Kiai Ridwan, Kiai Rusydi dan Kiai Tamam; Tiga Bersaudara Penggerak NU Semarang Pertama (1928)

kiai-ridwan-kiai-rusydi-dan-kiai-tamam-tiga-bersaudara-penggerak-nu-emarang-pertama-1928

JAS HIJAU – Di keluarganya, Kiai Muhammad Ridwan bin Ahmad Mujahid (selanjutnya ditulis Kiai Ridwan) rupanya tak sendirian menggerakkan Nahdlatul Ulama (NU) di Semarang. Ada dua nama “bin Mujahid” lainnya yang bisa diidentifikasi sebagai kiai yang memiliki jejak dan tapak dalam perintisan dan pengembangan Cabang NU pertama di luar Jawa Timur.

Dua nama tersebut adalah Kiai Rusydi Mujahid dan Kiai Tamam Mujahid. Secara silsilah, menurut penuturan salah satu keturunan Mbah Ahmad Mujahid, Kiai Ridwan adalah putera kedua, Kiai Rusydi putera ketujuh dan Kiai Tamam putera kedelapan dari 9 bersaudara (keterangan ini baru berasal dari satu sumber, perlu penelaahan ke sumber lainnya).

Sumber pertama yang bisa menjadi rujukan adalah susunan kepengurusan NU pertama yang terbentuk 8 Rabiul Awal 1347 H yang berbarengan dengan tanggal 24 Agustus 1928 M. Susunan kepengurusan ini termuat dalam Swara Nahdlotoel Oelama edisi Nomor 2 tahun kedua, Shafar 1347 H.

Sesuai pilihan jamaah yang hadir di rumah Haji Soleh Kauman tersebut, Kiai Ridwan, yang dalam kepengurusan pertama Hoofdbestuur NU (1926) terpilih sebagai Mustasyar, didaulat sebagai Mustasyar juga di kepengurusan NU Semarang pertama. Kiai Rusydi (w. 1965) dan Kiai Tamam (1953) ada di jajaran eksekutif atau tanfidziyah sebagai komisaris.

Kang Iip Dzulkifli Yahya, yang banyak meneliti sejarah dan perkembangan NU, dalam kepengurusan NU masa-masa awal, istilah komisaris secara fungsional setara dengan “A’wan” atau supporting system seperti yang dikenal pada struktur NU saat ini. Atau, jika analoginya seperti perusahaan, struktur ini berperan sebagai pengawas organisasi.

Sumber lain yang menyinggung nama-nama tersebut adalah tulisan K.H. Abdul Halim Leuwimunding, Majalengka yang pada kepengurusan Hoofdbestuur NU pertama menjadi Katib Tsani (Sekretaris Syuriah Dua). Dalam buku yang berjudul Sejarah Perjuangan K.H. Abdul Wahab, K.H. Abdul Halim menceritakan sejarah kelahiran NU sedari awal dalam kapasitasnya sebagai pelaku sejarah. Buku yang ditulis dengan aksara pegon berbahasa Melayu itu bisa dikatakan sumber primer berkaitan dengan perjalanan NU.

Baca juga: Memaknai Pesan Kiai Ridwan Mujahid pada Imtihan Madrasah Nahdlatul Wathon Semarang 1930


Pada salah satu bagian bukunya (halaman 17), Kiai Abdul Halim menyebut nama banyak kiai dari pelbagai wilayah di Nusantara yang beliau kenali, terutama saat mereka bersua pada acara Muktamar. Dari Semarang, selain nama tiga kakak beradik tersebut, Kiai Abdul Halim juga menyebut beberapa nama lain, termasuk Rais Syuriah pertama NU Semarang, Kiai Sya’ban, yang oleh Kiai Abdul Halim diberi tambahan “Falakiy,” menisbatkan ilmu yang menjadi keahlian murid K.H. Soleh Darat, ilmu falak atau astronomi.

Makam Kiai Ridwan, Kiai Rusydi, Kiai Tamam serta salah satu keluarga yang lain, Kiai Munawwar, bisa dijumpai di Taman Pemakaman Umum Bergota, Semarang. Lahum al-Fatihah. [DR]


3 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *