JAS HIJAU | Jangan Sekali-kali Hilangkan Jasa Ulama
Kiai Kholil Yasin dan Arti dari Sebuah Nama
Home » Kiai Kholil Yasin dan Arti dari Sebuah Nama

JAS HIJAU – Apalah arti dari sebuah nama? Jawabannya: Sangatlah berarti. Sebuah nama bisa punya pengaruh yang luar biasa bagi kehidupan seseorang. Menurut para ulama nama adalah doa, nama adalah harapan, nama adalah impian yang terselip di balik maknanya. Karena itu dalam sebuah hadis Baginda Nabi saw menyatakan bahwa salah satu hak anak atas orang tuanya adalah: “ أن يحسن إسمه ” atau memberikan nama yang baik.
Demi itu, para kiai kita cukup sering mengganti nama orang yang dinilai kurang baik dan kurang berarti, Syaikhina Maimun Zubair salah satunya. Beliau bahkan pernah mengubah nama kakak sepupu saya “Ahmad” menjadi “Muhammad” karena nama isterinya adalah “Aisyah”, terkait itu beliau tentu lebih tahu ilmunya. Apalagi di zaman sekarang ini makin banyak orang tua yang memberi nama anak dengan prinsip “yang penting terdengar keren” tanpa tau apa artinya.
Salah satu “Ning” pernah bercerita bahwa ia punya teman pondok yang bernama “Roihatul Farjiyah” yang berarti “aroma anu”, akhirnya oleh Ibu Nyainya diganti menjadi “Roihatul Jannah” bermakna “aroma surga”
Di Madura saat ini, selain K.H. M. Musleh Adnan, ada seorang dai yang sangat viral dan super kondang, saking larisnya jadwalnya sudah penuh sampai tahun 2030. Ceramah khasnya yang lucu tapi tetap sarat ilmu membuatnya digandrungi oleh masyarakat. Namanya K.H. Kholil Yasin, seorang kiai muda dari Durjan, Kokop, Bangkalan.
Dulu orang-orang sering bertanya apakah beliau ini masih keluarga Pondok Pesantren Al-Falah Al-Kholili Kepang? Itu karena nama beliau yang sama persis dengan nama Mbah Kakung saya: K.H. Kholil bin Yasin. Ketika pertama kali bertemu dengan beliau, saya sempat bertanya:
“Kiai, kenapa kok nama Jenengan mirip dengan nama kakek saya?”
Beliau lalu bercerita, bahwa beliau bukan berasal dari keluarga kiai, nama lahirnya juga bukan nama yang sekarang, tapi saat itu ia terus sakit-sakitan, dan termasuk kebiasaan orang Madura dulu, salah satu solusinya adalah dengan mengganti nama. Akhirnya ayah beliau memintakan nama kepada seorang kiai di desanya, dan kiai tersebut memberi nama “Kholil Yasin”, tabarrukan kepada Kiai Kholil Yasin yang merupakan salah satu ulama sepuh Bangkalan waktu itu.
Dan “barokah” nama itu bisa jadi yang membuat beliau menjadi K.H. Kholil Yasin yang sekarang ini, sosok ulama yang ceramahnya disukai jutaan masyarakat, dengan adab dan tawadhu ala santri yang selalu beliau “bawa” ke mana-mana.
Sehat-sehat selalu Kiai Kholil Yasin, Kiai Musleh, dan kiai-kiai umat lainnya, semoga selalu diberi kekuatan dan kesehatan dalam membimbing masyarakat ke jalan Allah dan RasulNya. [DR]
