JAS HIJAU | Jangan Sekali-kali Hilangkan Jasa Ulama
Kiai Ma’ruf Khozin; Kiai yang Tawadhu, Takwa dan Setia
Home » Kiai Ma’ruf Khozin; Kiai yang Tawadhu, Takwa dan Setia

JAS HIJAU – Alhamdulillah tadi malam untuk pertama kalinya bisa manggung dan “berduet” bersama Kiai Ma’ruf Khozin. Saya baru tau bahwa beliau sekarang sudah punya rumah dan bermukim di Madura.
Sejak pertama kali saya bertemu beliau, sampai tadi malam bertamu ke rumah beliau, yang paling berkesan dan paling bisa saya rasakan dari beliau adalah sifat tawadhu beliau, meskipun beliau sudah bisa disebut sebagai kiai kelas “nasional”, namun saat bertemu saya—yang umurnya jauh di bawah beliau—beliau selalu berperikalu bukan layaknya seorang kiai, melainkan seorang santri yang seakan berada di depan seorang kiai, dengan bahasa “krama inggil” Madura dan sikap sopan santun yang luar biasa.
Yai Ma’ruf bercerita bahwa dulu kakek buyut beliau berguru kepada Syaikhona Kholil, bahkan beliau juga mengatakan bahwa beliau bisa dimudahkan mendapat tanah di dekat Suramadu setelah tawassul ke makam Syaikhona Kholil.
“Amalan apa yang dibaca Jenengan ketika ziarah ke makam Syaikhona, Kiai?” tanya saya.
Yai Ma’ruf lalu menyebut amalan “khusus” ketika ziarah ke makam Syaikhona Kholil yang katanya merupakan ijazah dari Kiai Nawawi Sidogiri. (Jenengan semua bisa tanyakan sendiri ijazah-nya ke beliau, Yai Ma’ruf).
Baca juga: Habib Syech Teman Ngobrol yang Asyik dan Gemar Melucu
Dan lebih dari itu semua, ketika berceramah saya katakan kepada para jamaah bahwa Kiai Ma’ruf ini merupakan kiai panutan. Yang meskipun sudah punya 2 rumah (di Madura dan Surabaya) dan punya 2 jabatan (Ketua Dewan Fatwa MUI Jatim dan Ketua Aswaja Center NU Jatim), meski sudah menjadi kiai yang masyhur dan viral di mana-mana, beliau tetap istikamah setia ber-isteri satu. Saya lalu bertanya kepada ibu-ibu:
“Yang sunah beristeri satu apa dua, Bu?”
“Satuuu…” ibu-ibu kompak menjawab.
Saya yakin Yai Ma’ruf bukan tidak mampu, jika mau, beliau jauh di atas kata “mampu”, tapi saya husnuzan beliau ini teguh mengamalkan dawuh Imam Syafi’i yang dinukil dalam kitab Al-Bayan:
و أحب له أن يقتصر على واحدة و ان أبيح له أكثر
“Saya lebih suka seorang lelaki beristeri satu saja, meskipun dia boleh menikah lebih dari itu.“
Ibnu Abi Dawud salah satu murid beliau mengkritik:
لِمَ قال الاقتصار على واحدة أفضل ، وقد كان النبي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جمع بين زوجات كثيرة ، ولا يفعل إلا الأفضل ، ولأنه قال : ( تناكحوا تكثروا)؟
“Kok bisa begitu? Bukankah Rasulullah saw menikah lebih dari satu? Dan bukankah beliau berkata; ‘menikahlah dan perbanyaklah keturunan’?”
Imam Syafi’i menjawab: “Rasulullah aaw itu sudah dijamin keadilannya, berbeda dengan kita sebagai manusia biasa.“
Baca juga: Kebersahajaan Kiai Said Aqil Siradj
Tapi untuk menutupi itu, beliau pernah berkata kepada saya bahwa beliau ini lebih tepat dijuluki sebagai suami takwa (takut isteri tua) meskipun kalam beliau ini Fiihi Nadhorun, juga perlu dikaji kembali. Karena bagaimana bisa dibilang isteri tua kalau isteri mudanya saja nggak ada?
Sehat-sehat selalu Kiai Ma’ruf Khozin, semoga sukes dengan pondok pesantren barunya di Madura, dan semoga tetap istikamah menjadi suami yang salehah, setia dan takwa. [DR]

One comment
[…] Baca juga: Kiai Ma’ruf Khozin; Kiai yang Tawadhu, Takwa dan Setia […]