Mendedah Genealogi Kitab Tasawuf Abad III Hijriah

mendedah-genealogi-kitab-tasawuf-abad-iii-hijriah

JAS HIJAU – Kitab Risalah al-Mustarsyidin adalah salah satu karya yang dapat dijadikan sebagai pintu masuk untuk menyinggahi perkembangan tasawuf di masa awal Islam. Kitab ini ditulis oleh Imam al-Harits al-Muhasibi (165-243 H). Jika dilihat dari periodesasi, ulama kelahiran Bashrah, Iraq ini semasa dengan Imam al-Syafi’i (150-204 H) dan Imam Ahmad bin Hanbal (164-241 H).

Dari data ini, dapat dipahami bahwa, sedari awal kajian tasawuf sudah tumbuh berkembang seiring dengan kajian keilmuan lainnya, baik dalam bidang hadis atau pun fikih.

Dengan menelaah kitab Risalah al-Mustarsyidin ini, setidaknya ada tiga hal penting yang dapat kita rasakan. Pertama, kitab yang di-tahqiq oleh Syekh Abd al-Fattah Abu Ghuddah (1417 H) ini menyajikan uraian yang mewakili eranya, tepatnya ialah di abad II-III Hijriah.

Kitab ini memiliki kekhasan tersendiri dibanding dengan karya-karya tasawuf di abad selanjutnya. Semisal Risalah al-Qusyairiyah karya Imam al-Qusyairi (460 H), Ihya Ulum al-Din karya Imam al-Ghazali (505 H), atau pun kitab al-Hikam karya Syekh Ibnu Athaillah al-Sakandari (709 H). Salah satu kekhasan tersebut ialah metode penggalian hukum dan ajaran (istidlal) dari al-Qur’an, hadis, dan pendapat Sahabat serta Tabi’in.

Kedua, terkait poin pertama ini, kita akan mendapati bagaimana Imam al-Harits al-Muhasibi menggali dan mengembangkan ajaran tasawuf dari dalil-dalil di atas. Yang masih menyisakan sedikit tanda tanya ialah, tidak sedikit kita jumpai beberapa hadis yang dikaji oleh Syekh Abd al-Fattah Abu Ghuddah selaku muhaqqiq, belum jelas sumber validitasnya. Sudah barang tentu, ini layak dikaji lebih lanjut, mengingat kitab ini disusun sekurun dengan masa kodifikasi kitab-kitab hadis.

Ketiga, sebagaimana menjadi kemakluman bersama, karya ulama di era awal perkembangan keilmuan Islam, sistematisasi penulisannya belum seruntut karya-karya di era selanjutnya. Hal ini sama seperti perkembangan gaya penulisan kitab-kitab dalam disiplin ilmu lainnya, semisal ushul fiqh dan ilmu musthalah hadis yang mulai matang di abad IV-V H.

Baca juga: Menilik Sumbangsih K.H. Bisri Mustofa dalam Bidang Hadis


Sebagai contoh, kitab Risalah al-Mustarsyidin ini, dari awal hingga akhir, tidak disajikan per bab atau per pasal. Dari satu paragraf ke paragraf berikutnya mengalir sambung-menyambung, meskipun dalam tema pembahasan yang berbeda. Hal ini tentunya berbeda dengan kitab Ihya Ulum al-Din misalnya, yang oleh Imam al-Ghazali disusun secara sistematis per kitab dan per bab.

Hanya saja, dengan menelaah kitab ini, kita merasakan “kuatnya” alur argumentasi dan uraian metodologis tema-tema tasawuf yang digali dari al-Qur’an, hadis, dan atsar Sahabat serta Tabi’in. Dari hal ini, kita akan merasakan “betapa” dekatnya tasawuf dengan al-Qur’an dan hadis. [DR]


KETERANGAN:
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di akun Facebook penulis yang diunggahnya pada Sabtu, 09 Juni 2018 (pukul 09.28 WIB) dengan judul MENDEDAH GENEALOGI KITAB TASHAWUF ABAD III H; Catatan Singkat Khataman Kitab Risalah al-Mustarsyidin Karya Imam al-Harits al-Muhasibi (165-243 H).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *