JAS HIJAU | Jangan Sekali-kali Hilangkan Jasa Ulama
Pondok Pesantren Gedongsari Nganjuk
Home » Pondok Pesantren Gedongsari Nganjuk

JAS HIJAU – Pondok Pesantren Gedongsari Nganjuk didirikan pada kisaran tahun 1901 Masehi oleh Kiai Imam Mustajab. Beliau adalah seorang ulama “linuwih” yang berasal dari desa Padangan, Bojonegoro, Jawa Timur. Kiai Mustajab menghabiskan masa mudanya dengan belajar di Pondok Pesantren Langitan di bawah asuhan K.H. Muhammad Soleh selama kurang lebih dua dekade.
Sehari-hari Kiai Mustajab menghabiskan waktunya dengan nderek (khidmah) kepada Kiai Soleh. Dan, tugasnya adalah memberi makan ternak (mengembala kambing), mengisi bak mandi kiai serta mencari ikan di bengawan. Pada intinya, prinsip belajar beliau adalah khidmah; taat, patuh pada apapun yang diperintahkan oleh kiai.
Pondok Pesantren Gedongsari Nganjuk awalnya hanya berupa angkring (gubuk) yang didirikan di Gedong, Tegalan Prambon, Nganjuk, salah satu kawasan abangan yang tidak sembarang orang bisa membabat tanah itu.
Angkring yang didirikan Kiai Mustajab hanya beberapa meter saja, dibagi dua, menjadi tempat tinggal Kiai Mustajab dan keluarga, dan tempat untuk mengaji para santri yang pada waktu itu baru 30 orang, di antaranya adalah K.H. Abdu Jalili dan K.H. Abdul Jalal Ngawi.
Semakin lama, karena jumlah santri semakin banyak, maka para santri pun mendirikan angkringan-angkringan baru sebagai tempat tinggal. Namun yang unik, Kiai Mustajab tidak mau memiliki santri lebih dari 130, dan entah, sampai sekarang batas angka itu tidak pernah kurang atau pun lebih, selalu jumlah santri yang keluar dan masuk akan menggenapi bilangan 130, meski sekarang banyak santri nduduk (tidak domisili di pesantren), namun untuk santri yang bermukim di dalam pesantren jumlahnya selalu 130.
Menurut beliau mengurus santri terlalu banyak itu sulit, sehingga setiap kali jumlah santri lebih dari angka itu, maka beliau akan meninggalkannya, karena bagi beliau lebih baik sedikit tapi mudah ditata dan gampang diatur, daripada banyak tapi susah aturannya.
Seiring perkembangan santri yang semakin banyak, juga berbagai fan keilmuan yang semakin kompleks, Pondok Pesantren Gedongsari atas kerja keras santri senior bersama K.H. Hasanudin (Winong, Nganjuk) dan restu dari Kiai Imam Mustajab, Madrasah Irsyadiyah pun didirikan, agar kegiatan belajar lebih tertata dan sistematis dengan dibentuknya kelas-kelas dengan materi pelajaran disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan yang ada.
Nama Gedongsari diambil dari dua suku kata bahasa Jawa “Gedong” dan “Sari” yang berarti gudang atau tempat penyimpanan bagi inti sari keilmuan agama. Bertahun-tahun Pondok Pesantren Gedong telah memberikan kontribusi yang tak kecil bagi kejayaan agama Islam dengan terus mencetak santri-santri yang mumpuni dalam ilmu agama.
Semua itu tetap dilandaskan satu pola dasar yang tidak bisa diubah sebagaimana yang pernah dialami sendiri oleh pendirinya, yaitu ketaatan dan kepatuhan terhadap guru. Sebab hanya dengan khidmah semua ilmu akan dapat diperoleh, barokah akan diturunkan. [DR]
