JAS HIJAU | Jangan Sekali-kali Hilangkan Jasa Ulama
Kiai Fawaid Istimewa Sudah dari “Sana”
Home » Kiai Fawaid Istimewa Sudah dari “Sana”

JAS HIJAU – Waktu itu, usianya sudah cukup sepuh, kurang lebih sekitar 70 tahun. Nyai Zubaidah istrinya sudah memasuki usia menopause. Sepeninggal R. Aini dan R. Nasihin, Kiai As’ad tidak mempunyai putera laki-laki.
Walaupun begitu, asa Kiai Asád untuk memiliki anak laki-laki tidak pernah pudar. Harapan besarnya, kelak pengganti sebagai pengasuh di Pondok Pesantren Salafiyah Syafiíyah Sukorejo Situbondo adalah puteranya yang laki-laki.
Harapan yang cukup sukar, namun tidak mustahil. Kalau Allah swt sudah berkehendak, apa pun bisa terjadi. Bukankah kehamilan Siti Sarah, isteri Nabi Ibrahim as terjadi di usia melebihi masa menopose?
Benar! Lambat laun beragam Isyarah kehamilan Nyai Zubaidah datang. Sependek yang saya tahu, setidaknya ada empat riwayat yang mengisahkan berita kehamilan Nyai Zubaidah.
Kabar pertama datang dari Ra Mahalli. Kabar itu diperolehnya dari Kiai Syamsul Arifin melalui mimpi. Kabar kedua datang dari Nabi Khidir. Konon, Nabi Khidir bertamu ke nDalem Kiai Asád dan mendekapnya dari belakang sembari mengabarkan bahwa Nyai Zubaidah sedang mengadung putera laki-laki.
“Anda tidak usah gelisah dan sedih, isteri Panjenengan sekarang sedang hamil, saya Khidir,” bisik Nabi Khidir dari belakang.
Baca juga: Kiai As’ad, Nabi Khidir dan Ditunjuknya Gus Dur sebagai Ketua PBNU
Berita ketiga dan keempat datang dari Kiai Nur Asembagus dan Bu Jati Arjasa. Di tempat dan waktu yang berbeda, keduanya melihat tanda bahwa Nyai Zubaidah hamil dan akan melahirkan putera laki-laki dari benjolan betis Bu Nyai.
Berita yang bertubi-tubi ini membuat Nyai Zubaidah berinisiatif ke dokter untuk memastikan kebenaran berita tersebut. Ternyata, Alhamdulillah Nyai Zubaidah hamil dan 17 Nopember 1968 Kiai Fawaid lahir.
Anehnya, setelah remaja Kiai Fawaid justru tidak boleh mondok. Hasrat Kiai Fawaid menghabiskan masa mudanya untuk nyantri di beberapa pondok kandas. Kiai As’ad tidak merestuinya untuk ke luar mencari ilmu. Dari sini jelas bahwa tidak mondok itu bukanlah pilihan Kiai Fawaid, melainkan pilihan Kiai As’ad sang walinya Allah swt.
Walau demikian, Kiai As’ad malah memberikan pengakuan dan legalitas bahwa di masa depan Kiai Fawaid lebih hebat darinya. Begitu pernyataan kiai As’ad yang di saksikan langsung oleh Almarhum Kiai Zainullah Johar, salah seorang santri senior yang terkenal dekat dengan Kiai As’ad waktu itu.
Allah karim, kini 10 tahun sudah engkau pergi meninggalkan kami, al-Fatihah. [DR]
