JAS HIJAU | Jangan Sekali-kali Hilangkan Jasa Ulama
Perihal Syekh Siti Jenar
Home » Perihal Syekh Siti Jenar

JAS HIJAU – Siti artinya tanah. Jenar artinya kuning. Tapi kalau “siti jenar” sudah ditempelkan pada sosok wali eksentrik dari Jawa sekira 600-700 tahun lalu, “Jenar” artinya tidak lagi kuning, tapi merah. Kok bisa? Ya, bisa. Salah satu revolusi besar yang dilakukan oleh para wali di negeri Nusantara adalah revolusi kata. Kata lama diisi dengan makna baru. Juga penemuan kata baru karena pengilhaman makna baru. Penemuan makna merupakan hasil panjang dari suluk atau perjalanan batin berkesinambungan. Tidak mudah menemukan makna dari kata “daun kluwih”, yang nantinya dipasang sebagai puncak mustaka (kubah) masjid kuno di Jawa. Tentu ada pembahasannya sendiri.
Suatu ketika, ada seorang santri bertanya kepada Kiainya. Pada sebuah ruang. Di seterik siang. Di hadapan banyak orang: “Ngapunten Pak Yai, sebenarnya Syekh Siti Jenar itu aslinya bagaimana, to?,” tanyanya.
“Oh, sesat! Sesat kuwi! Ati-ati, kowe ojo milu Siti Jenar, sesat! Pokoke sesat. (Sesat itu! Hati-hati, kamu jangan ikut Siti Jenar, sesat! Pokoknya sesat),” jawab Sang Kiai berapi-api. Santri itu menerima jawaban kiainya. Tapi di dalam hatinya masih tersimpan rasa penasaran terdalam.
Tapi malam harinya, setelah pukul 12 malam, jelang dini hari, si santri bertanya lagi kepada sang kiai: “Ngapunten kiai, saya mau kembali bertanya, aslinya Syekh Siti Jenar itu bagaimana, to, sebenarnya?”
Sang Kiai lalu menyuruh santrinya itu dan beberapa santri lain yang ada di sekitarnya. Kurang lebih 5-10 orang. Mereka diperintahkan untuk melingkar. Rapat. Tidak boleh renggang. Lalu Sang Kiai dawuh. Dalam keadaan setengah berbisik.
“Sssssssttt….sssst….. jangan bilang-bilang sama orang lain, ya. Sebenarnya yang imannya paling bagus sedunia pada masa itu, ya, Syekh Siti Jenar itu. Kalau mau jadi orang beriman, jadilah kayak Syekh Siti Jenar.” Lalu para santri itu dibubarkan. Dengan perintah untuk tetap menjaga rahasia besar yang baru saja disampaikan.
Baca juga: Sejarah dan Sanad Keilmuan Ulama Nusantara
Saya jadi tertawa. Beberapa waktu lalu ada ustaz dari kalangan juru dakwah populer bermazhab gerakan Islamis yang menjelaskan Syekh Siti Jenar itu. Katanya “siti” artinya tanah. “Jenar” artinya merah, maksudnya merah tanah karbala atau tanah tempat dibantainya Baginda Husein. Lalu ia mengaitkan betapa sejak masa lalu, Syiah sudah mengancam tatanan keagamaan bangsa Nusantara.
Membicarakan Syekh Siti Jenar, Wali Qutub pada masanya tidak bisa di sembarang waktu dan asal tempat. Apalagi jika dilakukan tanpa epistemologi yang sahih. Ditambah tanpa latar dasar kerohanian yang kasyaf. Sejauh ini babaran Syekh Siti Jenar dalam tulisan Kiai Agus Sunyoto masih yang terbaik. Berbarengan dengan kisah-kisah beliau dari mulut para kiai nyentrik di dunia nyata. Aku berlindung kepada Allah dari pikiran yang zalim. [DR]

2 Comments
[…] Baca juga: Perihal Syekh Siti Jenar […]
[…] Baca juga: Perihal Syekh Siti Jenar […]