Mengenal dan Mengenang K.H. Maimun Zubair; Sosok Komplit di NU

mengenal-dan-mengenang-kh-aimun-zubair-sosok-komplit-di-nu

JAS HIJAU – Sembilan puluh tahun adalah usia yang panjang. Namun tetap saja berita wafatnya K.H. Maimun Zubair di Tanah Suci Makkah saat itu menghentak kesadaran kita.

Saat itu, smartphone Gus Nadirsyah Hosen pun tak berhenti menerima pesan, baik lewat jalur pribadi maupun WhatsApp grup, yang mengabarkan wafatnya Mustasyar PBNU (Pengurus Besar Nahdlatul Ulama). Bahkan sejumlah sahabat non-Muslim pun menghubungi Gus Nadirsyah Hosen menyatakan dukanya atas kepergian K.H. Maimun Zubair (Mbah Moen.

Gus Nadirsyah Hosen masih terbayang saat itu, ketika menerima berita duka. Gus Nadirsyah Hosen terdiam sesaat.

Gus Nadirsyah Hosen pun langsung ingat Gus Ghofur, sahabatnya, yang merupakan salah satu putera Mbah Moen. “Saya segera mengirimkan ucapan duka dan doa kepada Gus Ghofur. Setelah itu saya kembali terdiam,” kenang Gus Nadirsyah Hosen.

Ingatan saya, kata Gus Nadirsyah Hosen, melayang pada peristiwa Muktamar NU di Jombang tahun 2015. Ada momen kecil antara Gus Nadirsyah Hosen dengan Mbah Moen.

Kala itu, ditemani Candra Malik (budayawan sufi) dan Muhlason (Rais Syuriah PCI NU Mesir), Gus Nadirsyah Hosen menuju kursi deretan depan tempat K.H. Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus), sang pejabat Rais Aam, duduk menjelang pembukaan Muktamar.

Setelah menyalami dan berbincang sejenak dengan Gus Mus, tiba-tiba Gus Mus menarik tangan Gus Nadirsyah Hosen dan mengantarkannya ke kursi di mana Mbah Moen berada.

Duduk di atas kursi roda, Mbah Moen berada di samping kiai sepuh lainnya, K.H. Zainuddin Djazuli Ploso.

Langsung Gus Nadirsyah Hosen cium tangan Mbah Moen bolak-balik seraya memperkenalkan diri dengan penuh takzim: “Saya Nadir dari Australia, kawannya Gus Ghofur.”

Mbah Moen tersenyum ramah dan tanpa disangka-sangka mengucapkan: “Terima kasih, ya, sudah mengundang Ghofur ke Australia tempo hari.”

Beliau mengapresiasi bahwa pada tahun-tahun sebelumnya Gus Nadirsyah Hosen mengundang Gus Ghofur bersafari Ramadan ke Australia dan New Zealand.

Beberapa tahun sebelumnya saat Agus Maftuh Abegebriel ke Australia, beliau juga membawa salam Mbah Moen untuk Gus Nadirsyah Hosen. Sosok yang kemudian menjadi Duta Besar RI di Arab Saudi ini mengabarkan bahwa Mbah Moen sendiri yang menceritakan bahwa Gus Ghofur bersahabat dengan Gus Nadirsyah Hosen.

Hal-hal kecil seperti ini rupanya menjadi perhatian Mbah Moen. Mbah Moen wafat 6 Agustus 2019. Dan, Gus Nadirsyah Hosen merenungkan tentang sosok luar biasa ini terhadap PBNU.

Mbah Moen ini sosok yang komplit di mata para kiai dan santri NU. Beliau bukan saja alim dalam ilmu keagamaan, pengasuh pondok besar, pembawaannya yang kalem dan adem, suaranya yang penuh wibawa, tapi juga seorang kiai yang terlibat aktif di politik praktis.

Hebatnya, tidak seperti kiai lain yang kehilangan pengaruh atau berkurang simpati umat akibat terjun ke politik, sosok Mbah Moen justru sangat dihormati lintas tokoh, aliran, dan partai politik. Pesona beliau bukannya berkurang, tapi malah semakin moncer.

NU akan segera memasuki era abad keduanya pada tahun 2026. Muktamar NU tahun 2021 sudah sewajarnya melakukan proyeksi ke depan bagaimana PBNU akan membawa umat Nahdliyin bersiap memasuki abad keduanya.

Baca juga: Biografi K.H. Maimun Zubair (Mbah Moen), Pendiri Pondok Pesantren Al-Anwar Sarang, Rembang


Tantangan yang tengah dan kelak dihadapi NU tidaklah sama dengan tantangan yang dihadapi para ulama saat mendirikan NU tahun 1926. Dunia berubah demikian cepat dan ormas mana pun yang tidak mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman akan menjadi fosil.

Kita patut menundukkan kepala berdoa untuk Mbah Moen. Kita merasakan bahwa wafatnya Mbah Moen seolah menandakan layar perjalanan NU dalam satu abad pertamanya akan segera berganti.

Rentetan wafatnya kiai sepuh dalam lima tahun terakhir ini menandakan peralihan antargenerasi tengah berlangsung di tubuh NU.

Wafatnya Mbah Moen sangat pantas ditangisi oleh para kiai dan santri, namun selalu ada hikmah di balik duka nestapa.

Kita akan segera melihat tampilnya sejumlah kiai muda yang siap melanjutkan tongkat estafet kepemimpinan NU memasuki abad keduanya. Akan segera muncul Mbah Moen-Mbah Moen baru. [DR]


2 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *