Mengapa Mereka Akhirnya Memilih NU?

mengapa-mereka-akhirnya-memilih-nu

JAS HIJAU – Suatu hari, seorang pengusaha datang ke rumah minta dibimbing masuk NU (Nahdlatul Ulama). Mengapa Bapak memilih NU? Beliau menjawab: Saya sudah lama berbisnis, di usia kepala lima ini saya ingin mencari dan menemukan kedamaian hidup. Saya coba ikut pengajian di berbagai masjid.

Di suatu masjid, si ustaz berceramah yang isinya mengharam-haramkan banyak hal. Musik haram, bank haram, TV haram. Hidup terasa susah, sangat sempit. Saya tidak temukan kedamaian. Di usia saya ini, yang saya cari kedamaian. Damai dengan diri, damai dengan semua. Saya pun coba ikut pengajian yang lain

Di masjid yang baru, ceramah si ustaz berisi kebencian kepada pemerintah. Presiden dibodoh-bodohkan. Polisi direndahkan. Saya membayangkan perasaan anak-anak yang orang tuanya menjadi polisi, aatau orang tua yang anaknya jadi polisi. Pasti sangat sedih. Ceramah ustaz membuat hati saya tidak tenang.

Saya pindah ke masjid lain. Di masjid itu, ceramah si ustaz menyerang agama lain. Mengucapkan selamat Natal, haram. Orang non-Muslim salah, kafir, neraka. Jangan bergaul dengan mereka. Padahal usaha juga bersentuhan dengan banyak pihak tidak hanya orang Islam saja. Setelah ngaji, saya tambah gelisah.

Di masjid yang lain, si ustaz saat ceramah menyerang tradisi. Yang ini bidah, yang itu syirik. Masyarakat disalah-salahkan. Budaya atau tradisi direndahkan. Padahal menurut saya muatan dari tradisi bukan hanya baik, tapi juga membuat masyarakat menjadi guyub rukun. Ceramahnya tidak membuat hati menjadi damai.

Setelah mengembara dan mengikuti pengajian di berbagai masjid dan majelis, dan saya tidak menemukan kedamaian, akhirnya saya coba ikut pangajian di majelis-majelis dan masjid yang penceramahnya Kiai NU, walaupun kiai kampung. Di sana, saya menemukan kedamaian hati dan hidup yang lapang, juga optimis.

Ngajinya santai, tidak galak, diselingi humor, yang sempit menjadi lapang. Pemerintah ditaati, adat tradisi dijunjung tinggi, agama lain dihormati dan dianggap layaknya saudara sendiri, hiburan musik atau TV juga boleh dinikmati. Ngaji dengan Kiai NU membuat hidup saya terasa tentram dan damai.

Agama yang damai dan bersahabat dengan semua umat dan adat, saya temukan lewat majelis pengajiannya Kiai NU. Setelah sekian lama saya mencari kedamaian, akhirnya di NU saya menemukannya. Maka saya ingin dibimbing dan dibaiat masuk NU. Semua anak cucu saya semoga juga bisa menjadi jamaah NU.

Si Bapak itu akhirnya baiat masuk NU dengan kalimat baiat yang diijazahkan guru saya, K.H. Marzuqi Mustamar, Ketua PWNU Jatim (Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Jawa Timur). Ya Allah, damaikan hati dan pikiran kami semua, damaikan bumi ini dan berkahi kami semua. Amin. [DR]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *