JAS HIJAU | Jangan Sekali-kali Hilangkan Jasa Ulama
Pondok Pesantren Al-Ashriyah Genteng Banyuwangi
Home » Pondok Pesantren Al-Ashriyah Genteng Banyuwangi

JAS HIJAU – Pondok Pesantren Al-Ashriyah Genteng Banyuwangi didirikan pada tahun 1882 Masehi oleh K.H. Abdul Basyar. Tetang tahun pendirian pesantren ini sejatinya tidak ada keterangan pastinya. Namun berdasarkan kisah para santri yang mengaku pernah belajar sejak tahun 1850-an, bisa pastikan pesantren ini berdiri sejak pertengahan abad ke-19.
Kiai Basyar adalah seorang pendatang dari Tatar, Sunda. Beliau melakukan petualangan panjang guna menuntut ilmu dari satu pesantren ke pesantren lainnya yang berada di tanah Jawa. Pengembaraan itulah yang kelak mengantarkannya hingga berada di Bumi Blambangan.
Kiai Basyar pernah nyantri di Pondok Pesantren Ringinagung, Kediri untuk belajar ilmu agama kepada Kiai Nawawi. Setelah itu, Kiai Basyar nyantri kepada Kiai Madubus di Jepoko, Blitar. Kecerdasan dan kecakapannya menarik perhatian gurunya. Tak lama kemudian, Kiai Madunus menikahkannya dengan seorang puterinya.
Kiai Basyar dengan istrinya serta tujuh orang temannya memutuskan untuk berkelana ke arah Timur. Tanpa ada tujuan, hanya nalurinya yang menyuruhnya ke sana. Setelah melakukan perjalanan yang cukup jauh dan melelahkan, mereka beristirahat tak jauh dari bantaran sungai. Sungai itu tak lain adalah sungai Kali Setail. Karena merasa cocok, akhirnya rombongan tersebut memutuskan untuk menetap di daerah ini.
Dibantu oleh tujuh orang teman itulah, Kiai Basyar mulai babat alas mendirikan pemukiman dan pesantren di daerah yang bernama Dusun Jalen tersebut. Pesantren pertamanya pun berupa bangunan sederhana. Hanya berupa angkringan yang terbuat dari kayu.
Saat itu, dakwah Islam di Banyuwangi sedang bergeliat. Di bekas kerajaan Hindu terakhir di tanah Jawa itu, proses Islamisasi mulai merebak, setelah sebelumnya beratus tahun lamanya cukup sulit untuk dianut secara luas. Hal ini pun berpengaruh pada pesantren yang didirikan oleh Kiai Basyar. Lambat laun pun namanya mulai tersohor sebagai kiai yang memiliki ilmu tinggi.
Seiring perkembangan zaman, Pondok Pesantren Jalen berkembang cukup pesat. Santri-santrinya tidak hanya berasal dari Banyuwangi saja. Tapi, juga berasal dari Madura dan luar kota lainnya.
Kiai Basyar wafat pada 1915 Masehi, kepemimpinan Pondok Pesantren Jalen dipasrahkan kepada menantu pertama sekaligus santrinya, K.H. Abdul Manan. Namun, selang beberapa tahun, pesantren tersebut diserahkan kepada adiknya yang ketiga, Kiai Mawardi. Sebagai satu-satunya anak lelaki, Kiai Mawardi merupakan pewaris utama dari pesantren tersebut. Kiai Manan sendiri memilih mendirikan pesantren baru di Sumberberas, Muncar.
Di bawah kepemimpinan Kiai Mawardi inilah, pesantren yang diririkan oleh Kiai Basyar yang dikenal dengan Pesantren Jalen, diubah namanya menjadi Pondok Pesantren Al-Ashriyah.
Pondok Pesantren Al-Ashriyah merupakan pesantren yang bercorak salaf. Namun, selain mengajarkan ilmu-ilmu agama laiknya pesantren pada umumnya, seperti; fikih, tauhid, nahwu, shorof, tafsir dan hadis—Pondok Pesantren Al-Ashriyah lebih dikenal dengan pesantren tasawuf. Hingga saat ini, Pondok Pesantren Al-Ashriyah masih tetap eksis dengan bangunan kunonya yang khas.
Penting dicatat, Pondok Pesantren Al-Ashriyah beralamatkan di Jalen, RT/RW 001/007, Curahketangi Timur, Setail, Genteng, Banyuwangi, Jawa Timur. [DR]
