JAS HIJAU | Jangan Sekali-kali Hilangkan Jasa Ulama
Pondok Pesantren Annuqayah Guluk-Guluk Sumenep
Home » Pondok Pesantren Annuqayah Guluk-Guluk Sumenep

JAS HIJAU – Pondok Pesantren Annuqayah Guluk-Guluk adalah salah satu pesantren tua yang ada di Pulau Garam. Pesantren ini didirkan pada tahun 1887 Masehi oleh seorang kiai kelahiran Kudus, Jawa Tengah; K.H. Moh. Syarqawi.
Sebelum mendirikan Pondok Pesantren Annuqayah, Kiai Syarqawi muda pernah menuntut ilmu di berbagai pesantren di Madura, Pontianak, merantau ke Malaysia, Pattani (Thailand Selatan) dan bermukim di Makkah. Pengembaraannya dalam menuntut ilmu tersebut dilakukan selama sekitar 13 tahun. Dalam kiprahnya menyebarkan ilmu, Kiai Syarqawi mula-mula membuka pengajian Al-Qur’an dan kitab-kitab klasik di Prenduan, Sumenep.
Empat belas tahun kemudian, Kiai Syarqawi bersama dua isterinya dan Kiai Bukhari (putera dari isteri pertama) pindah ke Guluk-Guluk dengan maksud mendirikan pesantren. Atas bantuan seorang saudagar kaya bernama H. Abdul Aziz, Kiai Syarqawi diberi sebidang tanah dan bahan bangunan.
Di atas sebidang tanah itu, beliau mendirikan rumah tinggal dan sebuah langgar. Tempat ini kemudian disebut Dalem Tenga. Selain itu, dia juga membangun tempat tinggal untuk isterinya yang ketiga, Nyai Qamariyah berjarak sekitar 200 meter ke arah barat dari Dalem Tenga. Kediaman Nyai Qamariyah ini kemudian dikenal dengan Lubangsa.
Di langgar itulah Kiai Syarqawi mulai mengajar membaca al-Qur’an dan dasar-dasar ilmu agama. Tempat itulah yang merupakan cikal bakal Pondok Pesantren Annuqayah Guluk-Guluk. Kiai Syarqawi memimpin pesantren ini kurang lebih selama 23 tahun.
Setelah Kiai Syarqawi meninggal dunia pada bulan Januari 1911 Masehi, pesantren dipimpin oleh puteranya dari isteri pertama, K.H. Bukhari, yang dibantu oleh K.H. Moh. Idris dan K.H. Imam. Mulai tahun 1917 Masehi, kepemimpinan pesantren dilanjutkan oleh salah seorang putera Kiai Syarqawi, yakni K.H. Moh. Ilyas.
Pada masa kepemimpinan Kiai Ilyas inilah, Pondok Pesantren Annuqayah mengalami banyak perkembangan, misalnya pola pendekatan masyarakat, sistem pendidikan dan pola hubungan dengan birokrasi pemerintah.
Perkembangan lain yang terjadi adalah ketika pada tahun 1923 Masehi, Kiai Abdullah Sajjad, saudara Kiai Ilyas, membuka pesantren sendiri. Tempat baru itu kemudian dikenal dengan nama Latee ini berjarak sekitar 100 meter di sebelah timur kediaman Kiai Ilyas.
Sejak Kiai Abdullah Sajjad membuka pesantren sendiri, pesantren-pesantren daerah di Annuqayah terus berkembang dan bermunculan, sehingga sekarang Pondok Pesantren Annuqayah tampak sebagai “Pesantren Federasi”.
Setelah Kiai Ilyas meninggal dunia di penghujung tahun 1959 Masehi, kepemimpinan di Pondok Pesantren Annuqayah untuk selanjutnya berbentuk kolektif, yang terdiri dari para kiai sepuh generasi ketiga. Sepeninggal Kiai Ilyas, kepemimpinan kolektif Pondok Pesantren Annuqayah diketuai oleh K.H. Moh. Amir Ilyas (wafat 1996), dan kemudian dilanjutkan oleh K.H. Ahmad Basyir AS. [DR]
