JAS HIJAU | Jangan Sekali-kali Hilangkan Jasa Ulama
Perihal Kebenaran Mukjizat Isra Mikraj
Home » Perihal Kebenaran Mukjizat Isra Mikraj

JAS HIJAU – Isra Mikraj adalah dua bagian perjalanan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw dalam waktu satu malam saja. Kejadian ini merupakan salah satu peristiwa penting bagi umat Islam, karena pada peristiwa inilah Nabi Muhammad Saw mendapat perintah untuk menunaikan salat lima waktu sehari semalam. Kejadian ini pun diabadikan dalam Al-Qur’an.
Namun, kebenaran Mukjizat Isra Mikraj selalu menjadi polemik di beberapa kalangan, khususnya dalam perjalannya yang kerap dianggap tidak masuk di akal manusia.
Dalam sebuah kesempatan, K.H. Ma’ruf Khozin pernah menjelaskan tentang kejadian Isra Mikraj ini. Begini penjelasannya:
Saat ini menempuh perjalanan 1000 km sangat mudah, moda transportasi sudah sangat canggih, baik di darat, laut maupun udara. Namun, dulu saat hewan menjadi alat transportasi, menempuh jarak 1000 km dalam sekejap menjadi suatu yang mustahil.
Sedangkan jarak antara Makkah dan Baitul Maqdis di Palestina dalam perjalan Isra Nabi Muhammad Saw sudah terungkap sisi misteriusnya.
Namun, yang menjadi pertanyaan sekarang, bagaimana dnegan perjalanan Mikraj Nabi Muhammad Saw ke langit?
Sejatinya, untuk menjawab pertanyaan tersebut, saat ini sudah mulai terkuak dengan banyaknya penerbangan antariksa menuju luar angkasa. Dalam hal ini, kita hanya perlu menunggu waktu saja ketika ilmu pengetahuan dan teknologi sudah semakin maju.
“Sama halnya ketika kita menyaksikan banyak dokter spesialis mata yang berhasil melakukan operasi mata, padahal ini juga pernah dilakukan oleh Nabi untuk Sahabat Qatadah, mata beliau hampir keluar, para Sahabat menganjurkan agar dipotong namun Nabi melarang. Nabi mengusap mata beliau dengan telapak tangannya dan sembuh,” kata K.H. Ma;ruf Kohozin menjelaskan hadir riwayat Imam Thabrani dan Abu Ya’la.
Pertanyaan selanjutnya yang muncul adalah, mengapa ada mukjizat dan baru ada kajian ilmu pengetahuannya?
Menjawab pertanyyan tersebut, Direktur Aswaja Center Jawa Timur itu menggunkan istilah yang pernah disampaikan Gus Baha.
“Biar kita tahu bahwa Agama ini bukan buatan manusia,” begitu istilah Gus Baha yang dikutipnya pada Ngaji Isra Mikraj bersama Civitas Akademika Universitas NU Surabaya. [DR]
