JAS HIJAU | Jangan Sekali-kali Hilangkan Jasa Ulama
Pondok Pesantren Cipasung Tasikmalaya
Home » Pondok Pesantren Cipasung Tasikmalaya

JAS HIJAU – Pondok Pesantren Cipasung merupakan salah satu pesantren yang cukup berpengaruh di Tasikmalaya, Jawa Barat, bahkan nasional. Ketokohan pendiri, K.H. Ruhiat serta penerusnya, K.H. Ilyas Ruhiat dan pembinanya, hingga kini membuat pesantren ini memiliki pengaruh cukup kuat di tengah masyarakat.
Corak pemikiran yang berkembang di Pondok Pesantren Cipasung berhaluan Ahlussunah wa Jamaah (Aswaja) dengan corak yang lebih moderat. Para pendiri dan pembinanya lebih banyak yang berafiliasi dan aktif di Nahdlatul Ulama (NU).
Pondok Pesantren Cipasung didirikan pada tahun 1931 Masehi oleh K.H. Ruhiat. Pada awalnya, santri yang menetap di pesantren ini berjumlah 40 orang, yang sebagian besar berasal dari Pondok Pesantren Cilenga, tempat beliau mondok. Selain itu, ada juga santri kalong, yaitu mereka yang ikut mengaji pada malam hari saja, tidak menetap di pesantren. Mereka umumnya berasal dari kampung-kampung sekitar Pondok Pesantren Cipasung.
Pada tahun 1935 didirikan sekolah agama (Madrasah Diniyah) untuk membina anak-anak usia muda. Pada tahun 1937 didirikan KKM (Kader Muballigh wal Musyawirin) sebagai wadah pelatihan dakwah dan musyawarah bagi santri-santri yang sudah dewasa.
Melihat kemajuan Pondok Pesantren Cipasung yang baru didirikan ini, penjajah Belanda sangat khawatir kedudukannya akan terganggu. Maka pada tahun 1941, K.H. Ruhiat ditangkap bersama K.H. Zainal Mustofa dan ditahan di penjara Sukamiskin selama 53 hari. Selama beliau ditahan, tugas pengajian dijalankan oleh K.H. Saeful Millah (menantunya) yang dibantu oleh K.H. Abdul Jabbar.
Hanya beberapa bulan beliau menghirup udara bebas, tiba-tiba ditangkap lagi bersama sepuluh kiai lainnya dan ditahan di penjara di Ciamis, yaitu pada tanggal 6 Maret 1942. namun seiring dengan dikalahkannya penjajah Belanda oleh tentara Jepang, maka pada tanggal 9 Maret 1942 beliau dan sepuluh kiai lainnya dibebaskan.
Pada zaman Jepang, pendidikan untuk santri puteri pun mengalami kemajuan, sehingga pada tahun 1943 didirikan kursus Muballighoh, sebagai wadah pelatihan berpidato bagi para santri puteri. Pada masa pemberontakan Sukamanah yang dipimpin oleh K.H. Zainal Mustofa pada tahun 1944, K.H. Ruhiat dan beberapa kiai lainnya ditangkap dan ditahan di penjara Tasikmalaya selama dua bulan. Pada masa itu, pengajian dijalankan oleh K.H. Saeful Millah dan K.H. Bahrum.
Baca juga: K.H. Ruhiat, Sang Pendidik dan Pejuang dari Cipasung
Ketika situasi keamanan belum stabil pasca kemerdekaan, terutama ketika datang lagi Agresi Militer Belanda II, maka cobaan pun kembali menimpa Pondok Pesantren Cipasung. Pada tahun 1949, ketika K.H. Ruhiat dan tiga orang santrinya sedang melaksanakan salat Ashar, tiba-tiba pasukan Belanda datang dan melepaskan tembakan ke arahnya. Berkat pertolongan Allah, K.H. Ruhiat selamat, namun dua orang santrinya (Abdurrozak dan Ma’mun) gugur sebagai syuhada dan satu yang lainnya (A’en) mengalami luka berat di kepala.
Bahkan pada saat itu santri yang berada di asrama pun ada yang terkena tembakan, lalu gugur sebagai syuhada, yaitu Abdul ‘Alim dan Zenal Muttaqin. Kemudian K.H. Ruhiat ditangkap dan ditahan di penjara Tasikmalaya selama sembilan bulan. Kegiatan pengajian di Pondok Pesantren Cipasung dijalankan oleh K.H. Saeful Millah bersama K.H. Moh. Ilyas Ruhiat, sampai beliau dibebaskan pada tanggal 27 Desember 1945.
Setelah K.H. Ruhiat dibebaskan dari penjara, perkembangan Pondok Pesantren Cipasung lebih pesat dari sebelumnya. Pada tahun 1950 didirikan Sekolah Pendidikan Islam (SPI) yang kemudian pada tahun 1953 berubah namanya menjadi Sekolah Menengah Islam Pertama (SMIP) dan sekarang menjadi Sekolah Menengah Pertama Islam (SMPI). Pada tahun 1954 didirikan Sekolah Rendah Islam (SRI) yang kemudian berubah menjadi Madrasah Wajib Belajar (MWB) dan dalam perkembangan berikutnya berubah menjadi Madrasah Ibtidaiyah (MI).
Untuk jenjang pendidikian berikutnya, maka pada tahun 1959 didirikanlah Sekolah Menengah Atas Islam (SMAI). Pada tanggal 25 September 1965 didirikan Fakultas Tarbiyah Perguruan Tinggi Islam Cipasung (PTI Cipasung). Pada tahun itu juga didirikan Sekolah Persiapan IAIN (SP IAIN) Sunan Gunung Jati cabang Cipasung, yang kemudian pada tahun 1978 diubah menjadi Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Cipasung. Untuk mengikat dan mewadahi semua kegiatan Pondok Pesantren Cipasung, maka pada tahun 1967 didrikanlah Yayasan Pondok Pesantren Cipasung.
Pada tahun 1970 didirikan Fakultas Ushuluddin Fillial Cipasung. Namun hanya berjalan dua tahun, karena adanya pemusatan ke induknya. Pada tanggal 28 November 1977, pendiri Pondok Pesantren Cipasung wafat dengan meninggalkan dua orang isteri dan 19 orang anak. Untuk meneruskan perjuangannya, maka salah seorang puteranya, K.H. Moh. Ilyas Ruhiat, dikukuhkan sebagai pemegang tampuk pimpinan pesantren.
Dan setelahnya, Pondok Pesantren Cipasung terus mengalami perkembangan pesat dengan ditandainya jumlah santri dan pengembangan-pengembangan lembaga pendidikan dan lembaga lainnya, di antaranya:
- Biro Pengembangan dan Pengabdian Masyarakat (BP2M, 1982);
- Koperasi Pondok Pesantren Cipasung (1982);
- Fakultas Syari’ah (1982);
- Institut Agama Islam Cipasung (IAIC) setelah ditambah satu fakultas lagi, Fakultas Dakwah;
- Madrasah Tsanawiyah (MTs, 1992) Cipasung;
- Sekolah Tinggi Tekhnologi Cipasung (STTC, 1997);
- Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Cipasung (1999);
- Program Pasca Sarjana UII Jogyakarta kelas khusus Cipasung (2000);
- TK Islam Cipasung (2003);
- Sekolah Menengah Kejuruan (SMK, 2009) Islam Cipasung; dan
- Sekolah Menengah Kejuruan (SMK, 2009) Kesehatan K.H. Ilyas Ruhiat.
Baca juga: Pondok Pesantren Suryalaya, Tasikmalaya
Pesantren ini pun semakin luas menjangkau santri, mulai dari Tasikmalaya dan kabupaten lainnya di Jawa Barat hingga dari provinsi lain, seperti Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera, Kalimantan, Papua, NTT dan NTB.
Pondok Pesantren Cipasung beralamatkan di Jl. K.H. Ruhiat, RT/RW 002/007, Cipakat, Kecamatan Singaparna, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. [DR]

2 Comments
[…] Tahun 1953, Sekolah Pendidikan Islam diubah namanya menjadi Sekolah Menengah Pertama Islam (SMPI). Dengan perkataan lain, Sekolah Pendidikan Islam merupakan sekolah formal pertama yang didirikan K.H. Ruhiat di kompleks Pondok Pesantren Cipasung. […]
[…] Baca juga; Pondok Pesantren Cipasung Tasikmalaya […]