Semakin bertambahnya jumlah santri dari tahun ke tahun membuat pengasuh pesantren harus menambah bangunan baru di samping merehab bangunan lama yang sudah tidak layak pakai.

Semenjak saya nyantri di Sukorejo sekitar tahun 1965, saya mendapati Kiai As’ad Syamsul Arifin, sebagai pengasuh, sudah tidak lagi begitu aktif mulang ketab (mengajarkan kitab), baik di masjid maupun di madrasah. Tugas mulang ketab beliau amanatkan kepada menantu sekaligus sepupunya, Kiai Dhafir Munawwar, ayahanda Kiai Ach. Azaim Ibrahimy, pengasuh sekarang.

Sejak itu Kiai As’ad lebih banyak bekerja sebagai tukang batu bersama tukang-tukang batu yang lain. Bahkan beliau tak segera rehat bekerja di saat tukang-tukang yang lain sudah istirahat. Sementara saya, yang sambil lalu ikut menikmati konsumsi hidangan para tukang, hanya bisa terkagum-kagum menyaksikan kesibukan beliau dengan bahan-bahan material dari kejauhan.

Orang-orang yang melihat beliau ketika sedang mengkonstruksi bangunan pasti tidak akan percaya bahwa beliaulah sosok manusia mulia yang ditakdirkan oleh Allah untuk menjadi juru selamat, yakni sosok yang menyelamatkan perahu besar bernama Nahdlatul Ulama yang sempat oleng di awal tahun 80-an, melalui Munas-nya pada tahun 1983 dan Muktamar-nya pada tahun 1984.

Isteri saya al-marhumah Nyai Fathimah Idris bercerita kepada saya bahwa dia pernah membersamai Kiai As’ad dahar (pagi, siang, malam?) sambil membantu beliau memisahkan tulang-tulang ikan dari dagingnya. Saya sendiri hanya bisa mengatakan bahwa sufi besar itu salah satunya bisa ditandai dengan kesederhanaanya, khidmatnya yang luar biasa kepada umat, dan manfaatnya kepada negara dan bangsa. [DR]


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *