Pondok Pesantren Al-Hikamus Salafiyah Cipulus Purwakarta

pondok-pesantren-al-hikamus-salafiyah-cipulus

JAS HIJAU – Pondok Pesantren Al-Hikamus Salafiyah didirikan pada thaun 1832 oleh K.H. Muhammad bin K.H. Nurkoyyim yang lebih dikenal di kalangan masyarakat sekitar dengan panggilan Mama Emed, beliau merupakan salah satu santri dari Maulana Syekh Yusup (Baing Yusup) Purwakarta. Maulana Syekh Yusup sendiri merupakan salah satu ulama sekaligus pahlawan yang ada di Jawa Barat pada abad ke-19.

Dengan bekal ilmu yang dimilikinya, Kiai Muhammad (Mama Emed), mendirikan suatu pesantren yang sederhana di wilayah kota Karawang, tepatnya di Wanayasa (sekarang menjadi bagian dari daerah kabupaten Purwakarta) dengan tujuan menghimpun para santri untuk menyebarkan agama Islam serta membantu mencapai kemerdekaan pada masa itu. 

Pondok Pesantren Al-Hikamus Salafiyah atau yang lebih dikenal di kalangan masyarakat dengan sebutan Pesantren Cipulus dipimpin langsung oleh Kiai Muhammad dari tahun 1840 Masehi hingga akhir hayatnya. Setelah beliau wafat kepemimpinan pesantren diteruskan oleh Kiai Nasyir (1870-1900), K.H. M. Arief (1900-1920), Kiai Sueb (1920-1937), K.H. Masduki (1937-1942) dan K.H. Zainal Abidin (1942-1957).

Pada tahun 1957, pesantren sempat bubar karena adanya gangguan keamanan dari DI/TII. Kiai Zainal Abidin sebagai pimpinan pesantren pada saat itu menganggap perlu adanya pengamanan diri demi menyelamatkan keberadaan pesantren dan para santrinya.

Setelah suasana aman dari gangguan keamanan DI/TII, K.H. ‘Izzudin yang akrab dipanggil Ama Cipulus yang merupakan putera dari salah satu pendiri pesantren yaitu Kiai Syueb (1920-1937) meneruskan perjuangan para leluhurnya dalam mengelola pesantren pada tahun 1963 Masehi, sepulangnya beliau melaksanakan ibadah haji dengan keinginan serta tekad yang kuat untuk menyebarkan dakwah Islam melalui dunia pesantren.

Hal ini dibuktikan dengan didirikannya rumah dilengkapi dengan langgar sederhana dan didirikan juga pondokan yang sederhana dengan tiang dari kayu seadanya dan dindingnya dibuat dari anyaman bambu yang dikerjakan oleh warga setempat.

Walaupun demikian pondokan tersebut cukup untuk menampung para santri yang ada pada saat itu. Pesantren yang dipimpin oleh Kiai ‘Izzudin (Ama Cipulus) itu diberi nama Suka Laksana. Seiring berjalannya waktu perluasan lahan pesantren dilakukan, hal ini disebabkan karena pertumbuhan pesantren semakin berkembang dengan jumlah santri yang terus bertambah.

Atas anjuran para tokoh dan para simpatisan, pada tahun 1975 Masehi, nama pesantren Suka Laksana berganti nama menjadi Al-Hikamus Salafiyah yang berarti pesantren yang menjajaki ulama salaf, nama Al-Hikamus Salafiyah digunakan sampai sekarang.

Setiap tahun santri yang mondok di Pondok Pesantren Al-Hikamus Salafiyah terus bertambah, pertumbuhan dan perkembangan pesantren pun dilakukan. Pada tahun 1986, didirikan Madrasah Diniyah Wustho, yang selanjutnya berdasarkan usulan masyarakat khususnya jamaah pengajian rutinan pesantren menginginkan anak cucunya memiliki ijazah negeri atau ijazah yang diakui, maka Kiai ‘Izzudin menganjurkan kepada puteranya (K.H. Muparod) untuk mendirikan sekolah yang lulusannya bisa melanjutkan ke jenjang sekolah yang lebih tinggi.

Pada pertengahan tahun 1987, Madrasah Diniyah Wustho dirubah menjadi Madrasah Tsanawiyah (MTs) yang kurikulumnya mengikuti kurikulum nasional yang diakui dan lulusannya bisa melanjutkan ke jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) atau Madrasah Aliyah (MA). Pada tahun 1988, didirikan juga Madrasah Aliyah karena semakin banyak juga santri yang ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) atau Madrasah Aliyah (MA).

Sedang pada tahun 1999,  setelah wafatnya Kiai ‘Izzudin, pengelolaan pesantren diteruskan kepemimpinannya oleh K.H. Adang Badrudin. Di bawah pengelolaannya pendidikan pesantren terus dikembangkan, santri-santri pun terus bertambah dan meningkat tiap tahunnya. Seiring dengan terus bertambahnya santri yang mondok, Kiai Adang Badrudin menganjurkan kepada putera-puterinya untuk membantu mengelola pesantren dan mengurus santri di Pondok Pesantren Al-Hikamus Salafiyah, Cipulus.

Setelah adanya anjuran dari Kiai Adang Badrudin kepada putera-puterinya, didirikanlah asrama-asrama di Pondok Peantren Al-Hikamus Salafiyah. Terhitung mulai dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2020, ada sepuluh asrama yang didirikan dan dikelola oleh putera-puteri dari Kiai Adang Badrudin.

Penting untuk dicatat, Pondok Peantren Al-Hikamus Salafiyah beralamatkan di kampung Cipulus, Nagrog, Wanayasa, Purwakarta, Jawa Barat. [DR]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *