JAS HIJAU | Jangan Sekali-kali Hilangkan Jasa Ulama
Kiai Chidlir Fauzi Fasa, Ulama Merakyat di Tengah Keberagaman Lumajang
Home » Kiai Chidlir Fauzi Fasa, Ulama Merakyat di Tengah Keberagaman Lumajang

JAS HIJAU – Lumajang tahun 1998 adalah kota yang masih asri, damai dan ongkos angkutan saat itu murah sekali, khusus pelajar 500 rupiah dari terminal Embong Kembar ke beberapa kecamatan sekitar. Di Pasar Besar atau baru juga masih dijumpai dokar sebagai angkutan masyarakat ke daerah Boreng, Galingan dan Dawuhan Wetan.
Tahun-tahun itu pula beberapa Kiai sepuh masih sugeng di pesantren beliau masing-masing. Seingat saya ada Gus Mad Gambiran, Gus Basyid, Gus Mujib, Kiai Anas Sumberrejo, K.H. Basyuni Pulosari abahnya Gus Zamroni Basuni dan abahnya Gus Ainur Ridlo, K.H. Abdullah Sajadi serta guru kami tercinta, K.H. Chidlir Fauzi Fasa.
Saat itu belum ada FPI (Front Pembela Islam), kelompok Habaib dan Islam yang “agak” keras. Masyarakat masih damai dengan satu manhaj Nahdliyyin. Tidak ada gegeran sesama umat Islam karena sebab-sebab khilafiyah (perbedaan). Intinya adem ayem.
Di tahun 1998 ini adalah masa-masa kami berada di pesantren dan bersekolah di MTsN Lumajang. Masa terpisah dari bapak ibu dan belajar kemandirian total, mulai dari menyuci sendiri, masak sendiri dan apa-apa sendiri. Maklum santri mukim putera di pondok pesantren Raudlatur Rochmaniyah waktu itu masih dua orang. Dan kami adalah yang kedua setelah teman kami dari Klakah, Bambang Surahman.
Karena berdua itulah kami ditempa langsung oleh beliau, sehingga saking intensnya kami banyak mengalami dan menyaksikan beliau sebagai “Ulama Rakyat”.
Pernah suatu pagi di jalan samping pondok ada anak kecil menangis “tidak mau sekolah” dan dimarahi ibunya, beliau dengan sabar mendekat dan “mengelus” kepalanya sambil bilang ke ibunya si anak tersebut:
“Ojok kasar-kasar Nduk nang anak, mesakno. (Jangan kasar-kasar Mbak ke anak, kasihan).” Anak tersebut kemudian diam dan mau berangkat sekolah.
Selain itu, di sekitar pondok ada masyarakat Tionghoa bertempat tinggal sejak lama. Dengan masyarakat tersebut, beliau biasa menyuruh kami menitip kambing saat Iduladha kepada masyarakat Tionghoa tersebut (karena memang profesinya “singkek” peternak kambing).
Bahkan, di saat momen Maulid Nabi Muhammad Saw dan ada Haul di pondok, kami terbiasa meminjam terpal ke pemilik penjemuran padi (Tionghoa) di utara pondok. [DR]

3 Comments
[…] Baca juga: Kiai Chidlir Fauzi Fasa, Ulama Merakyat di Tengah Keberagaman Lumajang […]
[…] Baca juga: KH Chidlir Fauzi Fasa; Ulama Merakyat di Tengah Keberagaman Lumajang […]
[…] Baca juga: Kiai Chidlir Fauzi Fasa, Ulama Merakyat di Tengah Keberagaman Lumajang […]