JAS HIJAU | Jangan Sekali-kali Hilangkan Jasa Ulama
Mengenal Kiai Ali Yafie, Lahir Menjelang Muktamar NU Pertama dan Wafat di Satu Abad NU
Home » Mengenal Kiai Ali Yafie, Lahir Menjelang Muktamar NU Pertama dan Wafat di Satu Abad NU

JAS HIJAU – K.H. Ali Yafie dilahirkan di Donggala, Sulawesi Tengah pada 1 September 1926 atau 23 Safar 1345. Pada bulan selanjutnya, Oktober, Muktamar NU pertama digelar di Kota Pahlawan, Surabaya.
Beliau adalah anak ketiga dari lima bersaudara. Ayahnya bernama Syekh Muhammad al-Yafie dan ibunya bernama Imacayya, putri raja dari salah satu kerajaan di Tanete di pesisir barat Sulawesi Selatan. Seturut penuturan Helmi Aly, putra Ali Yafie, Imacayya meninggal saat Ali Yafie berumur 10 tahun. Ayahnya menikah lagi dengan Tanawali.
Sejak usia 19 tahun, Kiai Ali Yafie melepas masa lajangnya dengan menikahi Hj. Aisyah, masih berusia 16 tahun. Kendati menikah muda, mereka mengarungi bahtera rumah tangga dengan bahagia. Buah dari pernikahannya, beliau dikaruniai empat anak yang kelak akan menjadi penerusnya.
Berasal dari keluarga yang taat menjalankan ajaran agama, sejak kecil beliau sudah berkecimpung di dunia pesantren. Sang ayah mendorongnya menuntut berbagai ilmu pengetahauan, terutama ilmu pengetahuan agama sebanyak-banyaknya dari para ulama, termasuk ulama besar Syekh Muhammad Firdaus, yang berasal dari Hijaz, Makkah, Saudi Arabia.
Baca juga: Menyongsong Abad Kedua Nahdlatul Ulama
Didikan orang tuanya untuk menimba ilmu sebanyak-banyaknya tertanam terus sejak kecil hingga kemudian diteruskan dalam mendidik putera-puteranya dan santri-santrinya di Pondok Pesantren Darul Dakwah Al-Irsyad.
Beliau memperoleh pendidikan pertamanya pada sekolah dasar umum, yang dilanjutkan dengan pendidikan di Madrasah Asadiyah yang terkenal di Sengkang, Sulawesi Selatan.
Kiai Ali Yafie adalah pengasuh Pondok Pesantren Darul Dakwah Al Irsyad, Pare-Pare, Sulawesi Selatan yang didirikannya tahun 1947. Sudah banyak santri-santrinya yang kini telah menjadi tokoh dan ulama-ulama. Di antaranya Quraish Shihab, Alwi Shihab, dan Umar Shihab—untuk menyebut beberapa contoh.
Pada Muktamar NU ke-25 di Surabaya, tepatnya pada tanggal 20-25 Desember 1971 Masehi, beliau terpilih menjadi Rais Syuriyah. Kemudian, pada Muktamar NU ke-26 di Semarang (1979) dan ke-27 di Situbondo (1984), beliau terpilih kembali sehagai Rais Syuriah. Sedang Muktamar NU ke-28 di Krapyak pada (1989) sebagai wakil Rais Aam. Pada tahun 1991-1992, ia terpilih secara aklamasi menjadi Rais Aam PBNU menggantikan K.H. Ahmad Shiddiq yang wafat.
Kiai yang dikenal sebagai ulama ahli fikih ini menulis beberapa karya, di antaranya; (1) Menggagas Fikih Sosial dari Soal Lingkungan Hidup, Asuransi hingga Ukhuwah, (2) Telaah Kritis Persoalan Agama dan Kemanusiaan dan (3) Beragama Secara Praktis Agar Hidup Lebih Bermakna.
Karya Kiai Ali Yafie yang ketiga ini adalah sebuah penafsiran terhadap ajaran agama merupakan salah satu kunci yang menyebabkan agama selalu menemukan hubungan dan kesesuaiannya. Buku ini merupakan salah satu bentuk tanggapan seorang ulama terhadap beragam perkembangan sosial.
Di samping itu, ada sebuah buku yang diluncurkan pada peringatan 70 Tahun K.H. Ali Yafie, merupakan kumpulan tulisan dari para ulama, cendekiawan, politisi, pejabat, pengusaha dan lain-lain yang diedit oleh Jamal D. Rahman, tahun 1997.
Pada hari Sabtu, 25 Ferbuari 2023, tepat bulan di mana NU merayakan umurnya yang sudah mencapai satu abad, K.H. Ali Yafie wafat di usia 96 tahun. Teruntuk Kiai Ali Yafie, lahu al-Fatihah. [DR]

2 Comments
[…] Baca juga: Mengenal Kiai Ali Yafie, Lahir Menjelang Muktamar NU Pertama dan Wafat di Satu Abad NU […]
[…] Baca juga: KH Ali Yafie, Lahir Menjelang Muktamar NU Pertama dan Wafat di Satu Abad NU […]