Mengenag Sosok Wanita Luar Biasa, Sebuah Obituari untuk Ibu Nyai Chalimah Chudory

mengenag-sosok-wanita-buar-biasa-sebuah-obituari-untuk-ibu-nyai-chalimah-chudory

JAS HIJAU – Nyai Chalimah Chudlory, bagi saya ini nama yang belum pernah saya dengar sebelumnya. Saya penasaran karena sosial media banjir berita duka. Luar biasa, kepulangan beliau kepada Allah mendadak menghebohkan jagat raya. Pentakziah ribuan manusia mengantar jenazahnya. Sosial media banjir berita duka dan kisah kemuliaannya.

Keramat bukan karena terkenal, ketenaran, dan kekuasaan yang dimiliki di masa hidup beliau. Keramat karena kesalehan dan keikhlasan dalam mengabdi. Berikut salah satu tulisan yang saya baca dari tulisan sahabat Khanifa Asfi sebagai berikut:

Mengenang sosok wanita luar biasa yang pagi ini katimbalan sowan menghadap kekasihnya.

Wajah ramah penuh senyum menyapa kita semua. Lisannya senantiasa bergerak terus menerus melantunkan salawat, tahmid dan tahlil. Cara berjalan bahkan di hadapan para tamu tetap “munduk” khas santri yang tawadhu. Cara “nimbali” (memanggil) santri juga dengan lemah lembut.

Baca juga: Mengenang Ibu Nyai Chalimah Chudlory, Perempuan Tangguh yang Hadir di Saat Keadaan Rapuh

Yang paling saya ingat dawuh beliau: “Sedoyo niki kagungane Mbah Chudhory. Kulo namung santri nderek Mbah Yai. (Semua ini milik Mbah Chudlory. Saua hanya santri ikut Mbah Yai).”

Padahal, putera-puteranya yang semuanya menjadi orang hebat itu tak apa-apa jika dibanggakan dan disombongkan, toh memang nyata. Puluhan ribu santri, bangunan megah dan semua barang mewah yang ada tidak pernah merasa dimiliki. Padahal Mbah Nyai jelas pucuk tertinggi dari sebuah nama API Tegalrejo.

Setiap hari tak putus berpuasa. Menderas Al-Qur’an sampai lelah. Sedekah dan berbagi kepada masyarakat dan santri. Gemar silaturahmi.

Apalagi yang Mbah Nyai tidak punya? Tapi dengan segalanya itu Mbah Nyai tetap memilih hidup sederhana. Tetap bersahaja dengan tirakatnya. Lalu kita yang baru punya harta sedikit pamer. Kita baru ibadah sedikit bangga. Kita baru dapat prestasi sedikit umbar ke mana-mana.

Baca juga: Mengenang Ibu Nyai Chalimah Chudlory, Perempuan Tangguh di Balik Kebesaran Pesantren API Tegalrejo

Jadikan momen berpulangnya Mbah Nyai sebagai pelajaran untuk kita semua. Bahwa apa yang kita rasakan, kita miliki dan kita jalani tidak harus semua orang ketahui. Ada orag lain yang jauh lebih tinggi yang akan tersenyum sinis ketika melihatnya. Tahaddust binnikmah, boleh. Riya’, jangan sampai.

Semoga kita yang pernah sowan kepada beliau keluberan barokahnya. Minimal kita pernah didoakan dan diakui sebagai santri agar kelak kita bisa bersama-sama katut dalam rombongan Mbah Nyai. Teruntuk Ibu Nyai Chalimah Chudlory, laha al-Fatihah. [DR]


Baca juga artikel-artikel tentang ULAMA PEREMPUAN dan tulisan-tulisan dari LULUK FARIDA MUCHTAR lainnya di Jas Hijau (jashijau.com).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *