JAS HIJAU | Jangan Sekali-kali Hilangkan Jasa Ulama
Pondok Pesantren An-Nur Bululawang Malang
Home » Pondok Pesantren An-Nur Bululawang Malang

JAS HIJAU – Pondok Pesantren An-Nur Bululawang oleh K.H. Anwar Nur pada tahun 1940 Masehi. Kiai yang lahir di Sumber Taman, Probolinggo ini dikenal sebagai Kiai Pengembara. Sejak usia 15 tahun, belajar dari pesantren ke pesantren dilakukannya, mulai dari Pondok Pesantren Bladu Gending (Probolinggo), Pondok Pesantren Sono Buduran (Sidoarjo), Pondok Pesantren Sidogiri (Pasuruan) hingga di Pondok Pesantren Al-Hamdaniyah Siwalan Panji (Sidoarjo).
Saat di Al-Hamdaniyah, Kiai Anwar mendapatkan amanah agar menyampaikan ilmu yang didapat guna menjadikan umat yang saleh. Dirinya diamanahi untuk membina dan mendidik masyarakat supaya menjadi manusia yang benar-benar bertakwa kepada Allah SWT serta bertanggung jawab terhadap agama, nusa dan Bangsa.
Pada usia 17 tahun, Kiai Anwar bersama seorang kawannya pun mengembara hinga sampailah pada sebuah desa bernama Ganjaran, Gongdanglegi, Malang. Di Ganjaran, Kiai Anwar tinggal untuk beberapa saat lamnaya. Namun, takdir berkata lain, jodohnya ternyata ada di Bululawang. Selanjutnya, pada Jumat di bulan November 1938, Kiai Anwar menikah dengan Marwiyah binti Hasan, perempuan dari Kampung Haji, Bululawang.
Kala itu, Kiai Anwar diminta oleh ketua kampung untuk mengajar ngaji anak-anak yang bertempat di musala Al-Murtadlo, Kampung Haji. Hal itu berlangsung kira-kira dua tahun lamanya. Kemudian oleh mertuanya diberi rumah di sebelah barat musala Al-Murtadlo yang berjarak 100 meter.
Pada tahun 1942, Kiai Anwar bermaksud mendirikan rumah sederhana di belakang rumah untuk tempat istirahat. Namun, tiba-tiba datanglah seorang yang sudah tua ingin membantu pekerjaan dan tinggal di rumah beliau. Akhirnya, pendirian rumah ditempatkan di samping—sebelah selatan musala—yang selanjutnya digunakan sebagai tempat orang tua tersebut.
Perlahan santri yang datang semakin bertambah, bukan saja dari Bululawang, melainkan juga dari desa-desa lain, seperti dari desa Segenggeng (Pakisaji), desa Jambearjo (Tajinan), bahkan dari Probolinggo. Pada umumnya, santri yang datang dari jauh ini berkeinginan untuk tinggal di pondok.
Berhubung waktu itu santri yang mengaji mencapai 40 orang, maka untuk menampung santri yang tidak pulang, mereka pun diminta tinggal bersama orang tua tadi dengan solusi rumahnya disekat menggunakan “gedek” menjadi dua bilik, kemudian ditambah satu bilik lagi. Sejak itulah sistem pesantren dimulai, sedang kitab kitab yang dipelajari di antanya; Sulam Safinah, Fath al-Qarib, Bidayat al-Hidayah dan sebagainya.
Pada zaman pendudukan Jepang di tahun 1943, ketenangan pesantren ikut terganggu, bahan-bahan yang diperlukan pun sulit didapat. Para santri terpaksa banyak yang pulang ke rumah masing masing dan hanya beberapa orang saja yang masih tinggal. Pasca kemerdekaan, para santri yang pulang berdatangan kembali ditambah santri baru yang datang dari Yogyakarta, Solo dan Probolinggo. Keadaan ini tak berlangsung lama, sebab Agresi Militer Belanda kembali digencarakan pada tahun 1947-1948.
Kiai Anwar pun mengeungsikan keluarganya ke desa asal ibunya, desa Ganjaran, Gondanglegi. Sedangkan dirinya bersama para santri yang sudah dewasa bergabung dengan pasukan gerilya untuk ikut berjuang mempertahankan kemerdekaan dengan berpindah-pindah dari antara Gondanglegi, Krebet dan Bululawang.
Singkat cerita, setelah keadaan pulih dan membaik (1950), keluarganya pun kembali dari pengusian dan para satri juga mulai berdatangan ke Bululawang.
Akhirnya, pada tahun 1952, seorang pembuka masyarakat Bululawang datang memberi saran kepada Kiai Anwar agar musalanya diberi nama “An-Nur“ diambil dari singkatan nama pendirinya; Anwar “An” dan Nuruddin “Nur” yang mana An-Nur memiki arti “cahaya”. Setelah penetapan nama An-Nur inilah pesantren mengalami perkembangan yang sangat pesat hingga sekarang.
Pondok Pesantren An-Nur pun berkembang dengan lahirnya Pondok Pesantren Wisata An-Nur 2 Al-Murtadlo dan Pondok Pesantren An-Nur 3 Murah Banyu. An-Nur 2 terletak di Jl. Raya Bululawang, Jl. Demang Jaya 1, Demang Jaya, Bululawang, kecamatan Bululawang, Malang, Jawa Timur. Sedangkan An-Nur 3 berada di Jl. Raya Bululawang, desa Bululawang, kecamatan Bululawang, Malang, Jawa Timur. [DR]
