JAS HIJAU | Jangan Sekali-kali Hilangkan Jasa Ulama
Starting XI Srikandi PBNU 2022-2027, Mengenal Sebelas Perempuan di Struktur PBNU
Home » Starting XI Srikandi PBNU 2022-2027, Mengenal Sebelas Perempuan di Struktur PBNU

JAS HIJAU – Susunan Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU) masa khidmat 2022-2027 resmi diumumkan pada Rabu, 12 Januari 2022 oleh K.H. Yahya Cholil Staquf selalu Ketua Umum PBNU.
Menariknya, dari nama-nama yang akan mengisi kepengurusan lima tahun ke depan, terdapat srikandi-srikandi NU di dalamnya; mulai dari istri Presiden Republik Indonesia ke-4, Ketua Muslimat NU, hingga mantan Ketua Umum KOPRI PB-PMII.
Sebagaimana dijelaskan Gus Yahya, setelah 96 tahun usia NU menurut kalender Masehi atau 99 tahun menurut kalender Hijriah, baru pertama kali dalam sejarah, perempuan diakomodasi dalam susuan pengurus harian PBNU.
Lalu, siapa saja srikandi-srikandi NU yang masuk kepengurusan. Berikut kami sajikan Starting XI Srikandi PBNU masa khidmat 2022-2027.
[1] Nyai Hj. Nafisah Sahal Mahfudz (Mustasyar PBNU)
Nyai Nafisah lahir dari keluarga pesantren. Ibunya bernama Nyai Hj. Musyarofah, pendiri Pondok Pesantren Putri Al-Fathimiyyah, Bahrul Ulum, Tambakberas, Jombang. Sedangkan ayahnya, K.H. Abdul Fattah adalah pendiri Madrasah Mu’allimin-Mu’allimat Bahrul Ulum, Tambakberas, Jombang.
Nyai Nafisah merupakan istri dari almarhum K.H. Sahal Mahfudz yang wafat pada 2014 silam. Kiai Sahal adalah tokoh penting NU dan Majelis Ulama Indonesia. Ia pernah menjadi Ketua Pengurus Cabang Muslimat NU Kabupaten Pati selama dua periode, terhitung sejak 1976 hingga 1987. Kemudian beliau dipercaya memimpin Muslimat NU Jawa Tengah selama 2 periode, terhitung sejak 1993 hingga 2005.
Selain aktif di NU, beliau juga pernah menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) pada masa Orde Baru. Selanjutnya, beliau menjabat sebagai anggota Dewan Pimpinan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) periode 2004-2009. Setelah jabatannya menjadi DPD RI selesai, Nyai Nafisah memilih kembali mendampingi sang suami mengurus pondok pesantren dan masyarakat.
Pada tahun 2004, Nyai Nafisah meraih penghargaan Eksekutif Berprestasi dan Citra Kartini Indonesia. Kemudian, di tahun 2005, dirinya dinobatkan sebagai “Man and Women of The Year.”
[2] Nyai Hj. Sinta Nuriyah Wahid (Mustasyar PBNU)
Ibu Nyai Shinta Nuriyah lahir di Jombang, Jawa Timur pada 8 Maret 1948. Beliau adalah istri Presiden keempat Republik Indonesia, K.H. Abdurrahman Wahid alias Gus Dur. Selama ini, Ibu Shinta dikenal sebagai aktivis pendukung Islam moderat. Dirinya merupakan pelopor buka puasa bersama lintas iman pada bulan Ramadan. Ia juga aktif memperjuangkan hak-hak perempuan.
Dilatarbelakangi keinginannya itu, Ibu Shinta pun membangun sebuah yayasan bernama Puan Amal Hayati. Nama Puan sendiri merupakan kepanjangan dari Pesantren untuk Pemberdayaan Perempuan dan Anak. Pada tahun 1996, dirinya juga mendirikan Yayasan al-Munawarah yang bergerak pada pemebrian bantuan dana atau beasiswa kepada anak sekolah, keluarga tidak mampu, para penyandang cacat dan korban bencana.
Selain aktif sebagai tenaga pengajar di Pesantren Dananyar Jombang, Universitas Hasyim Asy’ari Tebuireng dan Universitas Darul Ulum Rejoso, Ibu Shinta Nuriyah juga tercatat sebagai Jurnalis Majalah Keluarga Zaman tahun 1980-1985, menjadi wartawan Majalah Matra, menjadi Dewan Penasihat Komnas HAM, menjadi Ketua Pelapor Khusus Kebebasan Beragama Komnas Perempuan, menjadi Anggota Kongres Wanita Indonesia (KOWANI) dan Komisi Nasional Kedudukan Wanita Indonesia.
Dari KOWANI, Ibu Shinta dianugerahi Piagam Penghargaan sebagai Ibu Bangsa pada 2018. Di tahun yang sama, namanya masuk daftar 100 orang tokoh paling berpengaruh di dunia versi Majalah Time kategori tokoh pejuang perempuan dan kaum minoritas. Pada 2017, namanya masuk 11 Perempuan Paling Berpengaruh versi Harian New York Times.
[3] Nyai Hj. Machfudhoh Aly Ubaid (Mustasyar PBNU)
Nyai Machfudhoh lahir di Jombang, Jawa Timur pada 12 Maret 1944. Ia adalah putri pertama dari K.H. Wahab Chasbullah, pendiri NU dan penggubah lagu kebanggsaan; Ya Lal Wathon. Di dunia politk, kariernya berawal saat dirinya kerap diajak Ketua Umum PP Muslimat NU, Asma Sahroni, untuk diskusi mengenai permasalahan yang terjadi di masyarakat.
Bermula dari diskusi itu, Nyai Machfudhoh kemudian menjadi Ketua Umum Fatayat NU pada 1976. Beliau juga pernah terpilih sebagai Ketua Fatayat NU Wilayah DKI Jakarta. Selain di Fatayat, Nyai Machfudhoh juga aktif di Muslimat NU. Ia pun tercatat pernah menjadi Ketua I periode 2011-2016 dan merangkap sebagai Ketua Hidmat (Himpunan Daiyah Majelis Taklim Muslimat NU).
Beliau juga tercatat sebagai Ketua I Yayasan Sekolah Tinggi Agama Islam Bahrul Ulum Tambakberas Jombang, beliau juga menangani Majelis Taklim dan Anak Yatim di Tebet Timur sejak tahun 1983, pada tahun 1986 menjadi anggota MPR menggantikan Pak Yahya Ubaid karena wafat dan kemudian menjadi anggota DPR RI pada tahun 1987.
Selain itu, Nyai Machfudhoh juga aktif di Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Di PPP, beliau pernah menjadi Ketua Departemen Dakwah DPP PPP pada era 90-an.
[4] Nyai Hj. Ida Fatimah Zainal (A’wan PBNU)
Nyai Ida Fatimah lahir pada 4 Agustus 1952 di Bantul, Yogyakarta. Ia merupakan istri dari K.H. Zainal Abidin Munawwir, Krapyak.
Nyai Ida Fatimah memulai pendidikannya dengan belajar di Pondok Pesantren Krapyak komplek Nurussalam yang diasuh oleh Mbah K.H. Dalhar. Selepas dari komplek Nurussalam, beliau singgah di Pondok Pesantren Pandanaran yang terletak di Jalan Kaliurang, Sleman, Yogyakarta. Sejak saat itu beliau banyak berkiprah di berbagai organisasi di Yogyakarta. Beliau dikenal sebagai anak yang aktif, ulet, dan mumpuni.
Saat masih di bangku SMA, dirinya terpilih menjadi Ketua IPPNU Komisariat Khadijah ketika duduk di kelas 1 dan menjadi ketua OSIS ketika duduk di kelas 2.
Seiring berjalannya waktu, beliau menemukan jodoh, K.H. Zainal Abidin Munawwir, putra ke-9 K.H. Munawwir dan Ny. Hj. Khadijah mempersuntingnya. Beliau pun berniat berhenti dari dunia organisasi dan ingin istikamah menjadi ibu rumah tangga. Beliau juga ingin mengaji dan mengajar di Pondok.
Rupanya keinginan beliau tak disetujui sang suami. K.H. Zainal Abidin Munawwir memahami benar kualitas dan kemampuan istrinya itu. Oleh karenanya, K.H. Zainal Abidin Munawwir meminta beliau berkiprah lagi di organisasi dan masyarakat, serta mengisi pengajian ke pelosok-pelosok Yogyakarta.
Sepak terjangnya di organisasi terbilang sukses, ia terpilih sebagai Ketua Muslimat Cabang Bantul. Saat terpilih, beliau masih menjadi wakil Muslimat NU Provinsi Yogyakarta. Kemudian, beliau dipinang oleh PKB untuk masuk dalam organisasi tersebut. Di organisasi ini keberhasilan beliau semakin melejit. Hal itu terbukti dengan terpilihnya beliau menjadi anggota DPRD Bantul. Bahkan untuk dua periode.
[5] Nyai Hj. Faizah Ali Sibromalisi (A’wan PBNU)
Nyai Faizah lahir di Jakarta pada tahun 1955, ia adalah putri dari K.H. Ali Sibromalisi, tokoh ulama dari tanah Betawi yang juga berperan aktif di NU. Faizah Ali Sibromalisi merupakan satu-satunya perempuan yang menjadi anggota Lajnah Pentashih Al-Qur’an Kementrian Agama. Menyelesaikan seluruh studi jenjang sarjana, magister, dan doktor di Universitas Al-Azhar Kairo dalam bidang Ilmu Tafsir.
Saat ini, beliau merupakan dosen tetap pengampu mata kuliah tafsir di IIQ dan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Dewan Pakar di Pusat Studi Al-Qur’an. Di tengah kesibukanya yang padat menghadiri berbagai seminar, sarasehan, workshop, dosen tamu di berbagai universitas luar negri, menjadi dewan hakim, pembimbing pada ajang MTQ; baik Nasional maupun Internasional, beliau juga mendirikan dan mengasuh mahasantri di pondok pesantren pribadinya Darus Sa’adah.
Selain aktif sebagai dosen, Nyai Faizah juga tercatat menjadi Ketua Dewan Pengawas Syariah untuk Asuransi Sonwelis. Jabatan itu diembannya sejak 2012 setelah lulus fit and proper test sesuai penetapan hasil penilaian Keputusan Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia. Tidak hanya itu, namanya juga tercatat sebagai anggota Komisi Fatwa Majelis Ulama Indoesia di nomor urut 16.
[6] Nyai Hj. Nafisah Ali Maksum (A’wan PBNU)
Nyai Durroh Nafisah adalah putri dari pasangan tokoh NU asal Krapyak Yogyakarta, K.H. Ali Maksum dan Nyai Hj. Hasyimah Munawwir. Beliau lahir di Bantul pada 18 Agustus 1954. Saat ini beliau menjadi pengasuh di Bait Tahfidz an-Nafisah Pesantren Ali Maksum Krapyak Yogyakarta.
Beliau mengaji dan menghafal Al-Qur’an di Pesantren Krapyak sejak kecil, dan melanjutkan pendidikan keagamaanya di Pesantren Al-Hidayat Lasem. Selain Al-Qur’an, beliau juga memperdalam kitab-kitab kuning di Pondok Pesantren Kempek Cirebon.
Bu Nafis, begitu sapaan karib dari santri-santrinya, merupakan salah satu Ibu Nyai yang nyentrik dan serba bisa. Beliau terampil dalam hal yang di luar bidang keagamaan, salah satunya pandai menyetir mobil sejak masa mudanya. Di kepengurusan PBNU masa khidmat 2022-2007 ini, Nyai Nafisah Ali Maksum dipercaya menjadi A’wan PBNU.
[7] Nyai Hj. Badriyah Fayumi (A’wan PBNU)
Ibu Badriyah Fayumi lahir pada 5 Agustus 1971 di Pati, Jawa Tengah. Ia adalah putri K.H. Ahmad Fayumi Munji, ulama besar pengasuh Pondok Pesantren Raudlatul Ulum, Pati. Badriyah Fayumi menyelesaikan pendidikan sarjananya di IAIN Jakarta kemudian di Al-Azhar Kairo pada tahun 1998. Sedangkan S2-nya dia selesaikan di UIN Jakarta.
Perempuan yang dikenal sebagi mubalig ini aktif menyuarakan kesetaraan gender. Ia juga menggawangi Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI), suatu perkumpulan kaum perempuan akademisi dan aktivis. Dirinya juga tercatat sebagai Wakil Ketua Pengurus Pusat Lembaga Kemaslahatan Keluarga Nahdlatul Ulama (LKK NU). Ia juga pernah menjadi Komisonesr Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI).
Selain itu, dirinya juga merupakan peneliti Puan Amal Hayati pimpinan Ibu Shinta Nuriyah di Ciganjur, Jakarta. Saat ini, Badriyah Fayumi menjadi pengasuh Pondok Pesantren Mahasina Darul Qur’an wal Hadist Kota Bekasi, Jawa Barat.
[8] Nyai Hj. Masriyah Amva (A’wan PBNU)
Nyai Masriyah Amva sudah 14 tahun memimpin Pondok Pesantren Kebon Jambu, Kota Cirebon, Jawa Barat. Ia menggantikan kepemimpinan sang suami, K.H. Muhammad, yang meninggal pada 2006 silam. Pondok pesantrennya pernah menjadi tuan rumah untuk penyelenggaraan Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI).
Selama ini, Masriyah dikenal produktif menuliskan pengalaman dan gagasan-gagasannya dalam bentuk buku yang mengajak perempuan agar hidup mandiri, tak menyandarkan nasib pada suami, berpikiran maju, terbuka, dan toleran terhadap keberagaman serta perbedaan.
Pada 2014 lalu, Nyai Masriyah menerima anugerah Penghargaan S.K. Trimurti 2014 dari Aliansi Jurnalis Independen (AJI).
[9] Nyai Hj. Alissa Qotrunnada Wahid (Ketua PBNU)
Alissa Wahid dikenal sebagai psikolog yang berfokus pada keluarga, anak, dan wanita. Putri presiden keempat ini juga aktif di beberapa organisasi kebinekaan, dirinya dikenal luas karena sumbangsihnya di sektor sosial; terutama tentang multukulturalisme , demokrasi serta hak asasi manusia.
Pada 2019, Alissa Wahid ditunjuk oleh Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional sebagai Duta Sustainable Development Goals (SDGs) Indonesia. Ia pernah menjadi Koordinator Nasional Gerakan Gus Dur Indonesia (Gusdurian) pada 2010 dan Sekretaris Umum Lembaga Kemaslahatan Keluarga Nahdlatul Ulama (LKKNU) di tahun 2015.
Di organisasi Gusdurian, Alissa saat ini menjabat sebagai Direktur Nasional Gusdurian Network Indonesia (GNI) yang merangkul ribuan aktivis di seluruh Indonesia untuk mempromosikan dialog dan pemahaman antar agama, kemasyarakatan yang aktif, demokrasi dan hak asasi manusia.
Beberapa penghargaan yang diperolehnya adalah; Shine on Award (2015), Global Women’s Leadership 2015 oleh Esienhower Fellowship, Marketeer’s 2016 Women Award, International Fellow oleh King Abdullah bin Abdulaziz International Centre for Interreligious and Intercultural Dialoque pada 2016. Alissa pun meraih penghargaan Alumni Awards 2019 kategori alumni muda berprestasi.
Saat ini, perempuan yang menjabat sebagai Ketua PBNU tersebut menjabat sebagai Komisaris Independen PT Unilever Indonesia Tbk. Mengutip situs resmi Unilever, ia diangkat menjadi Komisaris Independen lewat Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan pada 27 Mei 2021.
[10] Nyai Hj. Khofifafh Indar Parawansa (Ketua PBNU)
Perempuan yang saat ini menjabat sebagai Gubernur Jawa Timur periode 2019-2024 lahir di Surabaya pada 19 Mei 1965. Sebelumnya, Khofifah Indar Parawansa menjabat sebagai Menteri Sosial ke-27 di periode pertama Jokowi selama empat tahun, terhitung sejak 27 Oktober 2014 hingga 17 Januari 2018.
Di era Presiden Abdurrahman Wahid, Khofiah menjabat Menteri Pemberdayaan Perempuan dari 26 Oktober 1999 hingga 23 Juli 2001. Sejak 90-an, Khofifah telah menduduki kursi sebagai wakil rakyat di parlemen.
Di Parlemen, ia pernah menjadi pimpinan Fraksi PPP DPR RI tahun 1992-1997, pimpinan Komisi VIII DPR RI tahun 1995-1997, anggota Komisi II DPR RI 1997-1998, Wakil Ketua DPR RI tahun 1999, Sekretaris Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa MPRI tahun 1999, Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional tahun 1999, Ketua Komisi VII DPR RI tahun 2004-2006, dan anggota Komisi VII DPR RI 2006.
Di NU, Khofifah tercatat sebagai Ketua Umum Muslimat NU selama 4 periode. Diketahui juga, Khofifah pernah terpilih menjadi Ketua Pengurus Wilayah Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul (IPPNU) Ulama Jawa Timur. Di awal tahun 2022 ini, Khofifah Indar Parawansa mendapat pengharhargaan dari IKA PMII Jatim Award kategori Leadership and Goverment Achievment.
[11] Ai Rahmayanti (Wakil Sekretaris Jenderal PBNU)
Ai Rahmayanti sudah bergabung menjadi penulis rubrik Kolom di Kompas.com sejak 13 Mei 2020. Ia merupakan alumni Pascasarjana Ilmu Dakwah UIN Bandung. Pada 2014, Ai Rahmayanti terpilih sebagai Ketua Umum Korps PMII Putri melaui Kongres PMII ke-18 di Jambi.
Saat ini, Ai Rahmayanti menjabat sebagai Pimpinan Pusat Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (PP ISNU) dan Ketua Departement Gender dan Budaya. Selain itu, Ai Rahmayanti juga aktif di Perempuan Bangsa, LKK NU, Saburmusi, hingga KOWANI.
Perempuan yang juga Founder Rumah Perempuan dan Anak itu kini dipercaya menjadi Wakil Sekretaris Jenderal PBNU masa khidmat 2022-2027. [DR]

4 Comments
[…] Baca juga: Starting XI Srikandi PBNU, Mengenal Sebelas Perempuan di Struktur PBNU […]
[…] JUGAStarting XI Srikandi PBNU 2022-2027, Mengenal Sebelas Perempuan di Struktur PBNULampu Merah di NU, Gus Baha; Saya Hanya Ingin Tradisi Ilmiah di NU itu KembaliPerempuan dalam […]
[…] Baca juga: Starting XI Srikandi PBNU 2022-2027, Mengenal Sebelas Perempuan di Struktur PBNU […]
[…] Baca juga: Starting XI Srikandi PBNU 2022-2027, Mengenal Sebelas Perempuan di Struktur PBNU […]