JAS HIJAU | Jangan Sekali-kali Hilangkan Jasa Ulama
Perihal Kewajiban Suami dan Istri dalam Keluarga
Home » Perihal Kewajiban Suami dan Istri dalam Keluarga

JAS HIJAU – Tadi sambil menunggu subuh, saya ambil kitab sekenanya yang ada di pinggir saya, ternyata kena kitab Is’ad al-Rafiq. Lalu, saya buka sembarangan—dalam hati sambil bergumam, apa yang akan Allah kasih tahu pada saya hari ini—dan ternyata perihal kewajiban suami dan istri dalam keluarga.
Nah, saya baca sampek waktu subuh tiba. Singkat cerita, di bagian akhir pembahasan tersebut ada cerita yang mirip dengan cerita Ustazah Oki. Bedanya, yang jadi “korban” adalah suami.
Pada mulanya, Syekh Muhammad bin Salim, penulis kitab Is’ad al-Rafiq, menjelaskan tentang kewajiban seorang istri kepada suaminya, yaitu kewajiban taat pada suaminya dalam dan terkait dengan hal apa pun selain sesuatu yang haramkan oleh agama.
Seorang istri tidak boleh melakukan puasa sunah tanpa izin dari suaminya—jika suaminya ada bersamanya. Sebab, bisa jadi suaminya butuh menyalurkan hasratnya. Karena itu, berpuasa tanpa izin suami termasuk dosa besar.
Seorang istri juga tidak boleh keluar dari rumahnya tanpa izin dari suaminya kecuali dalam keadaan darurat, seperti ada gempa bumi atau lari dari orang yang bermaksud jahat. Jika tidak dalam keadaan darurat keluar rumah tanpa izin maka termasuk dosa besar.
Pada intinya, selain dalam perkara yang diharamkan syariat, seorang istri harus taat dan patuh pada suaminya. Bahkan, hak-hak suaminya harus didahulukan daripada hak-hak keluarganya, bahkan terkadang dari hak-haknya sendiri. Itulah kewajiban istri: Taat total pada suami.
Baca juga: KDRT Diperbolehkan dalam Islam, Benarkah?
Setelah menjelaskan panjang lebar tentang kewajiban istri taat pada suaminya, penulis kembali mengingatkan pihak suami—karena sebelumnya sudah dijelaskan kewajiban suami terhadap istrinya—dengan menulis sebagaimana berikut:
وإذا امرت ببذل تمام الطاعة والاسترضاء له فهو مأمور أيضا بالاحسان اليها بإيصال حقها نفقة ومؤنة وكسوة برضا وطيب نفس ولين قول وبالصبر على سوء خلقها
Artinya: “Maka, jika perempuan diperintah taat total pada suaminya maka suami juga diperintah berbuat/bersikap baik secara total pada istrinya dengan memenuhi hak-haknya berupa nafkah, biaya, pakaian dengan lapang dada, niat yang baik, dan perkataan yang lemah lembut, dan dengan sabar dalam menghadapi akhlak buruk istrinya.”
Setelah itu, penulis menyebutkan kisah seorang suami mempunyai istri yang sangat galak.
Dikisahkan ada seorang laki-laki berkunjung ke rumah seorang yang saleh. Setelah sampai, ia mengetuk pintu. “Siapa itu?” tanya seorang perempuan dari dalam rumah dengan suara judes.
Laki-laki itu memperkenalkan diri dan mengatakan ingin bertemu dengan suaminya. “Dia tidak ada. Sedang pergi mencari kayu bakar. Semoga dia tidak pernah kembali!” kata istri sambil misuh-misuh dan mencaci suaminya.
Tak lama kemudian, suaminya—si laki-laki saleh—datang bersama dengan seekor singa yang membawakan kayu bakar di punggungnya. Si suami mengucapkan salam dan mempersilakan si tamu sambil menurunkan kayu bakar dari punggung singa. Dan berkata pada singa, pergilah.
Kemudian, dia mempersilakan si tamu untuk masuk. Istrinya masih tetap dan tak berhenti misuh-misuh padanya. Dia sama sekali tidak membalas. Selesai makan, tamunya pun pergi dan dia geleng-geleng dan sangat takjub sekali dengan kesabaran suami yang saleh tersebut.
Pada tahun berikutnya, si laki-laki berkunjung kembali. Kali ini dia juga disambut seorang perempuan yang sangat sopan dan selalu memuji suaminya. Lalu, suaminya datang dengan membawa kayu bakar di punggunnya sendiri. Dia masuk dan memberi tamunya makanan.
Karena penasaran, ketika mau pulang si tamu bertanya soal suasana berbeda tersebut. Si suami menjawab: “Dulu, sabar dalam menghadapi cacian dan makian istriku yang sebelumnya. Maka Allah pun menjinakkan singa untuk membantuku membawa kayu bakar karena kesabaranku terhadap perilakunya.”
“Sekarang, ketika aku menikahi wanita salehah ini dan aku merasa tenang dengannya, Allah pun melepaskan singa dariku sehingga aku membawa sendiri kayu bakarnya, karena perasaan tenangku dengan istriku yang salehah itu.”
Nah, inti kisah tersebut adalah kesabaran suami dalam menghadapi perilaku buruk istrinya. Karena dia sabar, Allah pun menjinakkan seekor singa untuknya.
Baca juga: Layangan Putus, Perspektif Keadilan Hakiki Perempuan
Jadi, peran kesabaran dalam rumah tangga sangat fundamental. Jika yang dikisahhkan Ustazah Oki kesabaran istri membikin suami sadar dan menyadari kesalahannya, maka dalam kisah tersebut, kesabaran membikin seorang suami menjadi mulia.
Dengan demikian, sudah seharusnya pasangan suami istri bersabar dan tidak gegabah dalam menghadapi masalah dalam rumah tangga. Kesabaran sangat vital perannya.
Namun harus diingat, kesabaran ada batasnya. Dan, cara-cara kekerasan sama sekali tidak dibenarkan dalam menyelesaikan masalah dalam rumah tangga. Jika melibatkan kekerasan yang tidak dapat ditolerir maka mesti dilaporkan. [DR]
——————–
BACA JUGA
Mengenal Sebelas Perempuan di Struktur PBNU
Fatwa, Female dan Fitnah
TONTON JUGA
Pidato Ibu Nyai Hj. Solichah Wahid Hasyim (Ibunda Gus Dur) di Kwitang
