Pondok Pesantren Buntet Cirebon

pondok-pesantren-cuntet-cirebon

JAS HIJAU – Pondok Pesantren Buntet merupakan salah satu pesantren tertua di Indonesia yang ada di Cirebon. Pesantren ini didirikan pada tahun 1750 Masehi oleh K.H. Muqoyyim bin Abdul Hadi, orang Buntet menyebutnya Mbah Muqoyyim.

Kiai Muqoyyim adalah pejabat mufti (Pengadilan Agama Resmi) Keraton. Salah satu sifat beliau adalah tidak mau koopratif dengan Belanda yang banyak mencampuri urusan internal keraton. Sehingga beliau lebih memilih tinggal di luar keraton dan mendirikan pesantren.

Dalam perantuan inilah beliau memulai kehidupan sebagai seorang kiai dengan mendirikan masjid dan gubuk kecil untuk memulai mengajar agama. Melihat luasnya keilmuwannya dan dikenal sebagai orang Keraton dengan teladan baik, membuat pesantrennya didatangi banyak murid. Sehingga semakin berkembanglah pesantren dengan pesat dan terus berkembang hingga saat ini.

Pondok Pesantren Buntet mulai ada perkembangan adalah pada periode kepemimpinan K.H. Abdul Jamil (1842-1910). Ketika beliau pertama kali memperbaiki sarana fasilitas yang telah dianggap rapuh, penyusunan jadwal pengajian, penambahan cara atau metode pengajaraan dengan tidak hanya menggunakan metode tradisional (sorogan dan bandongan). Akan tetapi dikembangkan juga cara atau metode lain seperti mujadalah (diskusi), bahkan pada saat itu dikembangkan juga sistem klasikal (madrasi).

Perkembangan berikutnya, sistem madrasi atau sistem persekolahan diformalkan pada saat K.H. Abbas Abdul Jamil memimpin pesantren pada tahun 1910-1946. Pesantren membuka lembaga pendidikan sekolah dalam bentuk Madrasah Wajib Belajar (MWB), setingkat Taman Kanan-kanak (TK) yang terdiri dari Sifir I dan Sifir II.

Sebagai kelanjutan dari MWB, Kiai Abbas juga mendirikan Madrasah Wathaniyah Ibtidaiyah (MWI) I setingkat SD. Pada tahun yang sama, Kiai Abbas menerapkan spesialisasi bidang ilmu bagi kiai maupun ustaz yang mengajar di pondok atau di madrasah.

Perubahan yang dilakukan Kiai Abbas tidak hanya membenahi sarana dan fasilitas. Santri yang tampak cerdas dan memiliki kelebihan juga memperoleh perhatian khusus dengan diberikan biaya untuk melanjutkan ke Makkah atau Madinah.

Pada tahun 1960-an, ketika Kiai Mustahdi Abbas memimpin pesantren, dibuka MTs Putra (Muallimin) dan MTs Putri (Muallimat) sebagai kelanjutan dari MIW. Pada perkembangan berikutnya, MTs Putra dan Putri ini berubah menjadi Pendidikan Guru Agama (PGA) Putra dan Putri yang masa belajarnya empat tahun. Akan tetapi ujian negaranya mengikuti MTsN yang masa belajarnya tiga tahun.

Sebagai kelanjutan dari MTs/PGA Putra dan Putri, Kiai Mustahdi (kepemimpinan periode 1946-1975) sebagai pembina pesantren memprakarsai berdirinya Madrasah Aliyah (MA) Putra dan Putri pada tahun 1968. Kemudian pada tahun 1971 MA Putra dan Putri ini dinegerikan menjadi Madrasah Aliyah Agama Islam Negeri (MAAIN).

MAAIN seluruh Indonesia (termasuk MAAIN Buntet) berdasarkan SK Menag berubah menjadi Madrasah Aliyah Negeri atau MAN. Dengan demikian, Pondok Pesantren Buntet selama tiga dasawarsa (1946-1979) telah mengalami perubahan dan pembaharuan yang sangat pesat terutama dalam bidang pendidikan sekolah. Sejak diprakarsai MWB kemudian MIW, dilanjutkan berdirinya MTs Muallimin dan muallimat dan terakhir MA yang kemudian dinegerikan menjadi MAN.

Kenyataan ini menunjukkan bahwa, kiai dan para pembina pesantren selalu berupaya meningkatkan dan memikirkan bentuk dan jenis pendidikan yang sesuai dengan kemauan dan perkembangan zaman. Pesantren ini beralamatkan di Buntet Pesantren, Mertapada Kulon, Astanajapura, Cirebon, Jawa Barat. [DR]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *