JAS HIJAU | Jangan Sekali-kali Hilangkan Jasa Ulama
Kompetisi dan Kompetensi Digital, Menyiapkan SDM NU Hadapi Ledakan Demografi
Home » Kompetisi dan Kompetensi Digital, Menyiapkan SDM NU Hadapi Ledakan Demografi

JAS HIJAU – Kompetisi dan Kompetensi Digital menjadi keharusan dalam menyiapkan Sumber Daya Manusia Nahdlatul Ulama (SDM NU) dalam menyambut ledakan usia produktif di Indonesia.
Ledakan usia produktif sudah mulai mendominasi penduduk Indonesia. Sebagai organisasi masyarakat terbesar, sudah barang tentu Nahdlatul Ulama (NU) dianggap memiliki peran dan peluang besar mengisi semua sektor. Di sisi lain, SDM di NU dianggap belum memiliki kapasitas yang memadai. Sebagai contoh, masih minimnya kompetensi warga NU yang sesuai dengan dunia industri.
Wakil Ketua Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) Miftakul Azis menyampaikan bahwa NU menyadari punya tanggung jawab ledakan demografi dan transformasi digital di Indonesia. Menurutnya, ada tiga hal yang menjadi acuan dalam kompetensi digital, yaitu pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja.
“Kompetensi bukan berbicara apakah orang itu pintar atau tidak pintar, apakah orang itu terampil atau bukan terampil, apakah orang itu punya akhlak bekerja atau tidak. Tetapi integrasi dari tiga hal; pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja,” ujar Azis pada acara Muktamar Talk yang bertajuk Menyiapkan SDM NU Unggul Bedaya Saing, Kamis (16/12/2021).
Lebih lanjut, Azis menjelaskan untuk menghadapi bonus demografi NU harus bertransformasi dengan mengembangkan sumber daya paling tidak dalam tiga hal; (1) Berbagai karya inovasi digital NU seperti digitaliasi KTA, pembayaran gigital, dll, (2) Lembaga pendidikan, pada beberapa tahun terakhir sampai saat ini sudah terdapat 274 Perguruan Tinggi di lingkungan NU, NU sudah tidak hanya identik dengan Ma’arif NU, dan (3) Lembaga pelatihan, BLK Komunitas di berbagai pesantren.
Namun, menurut Azis, tiga hal tersebut masih kurang dan perlu berbagai langkah startegis agar benar-benar mampu melahirkan SDM NU yang unggul, sehingga dapat memberi manfaat lebih besar untuk kemandirian NU dalam memasuki era digital.
Tidak hanya itu, Azis juga menyampaikan pentingnya sertifikasi kompetensi sebagai pengakuan kompetensi profesional NU melalui sistem sertifikasi kompetensi kerja nasional.
“Dengan terus istikamah bertransformasi, NU terus iqro’ agar berbagai sumber daya NU mampu dikolaborasikan sehingga terus mengisi dan melengkapi sumber saya yang masih kosong sekaligus mengantisipasi lonjakan SDM kompeten yang lahir dari berbagai lembaga pendidikan dan pelatihan NU, termasuk juga santri NU yang sedang kuliah di berbagai perguruan tinggi di luar negeri; baik di Amerika, Eropa, Timur Tengah, dan lainnya,” paparnya.
Menurut Azis, kolaborasi dan inovasi NU harus terus menciptakan ekosistem yang lebih besar agar mampu menciptakan kemandirian NU yang berdampak pada kemandirian dan kedaulatan ekonomi Indonesia. Dengan kata lain; NU mandiri, Indonesia maju.
“Jika seseorang sudah memiliki kompetensi, maka akan melahirkan produktivitas. Jika produktivitas sudah terbentuk, maka akan berpengaruh pada daya saing, pertumbuhan, dan kesejahteraan,” pungkasya. [DR]
