JAS HIJAU | Jangan Sekali-kali Hilangkan Jasa Ulama
Nyai Hj. Abidah Ma’shum, Hakim Perempuan Pertama di Indonesia
Home » Nyai Hj. Abidah Ma’shum, Hakim Perempuan Pertama di Indonesia

JAS HIJAU – Nyai Hj. Abidah Ma’shum merupakan puteri pertama dari pasangan K.H. Ma’shum Ali dan Nyai Hj. Khoiriyah Hasyim. Adapun Nyai Khoiriyah dilahirkan pada tahun 1924 dari pasangan Hadratussyekh K.H. Hasyim Asy’ari dan Nyai Hj. Nafiqoh. Beliau adalah puteri pertama dari 10 bersaudara.
Pendiri Nahdlatul Ulama, Hadratussyekh K.H. Hasyim Asy’ari memiliki banyak keturunan yang punya kiprah mentereng untuk bangsa Indonesia. Tokoh yang paling dikenal adalah K.H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang jadi Presiden RI ke-4.
Namun, selain Gus Dur, ada pula cucu perempuan Hadratussyekh K.H. Hasyim Asy’ari yang punya peran besar untuk Indonesia, beliau adalah Nyai Hj. Abidah Ma’shum yang menjadi hakim perempuan pertama di Indonesia.
Sebagai hakim perempuan pertama di Indonesia, Nyai Hj. Abidah Ma’shum bertugas sebagai Hakim Agama di Pengadilan Agama Jombang selama dua periode pada tahun 1960-1968. Penunjukan Nyai Hj. Abidah Ma’shum sebagai hakim bukanlah tanpa alasan. Beliau memiliki kiprah cukup besar di ranah publik.
Sebelumnya, Nyai Hj. Abidah Ma’shum adalah Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Jombang pada 1950. Usai menjabat anggota DPRD Jombang, berlanjut pada 1956-1959, beliau diangkat menjadi anggota Konstituante Republik Indonesia (KRI), yang bertugas menyusun konstitusi baru untuk Indonesia sebagai pengganti dari Undang-Undang Dasar Sementara (UUDS) 1950.
Pada kesempatan ini, Nyai Hj. Abidah Ma’shum merupakan salah satu dari tujuh perempuan NU yang terpilih menjadi anggota KRI. Dan kiprahnya sebagai seorang anggota KRI berhenti, karena pada 1959, KRI dibubarkan.
Meski memiliki peran di ranah publik, Nyai Hj. Abidah Ma’shum tak melupakan akarnya di pesantren. Beliau juga pernah memimpin pesantren yang didirikan ayahnya, yakni Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah Khoiriyah Hasyim, atau lebih dikenal dengan Pondok Seblak di Jombang.
Sejak Nyai Hj. Abidah Ma’shum melanjutkan kepemimpinan pesantren pada 1939, pesantren ini semakin dikenal masyarakat luas dan semakin banyak santri puteri yang belajar di sini. Kegiatan belajar mengajar yang awalnya dilakukan Nyai Hj. Khoiriyah Hasyim, diteruskan oleh beliau.
Baca juga: Mengenang Nyai Hj. Musyarofah, Pendiri Pesantren Putri Al-Fathimiyyah Tambakberas Jombang
Semasa hidupnya, Nyai Hj. Abidah Ma’shum tumbuh disertai dengan keistimewaan sehingga dikenal sebagai Ibu Kartini dari Jombang. Sayangnya julukan itu kurang akrab di kalangan masyarakat Indonesia. Sebutan itu baru mulai dikenal secara umum pasca diterbitkannya buku berjudul Women from Traditional Islamic Educational Institutions in Indonesia, sebuah karya dari penulis asal Universitas Amsterdam, Eka Srimulyani, yang menyebut Nyai Hj. Abidah Ma’shum sebagai “Kartini Indonesia dari Jombang”.
Pada tahun 2006 Nyai Hj. Abidah Ma’shum yang kala itu sangat merindukan Kabah memutuskan pergi ke Tanah Suci (Makkah). Beliau diantarkan oleh putera-puteranya untuk memenuhi keinginan tersebut. Salah satu yang mengantarkannya adalah K.H. Abdul Hakim Mahfudz (Gus Kikin) yang saat ini menjadi pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang.
Saat beliau sedang melaksanakan tawaf ifadah, Nyai Hj. Abidah Ma’shum menghembuskan nafas terakhir dan beliau pun dimakamkan di maqbarah Syaraya’, sekitar 30 menit perjalanan arah selatan dari pusat Kota Makkah.
Teruntuk Nyai Hj. Abidah Ma’shum, laha al-Fatihah. [DR]

2 Comments
[…] Baca juga: Nyai Hj. Abidah Ma’shum, Hakim Perempuan Pertama di Indonesia […]
[…] Baca juga: Nyai Hj. Abidah Ma’shum, Hakim Perempuan Pertama di Indonesia […]