JAS HIJAU | Jangan Sekali-kali Hilangkan Jasa Ulama
Kiai Pun Berkhidmat untuk Santrinya, Catatan tentang Kiai Syamsul Arifin
Home » Kiai Pun Berkhidmat untuk Santrinya, Catatan tentang Kiai Syamsul Arifin

JAS HIJAU – “Dahulu Kiai Sepuh (Kiai Syamsul) menggoreng sendiri jagung, saat nyai sakit. Tengah malam, Kiai Sepuh pergi ke dapur. Beliau mengambil jagung lalu ngorpengi (mencabut biji, satu-satu) jagung. Kiai mengambil sepasang kerucut (wadah bunga kelapa, bentuknya mirip perahu) buat menggoreng jagung dari langit-langit dapur. Kiai membuatkan kopi serta jagung goreng tersebut kepada santri yang ber-tarhim.”
Begitulah dawuh Kiai As’ad sebagaimana dalam buku Percik-percik Pemikiran Kiai Salaf. Dari dawuh Kiai As’ad tersebut kita mendapat gambaran, bagaimana Kiai Syamsul dalam melayani santri. Beliau tidak hanya mengajar pengajian tapi juga membuatkan kopi untuk para santri yang tarhim. Ini menunjukkan bahwa beliau amat mengasihi para santrinya.
Dalam dunia pesantren, hubungan antara kiai dan santri merupakan salah satu pondasi utama yang memupuk pertumbuhan spiritual dan intelektual. Dawuh Kiai As’ad tentang Kiai Syamsul dalam melayani santri mengungkap sisi humanis yang mendalam dari seorang pemimpin relijius yang sering kali tidak terlihat. Dari perspektif psikologi sosial, kisah ini memperlihatkan betapa pentingnya kehadiran fisik dan emosional seorang kiai dalam membangun hubungan yang kuat dan penuh kasih dengan santrinya.
Kiai Syamsul tidak sekadar memberikan ilmu agama kepada santri, tetapi juga menunjukkan empati dan perhatian yang tulus. Tindakan beliau yang sederhana namun penuh makna, seperti menggoreng jagung dan membuatkan kopi di tengah malam untuk santri yang ber-tarhim, mencerminkan pemahaman mendalam tentang pentingnya kebutuhan emosional dan fisik santri. Ini adalah bentuk nyata dari prososial behavior, di mana seseorang bertindak untuk membantu orang lain tanpa mengharapkan imbalan.
Dalam konteks psikologi sosial, tindakan Kiai Syamsul dapat dilihat sebagai bentuk afiliasi dan dukungan sosial. Afiliasi merujuk pada kecenderungan manusia untuk mencari kebersamaan dan hubungan dengan orang lain, terutama dalam situasi yang menantang atau penuh tekanan. Dengan memberikan perhatian langsung kepada santri yang ber-tarhim, Kiai Syamsul tidak hanya memenuhi kebutuhan dasar mereka, tetapi juga memperkuat rasa kebersamaan dan dukungan sosial di antara mereka. Hal ini sangat penting dalam menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan harmonis.
Empati yang ditunjukkan oleh Kiai Syamsul juga memiliki dampak yang signifikan terhadap kesejahteraan psikologis santri. Dalam teori psikologi sosial, empati adalah kemampuan untuk memahami dan merasakan emosi orang lain. Ketika Kiai Syamsul turun langsung untuk melayani santri, beliau menunjukkan bahwa kebutuhan dan kesejahteraan santri adalah prioritas. Ini menciptakan ikatan emosional yang kuat, yang dapat meningkatkan rasa percaya diri dan rasa memiliki di kalangan santri.
Lebih dari itu, tindakan Kiai Syamsul juga mencerminkan nilai-nilai altruisme dalam psikologi sosial, yaitu tindakan yang dilakukan untuk kebaikan orang lain tanpa memikirkan keuntungan pribadi. Altruisme ini memperkuat hubungan antara kiai dan santri, di mana kiai dilihat bukan hanya sebagai figur otoritatif, tetapi juga sebagai sosok yang peduli dan penuh kasih.
Baca juga: Sejarah Berdirinya Nahdlatul Ulama (NU), Kesaksian Langsung K.H. As’ad Syamsul Arifin Sukorejo
Hubungan yang penuh kasih antara kiai dan santri seperti yang dicontohkan oleh Kiai Syamsul juga berfungsi sebagai model peran (role model) yang kuat. Santri yang menyaksikan tindakan penuh kasih dan pengorbanan dari kiai mereka cenderung meniru perilaku tersebut, menciptakan lingkungan yang saling mendukung dan peduli. Ini adalah manifestasi dari pembelajaran sosial (social learning), di mana individu belajar melalui observasi dan imitasi perilaku orang lain.
Dalam kesimpulannya, dawuh Kiai As’ad tentang Kiai Syamsul menggambarkan bagaimana tindakan kecil yang penuh makna dapat menciptakan dampak besar dalam hubungan sosial. Dari perspektif psikologi sosial, tindakan Kiai Syamsul tidak hanya memperkuat ikatan emosional antara kiai dan santri, tetapi juga membangun lingkungan yang mendukung pertumbuhan emosional dan spiritual. Ini adalah pelajaran berharga tentang pentingnya empati, dukungan sosial, dan altruisme dalam membina hubungan yang harmonis dan penuh kasih di komunitas mana pun. [DR]
