JAS HIJAU | Jangan Sekali-kali Hilangkan Jasa Ulama
Mengenal Metode Khas Pesantren, Bandongan dan Sorogan
Home » Mengenal Metode Khas Pesantren, Bandongan dan Sorogan

JAS HIJAU – Pondok pesantren tradisional mempunyai metode tersendiri dalam mengajarkan agama Islam terhadap santri, yaitu metode sorogan dan bandongan. Kedua istilah ini sangat populer di kalangan pesantren, terutama yang masih menggunakan kitab kuning sebagai sarana pembelajaran utama.
Kedua metode tersebut kerap digunakan santri untuk menggali ajaran-ajaran Islam melalui kitab kuning atau kitab turats.
SOROGAN
Sorogan adalah metode belajar mengajar di pesantren yang dilakukan secara face to face (tatap muka) antara santri dan kiai atau badal (orang yang menggantikan kiai). Dalam metode sorogan, santri maju satu per satu ke hadapan kiai untuk menyampaikan kitab yang akan dipelajari.
Kata “sorogan” berasal dari kata Jawa nyorog yang berarti “menyodorkan”. Metode sorogan didasarkan pada peristiwa ketika Rasulullah saw dan para Nabi lainnya menerima ajaran dari Allah swt melalui wahyu yang dibawa oleh malaikat Jibril.
Dengan metode ini, berarti santri dapat menyodorkan materi yang ingin dipelajarinya sehingga mendapatkan bimbingan secara individual atau secara khusus dari kiainya langsung.
Sorogan merupakan metode pembelajaran yang diterapkan pesantren hingga kini, terutama di pesantren-pesantren salaf. Bahkan, usia dari metode ini diperkirakan lebih tua dari pesantren itu sendiri. Karena metode ini telah dikenal semenjak pendidikan Islam dilangsungkan di langgar (musala), saat anak-anak belajar al-Qur’an kepada seorang ustaz atau kiai di kampung-kampung.
BANDONGAN
Bandongan adalah metode pembelajaran agama Islam yang khas digunakan di pesantren tradisional. Metode ini berpusat pada seorang guru (kiai/nyai) yang membacakan kitab, menerjemahkannya, dan menjabarkannya dengan bahasa Indonesia. Santri akan menyimak dan mencatat penjelasan yang diberikan oleh kiainya.
Kata “bandongan” berasal dari bahasa Sunda “ngabandungan“ yang berarti memperhatikan secara saksama atau menyimak.
Baca juga: Mengenal Macam-macam Santri di Pondok Pesantren: Mukim, Kalong dan Kilatan
Berikut adalah beberapa hal yang perlu diketahui mengenai metode bandongan:
- Metode bandongan merupakan hasil penyesuaian dari metode pengajaran agama yang berasal dari Timur Tengah, terutama di Makkah.
- Dalam metode bandongan, seorang kiai akan memulai pelajaran dengan membaca Bismillah, memuji Allah, dan bershalawat kepada Rasulullah saw.
- Santri akan menuliskan terjemahan kata demi kata seperti yang disampaikan oleh kiai tersebut.
- Metode bandongan biasanya digunakan untuk mempelajari kitab kuning.
- Metode bandongan merupakan salah satu metode pembelajaran agama Islam yang populer di pesantren-pesantren yang ada di Nusantara.
Pada intiya, metode sorogan dan bandongan sama-sama memiliki ciri pemahaman yang sangat kuat dalam pengajaran ilmu agama. Namun, kedua metode tersebut dianggap tidak cukup efektif untuk mengembangkan nalar kritis santri karena sedikitnya kesempatan yang diberikan untuk mempertanyakan kebenaran materi yang dipelajarinya. Metode ini sangat minim terjadinya proses dialog lantaran sedikitnya waktu pengajian yang diberikan. [DR]

10 Comments
[…] di Tebuireng. Saat itu sistem pembelajaran pesantren hanya menerapkan metode-metode pasif seperti bandongan dan […]
[…] Baca juga: Mengenal Metode Khas Pesantren, Bandongan dan Sorogan […]
[…] K.H. Yahya Syabrawi sehari-harinya mengajarkan kitab Tafsir al-Jalalain, kitab hadis Riyadh al-Sholihin dan kitab hahwu-shorof (Ibnu Aqiel) dan rutin diulang tatkala sudah khatam. Ketiga kitab klasik ini dibaca usai salat Maghrib hingga menjelang Isyak. Sehabis salat Zuhur, beliau membaca al-Iqna’ dan ditambah kitab kecil lainnya dengan metode sorogan. […]
[…] Sebagaimana dikatakan K.H. Madarik Yahya (salah satu putera Kiai Yahya), ketiga kitab klasik tersebut dibaca usai salat Magrib hingga menjelang Isyak. Dan, selepas salat Zuhur, Kiai Yahya membaca kitab al-Iqna’ dan ditambah kitab kecil lainnya dengan metode sorogan. […]
[…] Baca juga: Mengenal Metode Khas Pesantren, Bandongan dan Sorogan […]
[…] saat saya ngaji bandongan ke Kiai Ishaq Latief (senior Mbah saya), beliau cerita pernah ikut ngaji bandongan kitab Tafsir Jalalain ke Kiai Choliq, catat itu. (Dan ini yang paling saya ingat dari cerita Kiai […]
[…] Bentuk pendidikan yang diterapkan K.H. Achmad Syukri adalah dengan memberikan pendampingan langsung kepada masyarakat dengan melakukan pembinaan keagamaan dalam bentuk lembaga pengajian. Pengajian kitab dilakukan dengan metode sorogan dan wetonan. […]
[…] mengaji al-Qur’an dengan sistem sorogan dan hafalan, juga mengaji kitab kuning dengan sistem bandongan, sorogan serta muhafadlah. Dengan segala kemampuan serta daya upayanya beliau terus menekuni dan […]
[…] ke Nglawak, kemudian dimulailah aktifitas pondok dengan mengkaji kitab-kitab kuning dengan metode sorogan. Pada awal berdirinya pesantren, saat itu, jumlah santri yang mondok hanya 6 […]
[…] (NU), pesantren ini masih tetap menajaga tradisi dengan memepelajari kitab kuning—baik secara sorogan maupun bandongan. Bahkan, karena sistem salafiyah yang mesih sangat kental, nilai-nilai tasawuf dan […]