JAS HIJAU | Jangan Sekali-kali Hilangkan Jasa Ulama
Misteri Tentang Tidurnya Gus Dur
Home » Misteri Tentang Tidurnya Gus Dur

JAS HIJAU – Kali ini saya akan beberkan tentang ‘mitos’ yang sejak dulu sudah beredar luas bahwa Gus Dur itu ‘sakti’. Konon meski tertidur, beliau bisa tahu apa yang terjadi di sekelilingnya. Benarkah itu? Atau hanya isapan jempol?
Jadi begini. Ketika Gus Dur mulai menjabat presiden, saya sudah dengar kencang mitos yang katanya Gus Dur itu tidur saja bisa tahu apa-apa. Di sepanjang seminar beliau tidur. Tapi ketika saatnya bicara beliau bisa bicara dengan sangat lugas dan nyambung dengan konteks pembicara-pembicara sebelumnya.
Metespon ‘mitos’ itu, kala itu terus terang saya tidak menanggapinya dengan serius. ‘Okeee, yaaaa kita lihat aja nantinya’, bsgitu respon saya di kepala. Masa iya sih ada orang tidur bisa ngerti macam-macam. Ada-ada saja. Begitu kata otak saya saat itu.
Intinya, saya agak skeptis dengan ‘mitos’ yang beredar kencang itu. Mitos yang sangat dipercaya oleh warga Nahdliyin ‘garis keras’.
Bahkan banyak yang percaya beliau itu Wali. Bagi yang kurang paham, Wali itu orang yang ‘terpilih’ karena cinta Tuhan kepadanya yang melimpah. Kira-kira begitu.
Baca juga: Gara-gara Foto Gus Dur dan NU, Pesantren NU di Papua Tak Jadi Dibakar
Mendengar kabar yang ‘serem-serem’ itu sebenarnya saya agak grogi juga meski otak bawah sadar saya saat itu masih tak terlalu mempercayainya. Yang ada di kepala saya saat itu, nampaknya presiden baru ini memang ‘istimewa’. Istimewa apanya, saya belum tahu.
Maka tibalah saatnya presiden baru, Presiden Gus Dur tiba di istana. Dan beliau beserta keluarga memutuskan tinggal di Komplek Istana Kepresidenan Jakarta.
Maka dimulailah pula episode baru dalam hidup saya. Episode yang sangat menakjubkan. Episode yang mampu mengubah visi saya tentang hidup.
Banyak sekali hal yang beliau dan keluarga lakukan yang membuat saya ‘membuka mata’. Lahiriah maupun batiniah. Tapi malam ini saya khusus akan cerita tentang mitos tidurnya beliau yang ajaib.
Gus Dur itu memiliki ingatan yang sangat tajam. Sekali beliau bertemu seseorang, beliau tidak akan lupa. Dari dengar suaranya saja, beliau tahu dia siapa, anaknya siapa, dari pesantren mana, menganggur apa kerja, jomlo atau sudah berkeluarga, dan lain-lain. Ingatannya luar biasa.
Itu makanya Gus Dur selalu mampu mencairkan suasana dengan siapa saja beliau bicara. Mulai dari Kepala Negara sampai masyarakat biasa. Saya belum pernah menemukan sosok yang begitu piawai dalam berinteraksi dengan orang dari segala lapisan masyarakat. Menurut saya itu jenius.
Baca juga: Alasan Gus Dur Sering ke Gereja dan Dekat dengan Non-Muslim
Karena ingatan beliau begitu tajamnya, dalam berbagai forum ilmiah di Perguruan Tinggi, di dalam dan luar negeri, dalam orasi ilmiahnya beliau sering berkata begini: Menurut ahli ilmu ‘anu’ bernama ‘anu’ dalam bukunya yang berjudul ‘anu’ terbitan pertama tahun sekian, halaman sekian, ia mengatakan bla bla bla.
Hal-hal seperti ini sering membuat pendengarnya tercengang. Terutama bule-bule yang merasa sudah hebat-hebat itu. Orang-orang sering melongo dibuatnya. Saya pribadi sampai detik ini tidak paham atau ketemu kira-kira bagaimana caranya beliau bisa me-manage memorinya.
Nah, sekarang saatnya kita kulik tentang rahasia tidurnya Gus Dur yang ajaib itu.
Salah satu tugas saya saat itu di istana adalah mendampingi wartawan yang melakukan wawancara ekslusif one on one dengan Presiden Gus Dur. Sebenarnya tugas saya itu sepele saja, gak perlu kecerdasan yang prima. Saya menjaga jangan sampai wawancara molor waktunya karena yang ngantri banyak.
Memang Presiden Gus Dur saat itu yang ingin wawancara ekslusif itu memang sangat banyak. Baik media nasional maupun internasional. Macam-macam. Jadi setiap hari itu Gus Dur wawancara bisa 5-6 media. Masing-masing biasanya 30-45 menit durasinya.
Wawancara biasanya di ruang kerja presiden. Jadi presiden duduk di kursinya, lalu wartawannya duduk di seberang meja dan saya duduk di sampingnya. Ajudan dinas angkatan biasanya standby berdiri di samping pintu masuk di belakang samping kiri presiden.
Saat-saat itu juga saya baru tahu bahwa Gus Dur ternyata bisa bicara bahasa asing entah berapa bahasa. Minimal bicara basa basi sebelum wawancara dimulai dalam bahasa Inggris biasanya.
Baca juga: Pertemuan Singkat Gus Dur dengan Habib Munzir Al Musawa
Yang saya sudah saksikan, beliau sangat fasih bicara bahasa Arab, Inggris dan Belanda. Selain itu beliau juga pernah basa basi, guyon-guyon bicara dalam bahasa Jerman dan Perancis. Sampai detik ini saya tidak tahu Gus Dur bisa bicara berapa bahasa asing.
Nah, para wartawan asing ini, dari negara mana saja, punya kebiasaan sebelum melontarkan pertanyaan, mereka nerocos sendiri dulu. Intinya backgroud dari materi wawancaranya nanti. Itu bisa 10 menit sendiri. Wasweswos tidak jelas gitu. Pokoknya kesannya ‘hebat’.
Materinya macam-macam sekali. Politik, ekonomi, sosial, budaya, keamanan, pertahanan, reformasi, dan lain-lain. Nah, saat si wartawan nerocos gaje itu lah, YM Presiden Gus Dur tertidur dengan nyenyak di kursinya. Maklum AC istana dingin.
Di awal saat-saat beliau baru saja menjabat presiden, kondisi seperti itu selalu membuat saya dan ajudan dinas yang berdiri di samping pintu itu tadi panik. Dan kita berdua selalu jorok-jorokan siapa yang harus membangunkan Bapak Presiden. Kita berdua sangat takut bangunkan Gus Dur.
Dan wartawan bulenya juga selalu bingung dan berpaling ke saya. Ini gimana saya sedang ngomong penting sampai berbusa-busa kok malah ditinggal tidur pules? Kira-kira begitu di benak si wartawan.
Jadi awalnya saya dan ajudan dinas memang selalu panik dan berusaha membangunkan Bapak Presiden.
Kalau dibangunkan memang Bapak Presiden tidak pernah marah. Beliau kemudian mulai mendengarkan. Tapi tidak lama setelah si wartawan ngoceh lagi, beliau tertidur lagi!
Awalmya memang selalu begitu kejadiannya. Tapi lama-lama saya dan ajudan dinas tidak lagi panik dan membiarkan Bapak Presiden menikmati mimpi indahnya.
Baca juga: Gus Dur, Maldini dan Kepemimpiannya
Bahkan kalau kita lihat si wartawan panik, kami hanya senyum-senyum saja. Saya hanya bilang ke dia, ‘Go on. Kepp talking. It’s allright’. Saya dengan pedenya ngomong begitu ke mas bule itu juga selalu dengan senyuman saya yang paling manis. Kenapa begitu?
Karena dengan berjalannya waktu, saya makin tahu bahwa ternyata Presiden Gus Dur itu ketika saatnya beliau menjawab, tanpa dibangunkan beliau akan langsung bangun dan menjawab panjang lebar. Dan jawabannya itu cocok plek keteplek dan sangat bermutu level negarawan.
Saat itu, di satu sisi saya bangga punya presiden istimewa seperti itu. Tapi di sisi lain saya agak ingin nangis. Kenapa dari awal ketika Gus Dur selalu kita ganggu bangunin, beliau tidak perintah saja, “Wis to mas. Saya gak usah dibangunin. Gitu aja kok repot.”
Sekian, Bless you all. Ngaturaken sungkem Bapak Presiden. Nyuwun ngapunten sadoyo kalepetan dalem. Hikmah cerita: Hati-hati terhadap orang yang terlihat sedang tidur. [DR]
———————
BACA JUGA
Membumikan Gus Dur pada Generasi Milenial
Gus Dur, Bintang Kejora, Trikora dan Amerika
Gus Dur, Memberi Setelah Pergi
TONTON JUGA
Indahnya Adab dan Akhlak Gus Dur (KH Abdurrahman Wahid) – Di Atas Ilmu Ada Akhlak
Gus Dur Ungkap dan Bongkar Fakta Sejarah Penyingkiran NU
Belajar Sejuta Ilmu dari Gus Dur – Wawancara Ekslusif dengan Jaya Suprana
Mati Ketawa ala Gus Dur – Wawancara Ekslusif dengan Jaya Suprana
Stand Up Comedy Gus Dur (1992) – Suksesi dan Humor
