Menjaga Marwah di Tengah Sorotan Publik

menjaga-marwah-di-tengah-sorotan-publik

JAS HIJAU – Beberapa hari lalu, aku dikejutkan oleh kabar seorang perempuan yang tiba-tiba viral karena menikah dengan seorang tokoh yang dihormati, seorang pria dari keluarga terpandang dengan latar belakang agama yang kuat. Perempuan ini dulunya dikenal sebagai konten kreator, tetapi bukan karena karya yang mencerminkan akhlak seorang Muslimah. Sebaliknya, kontennya kerap kali menampilkan hal-hal yang jauh dari norma agama, berpakaian terbuka, bergaul bebas, bahkan bersentuhan dengan pria yang bukan mahram.

Ketika aku menyampaikan rasa heranku kepada suami, ia menjawab: “Apa yang perlu diherankan? Menjadi keturunan ulama atau tokoh agama tidak membuat seseorang bebas dari kekurangan. Kita semua manusia biasa, Dinda. Pada akhirnya, semua kembali pada diri masing-masing.”

Aku mengerti maksudnya, tetapi tetap ada rasa yang sulit kuredam. Bagaimana mungkin seseorang yang semestinya memahami pentingnya menjaga marwah memilih pasangan yang belum menunjukkan perubahan berarti. Bukankah statusnya sebagai isteri dari seorang tokoh agama membawa tanggung jawab moral yang lebih besar?

Yang membuatku semakin bertanya-tanya, hingga kini, konten-kontennya yang dulu masih terpajang di media sosialnya. Foto-foto yang memperlihatkan aurat, video yang menampilkan interaksinya dengan banyak pria, semuanya masih ada. Sebagai isteri seorang tokoh, bukankah seharusnya ia menjaga nama baik suami dan keluarganya?

Tentu, kita tidak berhak sepenuhnya menghakimi seseorang. Tapi sebagai seorang Muslimah, ada kewajiban yang harus diemban terlebih jika telah menjadi bagian dari keluarga yang dikenal sebagai penjaga agama. Apa yang kita tampilkan di ruang publik bukan lagi sekadar urusan pribadi, tetapi juga mencerminkan nilai-nilai yang kita pegang.

Aku tidak bermaksud merendahkan siapa pun. Tapi kejadian ini menjadi pengingat bagiku, dan mungkin bagi kita semua, bahwa peran seorang Muslimah, apalagi yang memiliki hubungan dengan tokoh agama, membawa tanggung jawab besar. Menjaga marwah bukan hanya soal menutup aurat, tetapi juga tentang bagaimana kita membawa diri, menjaga kehormatan keluarga, dan menjadi teladan bagi orang lain.

Baca juga: Gus, Lora dan Ustaz: Antara Dakwah dan Pesona Digital

Di zaman ini, saat media sosial bisa menjadi pedang bermata dua, apa yang kita tampilkan bukan hanya mencerminkan siapa kita, tetapi juga siapa yang ada di belakang kita.

Karena menjadi pasangan dari seorang tokoh adalah amanah besar. Kehormatan bukanlah milik pribadi, tetapi sesuatu yang harus dijaga bersama, terutama di mata publik. Sebab, di akhirat nanti, kita semua akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang kita lakukan, termasuk bagaimana kita menjaga nama baik keluarga, pasangan, dan agama kita. [DR]


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *